bc

Stupid Or Love

book_age18+
242
FOLLOW
1.5K
READ
one-night stand
HE
forced
sweet
office/work place
assistant
like
intro-logo
Blurb

Terbangun bersama seorang laki-laki di sebuah kamar hotel, sama sekali tak pernah ada dalam rencana takdir hidup seorang Dinar. Rasa khawatir akan mengandung bayi di rahimnya, membuat Dinar akhirnya membuat perjanjian pernikahan bersama Ardian, lelaki itu.

Namun, status jabatan keduanya yang berbeda, membuat Dinar akhirnya berpikir ulang. Ia yang malu sebab harus menikah dengan anak buahnya sendiri, menjadi ragu untuk melanjutkan.

Tapi, ucapan Ardian membuat perempuan itu semakin bingung.

“Aku laki-laki, tak akan ada bekas. Tapi, kamu? Bagaimana kalau ternyata kamu benar hamil?”

Sungguh, situasi tersebut membuat Dinar frustrasi. Apa yang harus ia lakukan? Apakah menikah dengan Ardian akan ia pilih atau menunggu sampai kekhawatirannya tidak terbukti?

Jangan lupa follow akun IG aku di Ummu_Amay8502

chap-preview
Free preview
Terbangun di Kamar Hotel
Udara hangat seketika menembus jendela kamar di salah satu hotel mewah yang ada di ibukota. Mentari yang perlahan mulai naik, mengintip sedikit demi sedikit melalui celah gorden yang tersingkap. Di dalam kamar itu ada sosok seorang gadis yang tertidur dengan selimut menutupi tubuhnya. Udara yang sebelumnya dingin karena pendingin ruangan, sedikit membuatnya kegerahan saat pagi mulai berganti siang. Tanpa disadari, ia menyingkap kain tebal tersebut sampai dadanya —setidaknya kedua lengan yang sebelumnya tertutup selimut kini mulai merasakan angin dari suhu AC kamar yang mulai terpengaruh cuaca di luar. Tak lama kemudian, gadis tadi terbangun. Entah dari jam berapa ia tertidur, sehingga jam digital yang menunjukkan angka sepuluh baru membuat kedua matanya terbuka. Itu pun masih berusaha keras sembari mengerjap beberapa kali. Gadis itu menguap. Masih belum menyadari akan penampilannya, ia lantas beranjak duduk sementara kedua tangan ia rentangkan ke atas kepala, lalu kanan dan kiri. Sedetik kemudian ketika ia memutar tubuhnya ke samping, ada jeda yang ia rasakan. Seolah ada mantra sihir yang mengarah padanya, yang membuat ia tiba-tiba mematung sekarang. Hanya kedua mata yang terbelalak seperti orang ketakutan, lalu mengerjap di lima detik berikutnya. "Argh!" Teriakan dari mulutnya, tanpa komando terlepas yang serta merta memenuhi ruangan. Gadis itu lalu menarik kain selimut yang menjuntai ke bawah perut demi menutupi tubuhnya yang baru ia sadari akan penampilannya yang tak masuk akal. Wajahnya memucat kini. Ekspresi-nya benar-benar ketakutan. Terlebih setelah seorang laki-laki yang sudah membuatnya berteriak, kini terbangun perlahan. Ya, ada laki-laki di atas ranjang tepat di sebelahnya. Laki-laki yang sebelumnya tidur dengan telungkup, hanya tertutup kain selimut di atas pinggangnya itu membuat sang gadis panik dan ketakutan. 'Ya Tuhan! Apa yang terjadi?' batin gadis itu bicara. Mata gadis itu mengawasi dengan seksama akan sosok si lelaki yang kini sudah membuka matanya. Seolah tak ada peristiwa luar biasa atau hal aneh di antara mereka, lelaki itu hanya diam dengan kedua alis bertaut. "Ka-kamu siapa?" tanya gadis itu akhirnya. Mendapat pertanyaan dari si gadis, lelaki itu tampak cuek dan santai. Ia malah menguap setelah meregangkan kedua otot lengannya —yang seketika membuat gadis di depannya itu mengeluarkan air liurnya tanpa sadar. Ada seringai di sudut bibir si lelaki kala melihat ekspresi damba yang tampak di wajah gadis tersebut. "Kenapa? Apakah yang semalam masih kurang?" "Hah! Apa maksud kamu?" Si gadis menatapnya heran. "Hei! Air liurmu menetes. Apakah tubuhku ini sudah membuatmu terpesona?" "Hah! Apa?" Gadis itu langsung menyadari sikap bodohnya. Ia lantas menarik selimut dan menutup setengah wajahnya. "Aku tanya siapa kamu? Kenapa aku ada di sini?" Lelaki yang tadi masih terbaring, kini bangun dan duduk. Membuat si gadis waspada dan duduk mundur dengan menarik selimut. Alhasil, selimut yang sebelumnya bisa menutupi kedua orang itu, kini malah membuat si lelaki kelihatan seluruh tubuhnya. "Argh! Apa-apaan kamu? Dasar m***m!" Reaksi si gadis yang harus melihat pemandangan 'indah' di depannya, sontak memalingkan wajahnya ke arah lain. "Apa kamu bilang? m***m! Sembarangan menuduh orang." Tak terima akan tuduhan gadis itu padanya, lelaki tersebut menjawab kesal. "Jangan dekat-dekat! Apakah kamu enggak punya malu dengan enggak berpakaian seperti itu di depan seorang gadis?" "Haha! Gadis! Enggak salah?" Entah apa maksud lelaki itu. Namun, perkataannya sudah berhasil membuat si gadis terdiam, membeku. "Lagian, kalau kamu enggak narik selimutnya tubuhku enggak akan ter-eksplore kaya gini. Yang rugi juga aku, kenapa malah kamu yang teriak?" 'Apa-apaan dia?' batin sang gadis. 'Dasar gila!' "Cepat pakai baju kamu! Aku enggak bisa tengok ke mana-mana dan kita enggak bisa bicara dengan situasi kaya gini!" teriak gadis itu lagi kesal. Kantuk yang masih melanda dengan tubuh yang sepertinya masih lelah, tidak membuat lelaki itu membangkang. Ia pun menuruti permintaan gadis tersebut dengan mencari pakaiannya yang entah ada di mana. Tumpukan kain di bawah lantai, langsung membuat laki-laki itu tersenyum. Ia hafal dengan warna hitam pada kain kemeja dan celana putih yang teronggok di sana. Masih berpenampilan polos, laki-laki itu tampak tak begitu peduli ketika beranjak untuk mengambil pakaiannya. Hanya iseng melirik pada si gadis yang masih memalingkan wajahnya, bahkan kini memejamkan mata begitu erat. Membuat laki-laki itu menyunggingkan bibirnya, tersenyum. "Sudah! Apakah kamu tidak takut lehermu pegal karena terus melihat ke sana?" ucap si lelaki yang sudah memakai celananya, tetap tidak dengan kemejanya yang belum ia kancingkan. Perlahan gadis itu membuka mata, lalu menengok ke arah si lelaki. Meski kesal karena penampilannya yang belum sempurna, gadis itu memilih untuk tak lagi protes. Selain itu, ada bisikan setan yang mengatakan bahwa keadaan itu sedikit membuatnya beruntung karena masih bisa melihat pemandangan luar biasa pada si lelaki. 'Ah, setan gila!' pekik gadis itu karena hampir tertipu bujuk rayu setan yang membisikinya untuk mendekat dan menyentuh d**a bidang si lelaki yang terlihat memukau. "Aku enggak tahu harus mulai dari mana, tapi intinya, bagaimana bisa aku ada di sini? Di dalam kamar ini, berdua sama kamu. Dan apa ini? Oh Tuhan! Penampilan kita berdua sungguh di luar nalar," ucap gadis itu sembari melihat kondisinya. "Aku yakin ada hal yang terjadi, dan tentu saja pasti itu karena kamu!" tuduhnya kemudian. "Hei! Jangan asal ngomong! Bagaimana bisa kamu nuduh aku kalau kenyataannya kamu lah yang memulai lebih dulu." Lelaki itu kembali tak terima, untuk kedua kali gadis itu mengatakan hal yang tidak menyenangkan baginya. Gadis itu tampak mundur ketika si lelaki bereaksi heboh dan malah mendekat. "Enggak usah dekat-dekat bisa 'kan? Aku enggak budeg. Kamu ngomong dari jarak tadi juga aku masih bisa denger!" "Kenapa kamu mesti takut! Bukankah semalam kita sudah mengenal tubuh kita satu sama lain?" ejek lelaki itu, membuat si gadis melongo tak percaya. Meski gadis itu yakin kalau sudah terjadi sesuatu, tetapi entah mengapa ia berharap kalau kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan. "Ma-maksud kamu apa?" Tampak semakin mendekat, wajah lelaki itu kini berjarak hanya sekian senti saja dari si gadis. "Apakah aku perlu menjelaskan secara detail apa yang terjadi di antara kita semalam? Apakah kamu masih belum mengerti dengan hanya melihat penampilan kita berdua saat bangun tidur tadi? Hem?" "Argh! Tidaaak!" Gadis itu menutup wajah dan telinganya. Ia sungguh tak bisa terima dengan jawaban laki-laki itu padanya. 'Sungguh lucu!' batin si lelaki ketika melihat respon heboh gadis di depannya tersebut. "Mundur!" teriak gadis itu lagi setelah beberapa saat. Sesuai permintaan dan tidak lagi membangkang, laki-laki itu pun mundur dan berdiri di sisi ranjang dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. "Jelaskan padaku apa yang terjadi sebenarnya?" "Kita bercinta, apa lagi?" jawab si lelaki santai. "Tidak! Tolong jangan katakan yang itu. Aku mau tahu, bagaimana aku bisa ada di sini? Kenapa bisa sama kamu? Ceritakan sebelumnya, bukan sesudahnya." Seolah enggan menerima kenyataan menyakitkan yang sudah ia alami, gadis itu tampak pasrah ketika meminta si lelaki menceritakan kronologi pertemuan mereka, yang sebelumnya tidak saling mengenal. "Ehm, tentu saja. Dengan sangat senang hati aku memberi tahumu. Tapi, apakah kamu tidak mengizinkan aku untuk duduk? Sedangkan kamar ini adalah kamarku." Semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi sehingga ia bisa masuk ke kamar orang lain, gadis itu pun mengangguk sembari menggeser tubuhnya sedikit menjauh —memberi space pada lelaki itu untuk duduk. "Aku sedang berjalan di lorong mau masuk kamar ketika kamu yang seperti lari di belakang tiba-tiba menarik tanganku." Si gadis tampak serius mendengarkan. Masih dengan selimut menutupi tubuhnya yang mulai tak nyaman saat mendengar awal mula mereka bertemu. "Terus kamu dorong aku ke kamar waktu ada laki-laki yang teriak di belakang kamu. Aku enggak tahu siapa dan bagaimana akhirnya kabar laki-laki itu karena aku sudah kamu dorong semakin ke dalam kamar." 'Ya Tuhan! Apa yang sudah aku lakukan?' batin gadis itu kecewa pada dirinya sendiri. "Terus, apa yang terjadi setelah itu?" Gadis itu memberanikan diri bertanya meski ia takut dengan penjelasan yang akan didengarnya kemudian. "Ehm, awalnya diam. Kamu seperti bersyukur karena sudah terbebas dari laki-laki itu. Tapi, beberapa detik kemudian kamu malah bukain kancing baju aku dan maksa buat lepasin." "Apa!" pekik si gadis, lagi-lagi tak percaya. "Apakah kamu enggak percaya sama omongan aku? Apakah kamu enggak lihat ini!" Lelaki itu menunjuk pada kemejanya yang terbuka. Tampak terlihat dari dekat bila tak ada lagi biji kancing di baju tersebut. 'Ah, pantas saja ia tidak mengancingkan bajunya. Ternyata ....' "Kamu maksa semalam padahal udah aku larang. Bahkan, kamu sampai buka baju kamu juga, semuanya. Sampai di situ aku berusaha nyegah, tapi waktu kamu bilang 'panas', 'panas', tiba-tiba aku enggak tega. Jadi ...." "Jadi, kamu biarin?" "Ya ... kamu pikir aku harus gimana?" tanya lelaki itu membalas. "Kenapa kamu enggak cegah aja sampai aku benar-benar enggak ngelakuin itu?" "Hei! Apakah kamu pikir itu gampang? Terlebih waktu tiba-tiba kamu meluk aku setelah selesai buka baju. Kamu juga pasti nebak, waktu itu setan pasti datang berbondong-bondong dan bisikin aku buat balas aksi kamu." "Ya Tuhan! Bohong! Kamu pasti bohong 'kan?" "Untuk apa aku bohong? Kita enggak sama-sama kenal sebelumnya. Apa untungnya buat aku? Yang ada juga aku rugi." Perempuan itu mendelik ketika mendengar lelaki di depannya merugi. Lalu, ia pun menggeleng sekarang. Ia sudah bisa membayangkan apa yang terjadi semalam. Seperti yang lelaki itu katakan, sepertinya memang ia yang sudah memulai semuanya. "Kenapa kamu membalas perbuatanku?" Hanya satu kalimat tersebut yang berhasil gadis itu tanyakan. "Bukankah kamu bisa melawan atau mengikat tanganku supaya tidak berbuat jauh?" Ada seringai tawa yang tampak di bibir si lelaki. Perlahan mendekat seolah sengaja ingin mengatakan sesuatu, bibir lelaki itu kembali mendekati telinga sang gadis. "Ada ikan yang datang mendekat tanpa aku pancing, apakah kamu pikir sebagai seorang lelaki aku bisa membiarkannya atau melepas kembali ke air?" ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.8K
bc

My Secret Little Wife

read
96.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook