Tiga

1044 Words
 Rianti bergegas mengganti baju, dan kembali ke ruang tamu apart nya sebelum sahabatnya menghancurkan keadaan yang sedang baik-baik saja dan tertata rapih. "Astagaaaa erica, cemilan gue!" seru Rianti sedikit berteriak, pasalnya cemilan Rianti untuk stok menonton drama, atau youtube telah di keluarkan semua oleh Erica sahabatnya, ia menatap jengkel ingin sekali menebas kalau tak berdosa. Erica menyela, "Ntar kita belanja." Dengan santai, ia masih mengunyah cemilan yang berada di pelukannya kini. "Ada masalah lu?" tanya Rianti, sedangkan Erica langsung menghentikan kunyahan cemilannya dan menatap ke arah sahabatnya. Erica bertanya, "Cenayang yak lu?" Rianti berhasil mendaratkan tangannya di kening Erica lalu menoyornya tanpa dosa membuat Erica menatap bingung. "Astaga Erica!" seru Rianti, ia benar-benar sial memiiki teman super bodohnya. Bagaimana ia tak tahu, pasalnya Erica bukan cewek yang doyan ngemil, ia akan mengemil kalau ia benar-benar ada masalah. Erica menyela, "Kenapa si lu?" Ia bertanya seolah tak terjadi apa-apa, pasalnya Rianti kesal karena dirinya namun dia merasa tak berdosa bertanya seperti itu. "Cerita deh lu ada masalah apa," ujar Rianti, tak ingin memperpanjang soal cenayang ia langsung to the point saja kepada sahabatnya tersebut. Rianti bertanya, "Lu putus?" Erica menatap tajam ke arah sahabatnya, bagaimana bisa sang sahabat mempunyai pikiran seperti itu. "Putus? Yang ada gue yang mutusin," cetus Erica sedikit naik nada satu oktaf, sedangkan Rianti hanya menggelengkan kepala pelan. "Terus apa?" tanya Rianti penasaran, kini ia duduk di samping sahabatnya dan merebut cemilan yang berada di tangan sahabatnya. Erica menoleh dan berkata, "Tapi jangan ketawain gue." Rianti jelas mengernyitkan dahi bertanya-tanya. "Lah emang lu mau ngelawak?" tanya Rianti. "Yak bukan cabe!" seru Erica, lalu ia menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan pelan-pelan sebelum bercerita. Rianti berkata, "Mau olahraga lu." Erica lalu menjitak kepala Rianti dengan sedikit keras hingga membuat sang sahabat meringis, dan memegang pucuk kepalanya. "Sakit kamperet!" ketus Rianti. Erica menyela, "Gue di jodohin." Sedangkan Rianti diam tak menggubris, Erica yang melihat sahabatnya tak berkata langsung menoleh ke arah Rianti yang masih diam membisy seolah waktu menghentikan waktu. "Woy!" Erica menyadarkan Riantin Rianti menoleh ke arah sahabatnya dan bertanya, "Apa? Lu di jodohin?" Sedangkan Erica hanya mengangguk dan saat itu juga tawa Rianti benar-benar pecah, ia benar-benar tidak tahan atas lelucon yang di berikan sahabatnya. "Tuhkan lu ketawa," ucap Erica seolah ia mengambek karena di ledek oleh sahabat nya sendiri. "Abis lawak lu lucu," ujar Rianti. Erica memandang lekat ke arrah sahabatnya, dia bilang lawak? Sahabatnya menganggap itu lelucon dari nya?. Erica berkata, "Anti, itu bukan lawakan." Rianti seketika berhenti tertawa mendengar nada bicara Erica yang mulai sedih. "Jadi serius?" tanya rianti, sedangkan Erica hanya mengangguk dan menunduk. "Alhamdulillah akhirny," lanjut Rianti, Erica yang mendengarnya langsung mendongakkan kepalanya menatap heran ke arah sahabatnya Erica berkata, "Kok lu malah alhamdulillah si." "Iya alhamdulillah akhirnya lu nikah, biar enggak ada lagi korban atas diri lu," jawab Rianti. Erica menatap sengit ke arah sahabatnya dan berkata, "Astaga, emang gue penjahat." "Lah emang bukan?" tanya Rianti sambil menatap lekat ke Erica. "Bukahlah," jawab Erixa. "Kan lu penjahat perasaan, menikam dengan kasih sayang, membunuh dengan cinta, memutilasi dengan janji manis, mencekik dengan rindu," jelas Rianti seolah berpuitis. Sedangkan Erica menatap kesal namun tertawa dengan nada bicara Riianti yang sok puitis itu, ia memasukan ciki kedalam mulut Rianti agar ia berhenti mengoceh. Erica berkata, "Sok puitis lu." "Eh lu udeh tahu calon lu siapa?" tanya Rianti. Wanita tersebut terdiam sejenak dan berkata, "Belum, kan gue aja enggak setuju." "Lah kenapa enggak setuju?" tanya Rianti. "Plis deh Nti, mau taruh di mana muka gue, nikah di umur segini karena perjodohan pula, se-enggak laku itukah gue?" tanya Erica, sedangkan Rianti hanya menatap seolah benar-benar ingin menebas. Rianti menjawab, "Karena lu laku banget maka nya bokap lu mau nikahin elu." Erica menoleh karena mendengar jawaban absurd dari sahabatnya. "Terus cowok-cowok gue?" tanya Erica, Rianti hanya menepuk jidat ia lupa bahwa temannya suka mengkoleksi pacar. Rianti menyela, "Udah saatnya lu putusin mereka. "Dih, ogah. Gue sayang banget tau sama mereka," balas Erica. "Eh maemunah, sayang lu enggak cukup satu apa?!" tanya Rianti sedikit kesal. Erica yang masih setia memakan cemilan milik Rianti merespon dengan gelengan kepala bertanda ia tak bisa. "Ya Allah Ya Tuhan ku, berilah hidayah kepada sahabat hamba ini, berilah ia oetunjuk mu Ya Allah. Aamiin," ucap Rianti seraya berdoa untuk Erica, wanita tersebut yang mendengar hanya bisa melongo, benar-benar gila sahabatnya satu ini, tak ingin mengecewakan ia pun berkata, "Aamiin ya Allah." Rianti yang mendengarnya jelas tertawa. "Gue nginep ya hari in," ucap Erica. "Kabarin dulu bokap nyokap lu," ujar Rianti. "Lu aja deh ijinin, gue lagi badmood sama orang tua gue," ucap Erica, sedangkan Rianti hanya menggelengkan kepalanya, tak pikir panjang rianti langsung menelpon orang tua dari Erica untuk meminta ijin agar Erica menemanin dirinya di apartnya, ya Rianti sudah sangat dekat dengan keluarga Erica, bahkan sang sahabat boleh pergi asal ada Rianti di samping nya, makanya terkadang sahabatnya suka mengumpankan nama dirinya jika di interogasi habis-habisan. "Makasih ya Om Tante." Teleponnya mati secara sepihak ketika Rianti sudah mendengar perkataan dari orang tua sahabatnya. Erica bertanya, "Gimana?" Rianti menekuk wajahnya seolah bersedih, Erica yang melihat juga ikutan pasalnya wajahnya Rianti tidak mengenakan. "Gak boleh ya," kata Erica, ia menunduk. Rianti melirik, ia benar-benar tak bisa menahan tawanya jika melihat sahabatnya seolah sedih. "Astaga Eri muka lu," ucap Rianti, lalu tertawa terbahak-bahak, sedangkan Erica menatap bingung ke arah  sahabatnya. Erica mencetus, "Eh bazeng kok lu ketawa si." "Lu nya aja O dua N," cetus Rianti. "Lah kenapa?" tanya Erica. Rianti menatap sahabatnya dan berkata, "Sejak kapan orang tua lu enggak ngbolehin atas nama gue? Bersyukur maka nya lu punya temen baik kaya gue." "Ahhh gemes!" seru Erica "Tapi juga ngeselin," lanjut Erica, lalu mereka tertawa katena kelakuan mereka yang benar-benar membuat satu sama lain tertawa. "Tapi gak ada jalan sma cowok-cowok lu," ucap Rianti, sedangkan Erica tiba-tiba memeluk Rianti dengan erat. Eric membalas, "Siap bosque." Sambil menghormat ke arah sahabatnya "Belanja cemilan yuk " "Okey," ucap Rianti, Erica lalu berdiri dan melangkah ke arah kamar sahabatnya. Tanpa persetujuan dari Rianti, ia mengambil baju dan memakainya untung saja ukuran baju yang mereka kenakan sama. "Yuk." Rianti berkata, "Anjim kembar." Ketika menyadari baju yang di pakai Erica sama, Rianti memang mempunyai beberapa stok baju dengan gambar yang sama persis. "Biar lucu, gimana?" Eric menaikkan kedua alisnya. "Haha iya gemoy banget!" seru Rianti
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD