BAB 2 (The Ice Girl)

1025 Words
"Jika tuhan memberiku pilihan, aku akan memilih untuk menemui ya daripada merasakan luka yang lebih dalam lagi." -Lucia- *** 'Aku berharap hari ini tidak ada masalah dan takdir buruk yang menghampiriku, Tuhan...tolonglah.' batin Luci, sambil memejamkan matanya. "meong..." Luci menunduk melihat seekor kucing dibawahnya. Dengan tatapan yang sangat lucu, Luci pun akhirnya berjongkok di hadapan si kucing. "Selamat pagi, Tuan Toto." sapa Luci hangat. "meong!" Kucing bernama Toto itu bangkit dan mengelus tubuhnya pada Luci. Luci mengangguk dan berdiri mencari makanan untuk tuan kucingnya. Setelah selesai, Luci bersiap untuk pergi ke sekolah. "Toto, baik-baik di rumah. Jangan keluar, akan sangat bahaya jika kau diculik oleh si penyihir itu." "Meongg.." Luci mengelus kepala Toto, untunglah kucingnya termasuk jenis kucing yang pintar dan cerdik. Jadi Luci tak perlu bersusah payah untuk membersihkan kamarnya karena kotoran kucingnya. Ia keluar kamarnya dan tak lupa mengunci kamar tersebut. Luci takut jika nanti barang-barang pemberian bunda-nya di ambil oleh ibu tirinya. Tap tap tap.... Pada anak tangga terakhir, Luci melihat pemandangan keluarga bahagia di depan sana. Mereka terlihat sangat senang menikmati sarapan pagi bersama. Luci tak menghiraukan hal tersebut dan memilih pergi. Jalanan pagi ini cukup sepi, sehingga Luci dengan tenang membawa mobil kesayangannya. Namun siapa yang menyangka sesaat pikirannya melayang, sebuah sepeda melintas di depan mobilnya. Brakkkk.. Luci terkejut dan bergegas keluar dari mobilnya. Refleks yang cepat, Luci memapah ke pinggir jalan. Ia segera mengambil kotak P3K yang tersimpan di mobilnya. Mencoba tenang, Luci mengobati luka goresan itu dengan hati-hati. Tatapan dinginnya membuat gadis itu diam tak berkutik. "Awhh..." orang itu mengerang sakit, membuat Luci semakin merasa bersalah. Setelah membersihkan lukanya, Luci mengoleskan obat dan kemudian menutup lukanya. "Maaf, apakah masih terasa sakit?" "Tidak, luka ini tidaklah seberapa." jawab gadis itu sambil tersenyum manis. Melihat dari seragam mereka yang sama gadis itu mencoba membuka percakapan. Walaupun sedikit takut dengan tatapan Luci padanya, ah bukan-bukan!! Lebih tepatnya tatapan Luci pada lukanya. "Bukankah seragam kita sama?" Luci mengangguk sebagai jawaban. Bukannya sombong, tapi ia terlalu malas menjawab pertanyaan yang tidak ada isinya. Luci melihat ke arah jam tangannya, dan kemudian berdiri saat gadis itu diam. Ia berjalan ke arah sepeda di dekat mobilnya, mengangkat dengan mudah dan memasukkan ke dalam garasi mobil. "Naiklah!" Gadis itu sedikit latah saat tiba-tiba Luci mengajak untuk ikut bersama ke sekolah. Tak mampu menjawab gadis itu hanya mengangguk. Tak berapa lama, mereka sampai di sekolah. Luci keluar diikuti gadis itu. Tanpa menoleh dan menunggu, Luci berlalu dengan tas di tangannya. Namun, 3 meter sebelum pintu kelas, tubuhnya terdorong dan membentur dinding. Bugh.. 'Akhh.. Kenapa hari ini benar-benar s**l!!' Luci mendelik kesal dan menoleh. Dengan tatapan tajam yang menusuk. Luci tetap diam seakan menunggu permintaan maaf dari pelaku. Dava menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Sungguh ia tidak sengaja, ia tahu berurusan dengan gadis dingin di depannya ini tidaklah mudah. Dava mengalah dengan hatinya, ia menurunkan egonya lagi demi gadis dingin ini. "Maaf, aku tidak sengaja menabrak.... Oh, hai Cia." Dava mengangkat kepalanya, mencoba menampilkan wajah sendu tak lupa bumbu imut dan kemudian tersenyum manis. Tak sedikit orang yang menyaksikan hal itu hingga terdengar teriakan heboh para siswi di sekitar mereka, bahkan ada yang keluar kelas karena penasaran. Luci mendesah lelah karena ia paling benci menjadi pusat perhatian. Dan kemudian Luci meninggalkan Dava yang menatap heran. Benar-benar gadis ini, Huaaaahh inginku makan sertaku gigit pipinya itu. Ia bahkan tak menanggapi ucapan maafku... lain kali aku akan membuat perhitungan denganmu, dasar BERUANG ES MANISS. "Hei bro! Kenapa kau menjadi patung disini?" Rian tadinya dikejar Zian dan Dava. Namun saat ia tertangkap, hanya Zian yang memukuli kepalanya dengan ganas. Ia tak menemukan Dava. Rian bertanya kepada Zian yang untungnya Zian ikut berpikir dan tak lagi memukulinya. "Ini semua karna kau! Oh tuhan, wajahnya!!! Ingin sekali ku pijat dan membuat ekspresi disana, damn it menyebalkan sekali." Dava meremas rambutnya gemas. Rian tertawa keras, sekarang ia paham hal apa yang membuat sahabatnya itu sangat kesal. "Hahahah, Tuan Muda kita ternyata sangat mudah di kalahkan oleh pacarnya yang seorang manusia es, pemirsahhh!" seru Rian yang kemudian dihadiahi tendangan yang tepat mengenai pantatnya. "Diam! Lain kali aku akan membuatmu mati ditangan gadis itu. Dan karena kau dia pergi.." "Uuuu, oh ya?" Rian bersorak menggoda Dava. Sehingga laki-laki itu. mendelik kesal dan meninggalkan sahabatnya itu yang tengah sibuk tertawa. *** Di sudut kantin, Luci duduk sendirian sambil menikmati makan siangnya. Dengan sepasang airpods di telinga kanan dan kirinya. Tiba-tiba empat orang laki-laki duduk bersamanya. "Kau sudah selesai makan?" Luci menengok ke arah samping dan mengangguk. Ia melihat mangkuk bubur ayam yang masih penuh di hadapannya. Kemudian Luci menoleh lagi dan menggeleng. Luci menggeser makanannya pada Dava yang membuat laki-laki itu terkekeh gemas. Dava membelai rambut Luci lembut. "kenapa Luci, apa Dava sudah ketahuan selingkuh?" seru Zagi mengacaukan suasana. Zian menepuk keras bahu sahabatnya itu. Membuat Zagi mengaduh kesakitan. "Jangan sama-kan kekasihku dengan kalian!" Luci ikut mendelik tajam ke arah 3 remaja laki-laki di hadapannya. Merasa tidak suka dengan arah pembicaraan mereka. "He's only one and he's mine." lanjutnya sambil bermain game online di handphone milik Dava. Dava tersenyum manis merasa beruntung karena mendapatkan kekasih seperti Luci. Ia ikut memakan bubur milik Luci setelah menyuapi gadis itu. Luci memanglah gadis yang dingin dan cuek, walaupun mereka hanya berdua sikap Luci tak berubah banyak. Ia lebih sering tersenyum tipis, sangat amatlah tipis, tapi di saat itulah Dava mencoba memahami Luci. "Wah, ternyata seperti ini gadis yang posesif. Zi, aku juga ingin punya pacar!!" Rian dengan semangat mengguncang bahu Zian yang sedang menikmati baksonya. Zian menoleh kesal membuat Rian menunjukkan dua jarinya berbentuk tanda piece✌. "Dasar jomblo!" Zagi, Rian dan Zian hendak memprotes ucapan Dava namun Luci lebih dulu menghentikan pertengkaran mereka. "Diam atau yang akan membungkam mulut kalian satu persatu!" Dor.. Dor.. Dor.. Dor-- Keempat laki-laki itu bergidik ngeri. Ucapan Luci adalah nyata. Jika Luci telah membuat keputusan, maka akan ia lakukan hingga akhir. *** DavaVernand □ ❤ riansgill, zagisw dan 2.316 liked DavaVernand senyuman langka.. @riansgill aku jomblo, aku senang.. @DavaVernand bohong.. @zagisw yang dunia merasa milik berdua, menebar virus uwu dimana-mana.. @DavaVernand hatiku senang..:) @ZianHld iya deh iya. @SMAhits couple ter-aneh tapi uwu check! @GinaNdin iiihh, patah hatiku.. @Rkydos cantik banget!! -------------------next*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD