Dua

1043 Words
Hari minggu membuat siapa saja enggan untuk beraktifitas, seperti gadis yang masih setia meringkuk di atas kasur kesayangannya. Ia berbaring sana sini untuk mencari posisi nyaman nya kembali, karena ia baru tertidur jam 6 pagi setelah maratoon drama korea, dan menonton youtube podcast horor. Suara ketukan pintu kamar, semakin kencang seolah telah terjadi perang dunia. Tok Tok Tok Erica merentangkan tangannya, ia mulai terusik oleh ketukan itu ia melirik jam yang berada di dinding nya, jam 09.00 pagi, ia turun dari kasur nya dengan kesal, dengan wajah yang benar-benar asem. "Apasi buu, ini masih pagi, dan aku baru tidur," keluh Erica, ia membuka pintu kamar lalu kembali ke kasur nya untuk merebahkan kembali tubuh nya tanpa pedulikan sang ibu yang terbengong karena melihat anak gadisnya itu. "Masya Allah anak ibu, ini jam 9 dan kamu bilang ini masih pagi. Lalu siang nya kamu jam berapa anak cantikkk?" sindir sang Ibu sedikit kesal, bisa-bisa nya anak gadis bangun siang seperti ini. Erica diam! Ia kembali tertidur, seolah ucapan sang Ibu adalah dongeng pengantar tidur baginya. Tak pikir panjang, sang Ibu menjewer kuping anak gadisnya tersebut sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Awww sakit buuu." Erica meringis, namun memang sakit jeweran dari tangan seorang ibu, Ibunya melepaskan jeweran tersebut setelah berhasil membuat mata Erica menjadi segar dan tidak mengantuk. "Mandi sana, ayah ibu mau bicara," ujar sang ibu, lalu ia berjalan melangkah keluar sedangkan Erica mendumel selayak nya anak yang benar-benar kesal namun tak bisa berkata kasar di depan, ketika ibunya menengok ia langsung memberhentikan aktifitas ngedumel nya dan seolah sedang menguap untuk terhindar dari kata durhaka dari sang ibu. "ERICAAAA!! JANGAN TIDUR LAGI!" teriak Sang ibu ketika melihat Erica mencoba merebahkan dirinya kembali ke kasur, gadis tersebut langsung benar-benar terduduk, jantung nya seolah-olah habis lari maratoon karena terkejut mendengar teriakan sang Ibu. "Iya bu," ucap Erica dengan lesu, setelah ibunya benar-benar keluar dari kamarnya, ia menumpahkan kekesalan nya dengan mengacak-ngacak sprei yang terpasang di kasur dengan kasar walau tak sampai merobeknya. "JANGAN DI BERANTAKIN. IBU GAK MAU NGBERESIN KAMAR KAMU LOH!" teriak sang ibu, ia terbengong sebentar. "Emak gue penyihir kaya nya nih," ucap Erica, sedangkan di sisi lain sang ibu hanya menggelengkan kepala nya bagaimana ia tak tahu hampir setiap hari jika di marahi atau di nasehati, ia selalu melampiaskan dengan mengacak tempat tidurnya, dan itupun sang ibu yang membereskan. "Eh ko penyihir, cenayang deng. Eh au lah inti nya emak gue ajaib tuh," ucap Erica mem-perdebatkan antara penyihir dan cenayang dengan diri nya sendiri. Setelah 30 menit ia berkutik dengan mandi, dan memakai baju santai saat dirumah, ia menuruni tangga untuk memenui orang tuanya. "Ada apa yah?" tanya Erica, ketika duduk di hadapan ayah dan ibunya. Sedangkan sang ayah yang sedang membaca koran lalu melipat koran tersebut, dan menatap lekat ke arah putrinya. "Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat ayah," ucap sang Ayah. "Pasti prank kan yah?" tanya Erica, sedangkan sang ayah hanya menjawab dengan gelengan kepala yang bertanda 'tidak, ayah tidak lagi bercanda' Erica menatap tak percaya ke arah orang tuanya. "Yah plis, ini bukan jaman siti nurbaya, bukan juga kisah-kisah di novel yang menjodohkan anak nya," ujar Erica, ia menatap lekat sang ayah berharap ini hanya candaan semata ayah nya. Sang ibu menyelanya, "Ayah mu serius ka." Erica terdiam. "Ayah ada hutang berapa sama sahabat ayah? Biar kakak yang bayar," ucap Erica. "Ini bukan soal hutang! Tapi soal masa depan kamu!" cetus sang ayah, kali ini tatapan nya nyalang ke arah putrinya. "Masa depan aku milik aku yah, aku bisa nentuin!" balas Erica "Dengan bergonta-ganti cowok kamu bilang kamu bisa menentukan?" tanya sang Ayah, Erica sedikit terlonjak kaget dari mana sang ayah tahu soal hal itu, ia benar-benar tak berkutik, tak bisa menjawab, seolah jawaban di bibirnya terkunci rapat. "Kamu kira ayah gak tahu, soal kelakuan kamu di sana. Gonta ganti cowok, emang menurut kamu itu pantas di lakukan oleh seorang wanita." Sang Ayah kembali melanjutkan, sedangkan sang ibu mengelus punggung sang suami ketika ia tahu nafas nya sudah berderu seolah memburu. "Emang menurut ayah menjodohkan aku itu benar-benar masa depan aku?" tanya Erica, sedangkan sang ibu hanya menatap sendu ke arah anak gadisnya. "Aku hanya memilih, mana yang pantas untuk aku." putus Erica. Kini sang ayah yang terdiam! Sang ayah menarik nafas perlahan, seolah sesak menyelimuti dadanya. "Jangan memilih dengan cara murahan erica!" Ucap sang ayah. Jleb! Hati Erica sungguh tertusuk saat itu, menyakitkan! Kata-kata ayahnya benar-benar menampar hatinya. "Kamu wanita, jangan merendahkan harga diri wanita seperti itu," lanjut sang Ayah. "Ayah!" Ucap Erica, matanya mulai berkaca, tangannya mulai terkepal. Hatinya benar-benar terasa sakit, apa benar ia merendahkan dirinya? "Kamu sakit hati? Bagaimana ayah dan ibu mu yang selalu mendengar gosipan tetangga tentang kamu yang selalu gonta ganti cowok?!" Ucap sang Ayah, erica menatap nyalang ke arah sang ayah. "Kenapa si harus dengerin kata tetangga! Tetangga tahu apa emang soal aku? Cuman tahu aku sering di anterin sama cowok berbeda?" tanya Erica dengan sekali tarikan nafas, Ia lalu berdiri, dan berlari menuju kamarnya, dan menutup pintu kamar dengan kencang. Erica menangis sejadi-jadi nya, Tetangga! Ulah tetangga lagi. "Belum lama baru gue tegor, sekarang udeh sampe ke orang tua gue lagi. Kurang ajar emang tetangga!!!" gumam Erica kesal, ia mengepalkan tangan nya. Ia benci sekali jika ada orang yang ikut campur dengan urusan pribadi orang. Tak ingin pusing! Erica mengganti bajunya dengan celana jeans hitam, kaos putih, dan jaket levis army. Ia lalu menyambar kunci mobil yang berada di meja rias nya. "Mau kemana ka?" tanya sang Ibu. Erica menjawab, "Main." Ia lalu berjalan ke garasi rumah nya tanpa memperdulikan sang Ibu yang lagi menatap oedih ke arah ia. Erica pun sebenarnya tak tega, namun perasaan kesalnya masih membuncah di hatinya. Ia lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, menuju ke apart sahabatnya siapa lagi kalo bukan Rianti. Selang beberapa menit, ia telah memarkirkan mobilnya di loby parkiran lantai yang di tempati sahabatnya. Ia menuju kamar Rianti, tanpa memencet bel, tanpa mengetuk, ia memencet tombol pin yang berada di pintu nya. Ia masuk tanpa izin, ya sudah biasa bagi seorang Erica jika main ke apart sahabatnya. "Astagaaa anak jin," ucap Ranti, yang baru kelar mandi dengan masih memakai handuk yang melilit tubuhnya "Lu emak nya jin," balas Erica. Bagaimana Rianti tidak terkejut, Erica kini sedang rebahan di sofa, dengan memakan snack.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD