Stefanny baru saja memasuki kompleks perumahan tempatnya tinggal, wanita itu terus termenung dan duduk dengan nyaman pada boncengan tukang ojek. Ia masih merasa kesal dengan semua hal yang Rifky ucapan beberapa waktu lalu, pria itu seakan-akan tidak menghormati keputusannya dan terlalu ikut campur dalam hidupnya. Stefanny mengerti jika Rifky khawatir, ia juga sangat paham jika pria tersebut mencintainya. Tetapi, apa semuanya harus berjalan sesuai dengan kehendak Ricky? Jelas saja tidak! Dirinya punya kehidupan, dan ia tak ingin orang lain terlalu tahu tentang hidupnya. “Mbak, kita udah nyampe.” Stefanny yang mendengar penuturan tukang ojek itu keluar dari lamunannya. Ia menatap ke arah rumah, dan melihat mobil Vicente sudah terparkir rapi. Wanita itu merasa kebebasannya kembali tersudut

