MDILY 04

2044 Words
Sinar mentari memasuki kamar seorang gadis yang masih tertidur pulas sepertinya, ia menggusar kesana kemari untuk mencari posisi nyaman. Namun gedoran pintu membuatnya terlonjak kaget. "Sayang udah siang, anak perawan kok bangun siang, kamu enggak ada mata kuliah emang?" Ia mengerang seolah terusik akan teriakan tersebut. "Sebentar lagi Bu." Erica kembali menutup wajahnya dengan bantal. "Ini sudah jam setengan 8 nak." Baru saja Erica ingin menjawab, matanya mendelik dan terduduk di atas kasur, ia melihat ke arah jam di dindingnya. Erica mengambil handphone-nya, terlihat banyak panggilan masuk dan pesan dari sahabatnya. Tanpa pikir panjang ia langsung beranjak ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia bergegas keluar dan memakai baju rapih, sebelum keluar kamar ia berkaca dulu di cermin yang memantulkan pantulan dirinya. "Perfect." "Bu, Erica berangkat ya," ucap Erica ketika berjalan ke ruang makan. Reti menoleh ke arah sang anal dan berkata, "Kamu enggak sarapan dulu?" "Enggak Bu, nanti aja sekalian di kampus," balas Erica. "Ya sudah kamu hati-hati di jalan," ujar Reti. Erica lalu mengecup punggung tangan sang Ibu dan melangkah keluar rumah. Erica mengendari mobilnya dengan kecepatan standar, Hari ini ia ada mata kuliah, dan tak ingin terlambat apalagi berurusan sama dosen killer. Ia memarkirkan mobilnya, semua mata tertuju pada mobil Ferrari P Merah milik Erica, sang Idola kampus, cewek populer yang baru menginjak semester 3. "Selamat pagi Erica." "Pagi Eri." "Udeh ngerjain tugas belum hari ini." Sedangkan wanita tersebut hanya tersenyum manis, celana jeans, jaket levis dan kaca mata yang bertengger di kepala nya membuat ia terlihat menarik hari itu, banyak berdecak kagum terhadapnya di setiap menampilannya. Rianti yang bersedikap menatap ke arah sahabatnya yang baru datang. "Baru dateng si kamperet," cetus Rianti. "Telat enggak si gue?" tanya Erica, sedangkan Rianti hanya menggelengkan kepalanya. Namun jalannya di halang oleh segerombolan cowok, yang ia tahu itu mantannya yang baru ia putuskan kemarin malam lewat handphone. "Ri, aku sayang sama kamu. Kenapa kamu mutusin aku gitu aja si," ucapnya, sedangkan Erica hanya menatap dengan malas, Rianti hanya mengeritkan keningnya seolah bertanda ulah apalagi yang di perbuat oleh sang sahabat. Erica berkata, "Plis ya Ndre, hubungan kita udeh berakhir." Wanita tersebut lalu memberikan kode melalui mata kepada Rianti, sang sahabat yang awalnya mengerutkan keningnya kini seolah mengerti. "Eh eh ndre tadi lu di cariin pak domo di ruang dekan," ujar Rianti. Andre sang mantan Erica jelas menatap Rianti dengan penuh tanda tanya. "Ah serius lu Nti," ucap Andre. Rianti hanya mengangguk dengan tangan yang seolah mengusir Erica tanpa di ketahui oleh para gerombolan cowok tersebut, Erica lalu melangkah perlahan dan setelahnya berlari untuk menghindar dari mantannya tersebut. Andre yang menyadari Erica telah pergi kini menatap Rianti yang hanya menyengir. "ERICA POKOKNYA KITA BELUM PUTUS!" seru Andre dengan lantang, Rianti menutup kupingnya lalu berlalu menyusul sang sahabat yang sedang menunggunya di depan ruang kelas. Erica berkata, "Makasih ya Anti. Emang ku doang deh ah sahabat gue." Rianti hanya berdehem saja lalu memutar bola matanya dengan jengah. "Jangan buat ulah lagi!" seru Rianti "Eh lu berdua masuk ayuk, Pak Rano udah otw kesini," ucap Salah satu teman kelas Rianti dan Erica, dengan nafas yang tersenggal akibat berlari. Erica bertanya, "Ah serius lu?" Orang tersebut mengangguk seolah mengiyakan. "Udeh ayuk masuk," ucap Rianti lalu menarik lengan Erica untuk masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran. Mereka mengikuti kelas dengan serius dan tenang, itulah kelebihan dari Erica ia tak menganggap remeh pelajaran, baginya cukup cinta saja yang ia mainkan namun ilmu jangan. Mata kuliah sudah terlewati beberapa, kini ia melirik ke arah jam di tangannya. "Harusnya udah istirahat ini, lama banget tuh dosen ngomong," bisik Erica. Rianti yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala sambil sibuk menulis yang di sampailan sang dosen. "Baik kalau begitu, sampai jumpa di minggu depan," ucap sang dosen. Erica merentangkan tangannya dan berkata, "Ahh akhirnya keluar juga." Rianti jelas mencubit pinggang sahabatnya yang membuat Erica meringis karena perih. Wanita tersebut berdiri setelah merapihkan peralatannya. "Kantin yuk, laper nih gue," ujar Erica sambil mengelus perutnya, Rianti yang melihat hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Yuk," ucap Rianti, mereka berdua lalu berjalan ke arah kantin kampus. Tatapan memuja pasti selalu terlihat ketika erica lewat, tak heran ia di nobatkan menjadi cewek populer, Rianti pun bingung padahal mereka tidak tahu sahabatnya sebenarnya adalah wanita yang gesrek. Rianti berkata, "Lu lihat tuh para fans lu, mereka belum tahu aja lu suka ngupil." Erica jelas menatap sengit Rianti yang kini tertawa pelan. "Siyalan lu." Brak! Erica tidak sengaja tertubruk oleh seorang cowok yang membuat nya hampir terjatuh, untung cowok tersebut menangkapnya mereka terhanyut dalam tatapan untuk beberapa saat. Hingga Erica tersadar, dan menatap tajam ke arah cowok tersebut. "Sengaja yak lu pegang-pegang gue," ucap Erica, sedangkan cowok tersebut hanya diam. "Mau caper sama gue? Gue udeh sering banget nih di modusin kaya gini, sok nabrak gue, terus biar sok jadi pahlawan," lanjut Erica panjang lebar, sedangkan Rianti hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum miring mendengar penuturan sahabatnya, cowok tersebut hanya diam memandanf seolah wanita di hadapannya kini sakit jiwa. Laki tersebut melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Erica yang kini menatap tajam. "Siapa lu berani-beraninya cuekin gue!" seru Erica berteriak lantang, namun dua cowok tersebut terus berjalan tak menggubris teriakan dari wanita tersebut. Rianti kini mulai malu dengan teriakan lantang Erica. "Udah udah ayuk, malu di lihatin tuh," ucap Rianti, lalu menarik tangan Erica dengan paksa menuju kantin kampus. Kini mereka telah sampai di kantin kampus, jelas semua mata tertuju kepada Erica ketika ia datang, namun raut wajah Erica masih menyimpan kesal karena laki-laki tersebut. "Siapa si tuh tadi cowok?" tanya Erica dengan kesal, ia duduk dengan kasar nafasnya masih berderu memburu. Rianti menyela, "Gue enggak tahu, enggak pernah ngelihat juga." "Kesel gue," ujar Erica, sedangkan Rianti hanya tersenyum dengan penuh arti, Erica yang melihat menatap sahabatnya dengan heran. Erica berkata, "Heh lu kesambet? Senyam senyum sendiri." "Gue kasih lu tantangan," ujar Rianti. "Ntar dulu, gue beli minum dulu deh," lanjut Rianti, lalu ia bergegas membelikan minuman. Erica hanya menggeleng pelan, tak paham dengan tingkah sahabatnya. Ia kini memainkan handphonenya membuka sosmed, lalu menutup nya kembali hingga ada seseorang yang duduk di hadapannya. Erica melihat sosok yang ada di hadapannya lalu memutar bola matanya dengan jengah. "Ri aku mau bicara," cetus Andre. "Udeh gak ada yang perlu di bicarakan," jawab Erica. Andre menatap seolah memohon kepada wanita yang ada di hadapannya yang sibuk memanikan handphonenya kembali. Andre berkata, "Ri aku cuman butuh penjelasan." Erica kini memghentikkan aktifitas bermain handphonenya lalu melihat ke arah laki-laki yang sudah berstatus menjadi mantan pacarnya. "Lima menit, tanyain apa yang harus lu tanyain," ucap Erica. Andre bertanya, "Kenapa kamu mutusin aku tadi pagi? Dan kenapa lewat pesan singkat?" Renata belum menjawan, ia tahu masih ada yang ingin laki-laki itu sampaikan. Wanita tersebut hanya menatap dengan tangan yang menompang dagunya. "Kamu tahu kan aku sayang banget sama kamu, begitu juga dengan kamu,"ungkap Andre, kini Erica tersenyum miring ketika mendengarnya. Erica lalu menatap lekat dan berkata, "Perasaan aku udeh berubah." "Ya tapi kenapa?" tanya Andre. "Enggak perlu ada alesan, intinya aku udeh enggak sayang lagi sama kamu. Sebaiknya kamu pergi sekarang, sebelum gue teriak dan buat lu malu," cetus Erica dengan perubahan raut wajah yang sangat drastis, sedangkan Andre mengepalkan tangannya lalu pergi dengan rasa kesal di hatinya. Andre bergumam, "Gue akan balas nanti. Lu lihat aja!" "Nih," ucap Rianti yang telah kembali dengan membawa dua minuman, dan ciki berukuran besar. Rianti melihat ke arah Erica dengan raut wajah yang sepertinya sedang kesal. "Kenapa muka lu?" tanya Rianti. "Biasa, Andre," balas Erica lalu meminum mimuman yang telah di beli oleh sang sahabat. Rianti lalu menatap lekat ke arah Erica dan mencetus, "Lagi lu kaco si, eh Andre itu cowok populer di kalangan kampus juga, dan itu korban sekian lu." "Kalau perasaan udah berubah kan enggak bisa di paksa," balas Erica. "Ah iya deh iya, emang susah adu bacot sama lu apalagi soal perasaan," ucao Riantin yang membuat Erica hanya tersenyum menyeringai lalu membuka ciki yang di bawa Riantai tadi. "Lu mau ngasih tantangan gue apa," ucap Erica. Rianti jelas tersenyum seolah penuh maksud yang membuat Erica mengernyitkan dahi melihatnya. Rianti menghentikkan aktifitas minumnya, ia menatap lekat ke arah sahabatnya dan berkata, "Taklukin cowok." Dengan nada berbisik. "Itu doang?" tanya Erica. Rianti membalas, "Kita taruhan. Gimana?" "Lah tumben lu malah ngajak enggak bener," ujar Erica lalu tertawa pelan, ia menatap lekat ke arah sahabatnya seperrinya sahabatnya jika sampai ke tahap taruhan di yakini ia tak akan bisa. Erica bertanya, "Apa taruhannya?" Rianti tersenyum puasa seolah Erica menantang perkataannya. "Yang menang, di belanjain minimal 7 juta," jawab Rianti sambil menaikkan kedua alisnyam "Lu udeh siapin belum duit nya?" tanya Erica seolah meledek. Rianti membalas, "Eh maemunah jangan bangga dulu, lu belom tentu bisa naklukin nih cowok satu." Erica jelas hanya tertawa mendengar perkataan dari sahabatnya, seolah-olah ia di remehkan dalam menaklukan cowok. "Lu ragu sama gue buat naklukin cowok?" tanya Erica. "Lu jelas tahu gue kaan, mantan-mantan gue, absen aja di kampus entar juga pada dateng," lanjut Erica dengan pedenya, sombong? Namun itu kenyataan yang di miliki Erica, Cowok populer di area kampusnya adalah mantannya semua dan terakhir tadi andre cowok yang benar-benar populer, badboy, dan di gandrungi para cewek dan Erica bisa menaklukkan bahkan membuat patah hati cowok tersebut. "Jangan pede dulu bangcat!" seru Rianti. Erica jelas tertawa melihat wajah Rianti, sahabatnya benar-benar meremehkan dirinya. "Lu udah ada target?" tanya Erica. "Sebenarnya ada, cuman gue mau cari yang lain dulu," balas Rianti. "Cowok mana lagi si yang mau gue taklukin?" tanya Erica. Rianti mencetus, "Yeuh belum aja lu kena karma." Erica tidak menggubris perkataan sang sahabat jika sudah membahas karma, ia sebenarnya takut namun ia suka melakukannya. "Udah mau mulai nih pelajaran ketiga," ucap Erica sambil melihat jam di tangannya. Rianti mengangguk lalu berdiri, kini mereka melangkah menjauh dari area kantin yang masih ramai oleh para mahasiswa dan mahasiswi. "Maksud lu apa putusin Andre?" Erica menatap heran ke arah wanita yang kini belaga melabraknya, Rianti jelas di bingung. Erica menjawab, "Lu siapa? Segala dorong-dorong gue." "Gue Sila mantan Andre," jawab Sila dengan lantang. "Lu enggak salah negor gue gara-gara gue putusin Andre, bukannya harusnya lu senang ya karena lu bisa balikan dan jadi penghibur Andre," ketus Erica. Sila di buat terdiam karena perkataan Erica ia mengepalkan tangannya, Erica pergi berllau begitu saja dari hadapan Sila. Rianti berkata, "Lu enggak ngerasa keterlaluan sama dia?" "Anti ku sayang, cewek kaya gitu kudu di kerasain, lagipula bukannya gue ngebantu dia buat balikan sama Andre," jelas Erica. "Gila emang lu," cetus Rianti yang membuat Erica tertawa mendengarnya. Mereka kini melangkah ke arah ruang kelas kembali sambil mengobrol. "Kemarin dosen ini wa gue mulu," bisik Erica yang membuat Rianti menoleh dengan kaget. Rianti kembali berbisik, "Pantesan dari tadi ngelihatin lu mulu." Erica hanya mengangguk dan memanyunkan bibirnya seolah malas. Tidak hanya cowok populer yang ingin merebut hati Erica, namun para dosen yang muda, duda, bujang juga berusaha mendekati Erica tanpa di ketahui dengan para mahasiswa yang lainnya. "Erica, coba ke depan sini." Wanita tersebut jelas menoleh ke arah sahabatnya yang kini juga menatapnya. "Udah sana, penting kali," bisik Rianti sambil memberi semangat, Erica hanya memutar bola matanya dengan malas. Erica lalu melangkah ke hadapan dosen tersebut. "Ada apa Pak?" tanya Erica. "Kemarin kamu belum tanda tangan," ucap Dosen tersebut, Erica jelas mengerutkan keningnya seolah mengingat apa benar ia belum mengisi tanda tangan untuk absen. Erica lalu ingin mengambil dan mengisi buku absen yang belum ia tanda tangani minggu kemarin, namun tangan dari dosen tersebut tiba-tiba menyentuh tangannya yang membuat Erica terdiam menatap bingung. "Sudah Pak," ucap Erica. "Jangan lupa balas pesan saya ya," balas Dosen tersebut. Erica hanya tersenyum kikuk dengan bulu kuduk yang merinding. "Apa banget dah ini dosen," batin Erica. "Baik anak-anak sampai ketemu minggu depan, untuk Erica jangan lupa pesan saya." Erica hanya menyengir saja untuk menanggapinya. Rianti menoleh dan berkata, "Ada apaan woy? Lu kasus?" "Mendimg kasus dari pada di modusin," cetus Erica. "Lu di modusin?" tanya Rianti sambil tertawa, Erica hanya berdehem saja lalu menatap tajam ke arah sahabatnya. Erica mencetus, "Jijik tahu gak!" "Iya, iya tahu, makanya mending lu nikah ajalah," balas Rianti. "Gue rasa lu yang lebih gila deh Nti," ujar Erica lalu beranjak pergi meninggalkan Rianti yang terdiam. Rianti tanpa pikir panjang langsung menyusul Erica dan merangkul tangan sahabatnya. "Jangan ngambek dong, kita hangout yuk," ajak Rianti sambil menaikkan kedua alisnya, Erica hanya menghela nafasnya dan tersenyum mengangguk ke arah sahabatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD