BAB 3 (The Ice Girl)

1191 Words
"Ketika kau merasa sendirian, ingatlah.. Masih ada aku dan Tuhan yang selalu bersedia menjadi tempatmu kembali dan menjadi tempat untuk mengadu." -Dava- *** Tringg.... Tringg.. Tringg... Luci merasa begitu lelah, ketika mendengar suara bel berbunyi nyaring. Hal itu menandakan bahwa waktunya untuk meninggalkan segala jam belajar mengajar sekolah. Jika diperbolehkan, Luci akan lebih memilih untuk tinggal dan menetap di sekolah saja, daripada harus kembali ke rumah itu. Walaupun sering merasa tak dianggap, namun setidaknya Luci lebih merasa nyaman di sekolah. Saat ini Luci hanya sendiri dikelas bersama buku-buku dan tas di sampingnya. Tak lama Dava datang dengan senyuman cerah di bibirnya. Luci cukup merasa bahagia dan beruntung memiliki seseorang yang mampu membuatnya terhibur ditengah-tengah kesakitan yang ia rasakan. "apa sudah selesai?" sapa Luci. "Hanya beberapa lembar data." Dava mengangguk, Luci memberikan botol minumannya yang segera diteguk habis oleh laki-laki itu. "Terima kasih." Mereka keluar kelas bersama, sambil menautkan tangan mereka. Hari ini Dava tidak membawa kendaraannya karena harus kembali mengajak Luci untuk berkunjung ke rumahnya. Setelah memasang seatbelt, Dava menjalankan mobil Luci dengan kecepatan sedang. Dava membuka obrolan mereka yang membuat Luci menoleh. "Cia, bunda berpesan, bahwa hari ini membawa kamu ke rumahku." ucap Dava merasa sedikit tegang. Hati-hati Dava mencoba kembali untuk membawa Luci ke rumahnya. Takut jika Luci merasa tak nyaman dan tersinggung dengan ucapannya. "Maaf..." jawab gadis itu singkat. Luci memalingkan wajahnya merasa tidak enak dengan Dava. Bukannya tidak mau, tapi Luci merasa belum siap untuk bertemu dengan bunda Dava. Luci takut jika nanti ia akan diperlakukan sama seperti di keluarganya sendiri, padahal Luci tahu tidak akan terjadi demikian. Dava mengangguk paham dan memutar kemudi ke arah pusat perbelanjaan yang cukup dekat dengan sekolah mereka. Ia memaklumi apa yang Luci katakan. Dava sangat memahami keadaan Luci yang mengalami trauma akibat keluarganya sendiri. Luci memang gadis yang dingin dan cuek, tapi ia selalu terbuka kepada Dava sehingga membuat laki-laki itu merasa sangat dihargai dan diharapkan. Kejadian ini berawal dari hari itu.... Luci dan Dava baru saja menjadi sepasang kekasih, mungkin hubungan mereka baru berjalan 1 minggu. Hari itu bertepatan dengan satu tahun kematian ibunda Luci. Dava mengerti akan hal itu, sehingga mereka berjanji untuk bertemu sorenya di taman. Tapi saat hendak pergi, Dava mendapat satu pesan dari Luci. From: Ice girl Maaf, aku tidak bisa datang. Dava mengenyit heran, ia berpikir mungkin Luci sangat sedih sehingga menolak bertemu. Dava kembali ke dalam rumahnya dan duduk bersama Dasha di ruang keluarga. "Dava? Kenapa tidak jadi pergi bersama Cia?" tanya Dasha heran. Ia membawa dua teh hangat untuk ia dan putra tunggalnya itu. Dava menggeleng dan kemudian merasakan usapan hangat di kepalanya. "Tak apa, mungkin Cia sedang ingin sendirian." Dasha mencoba memberi pengertian kepada anaknya. Dava kembali mengangguk paham sebagai jawaban. Tak lama handphone Dava bergetar, Dava segera mengambilnya berharap Luci berubah pikiran. Namun ternyata ia salah. Drrtt.. Drrttt... Nama Rian-lah yang tertera disana. Ada perasaan sedikit kecewa dihatinya karena bukan Luci yang menelepon. "Ada apa?" sapa Dava malas. "(Kau dimana? Aku baru saja keluar bersama Zagi dan kau tahu apa?)" "Ck, apa?" ucap Dava semakin malas. "Aku lihat Luci bertengkar dengan ayahnya di Jln. ****.)" Dava kaget, lalu langsung pamit pada bundanya. "Apa sekarang dia masih disana?" Tangannya memutar kemudi mobilnya dengan cepat. "(Aku pikir begitu, karena aku baru saja melewatinya dan langsung meneleponmu.) " "Baiklah, thanks Ian." Dava memutuskan panggilan tersebut secara sepihak dan segera melaju dengan cepat ke arah yang diberitahu oleh sahabatnya. *** "Apa benar kau ayah kandungku?" Pertanyaan yang sangat sederhana itu membuat Jordan melotot marah pada Luci. Kemarahannya sudah berada di ujung kepala, sangat siap untuk lepaskan kapan saja. "Apa maksudmu?" saut Jordan berusaha tenang. "Haha, benar juga, jika kau ayah kandungku... Kau tidak akan melupakan hari ini dan tidak akan pergi bersenang-senang bersama keluarga barumu itu." Luci tertawa dingin membuat hawa di sekitar mereka semakin gelap. Jordan juga entah mengapa ia sampai begitu lupa dengan hari ini. Hal ini dikarenakan ia sudah berjanji pada Meria untuk membawa anaknya itu jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Tapi apakah pantas Luci berkata demikian kepadanya. Dan ya, Jordan memilih mengalah pada Luci, ia memilih meminta maaf pada putrinya tersebut. "Itu memang kesalahan ayah, ayah minta maaf." Lagi-lagi Luci terkekeh dingin dengan menatap seluruh keluarga barunya disana, membuat Jordan kembali terpancing. "Haha, tak apa.. Aku tahu dari awal kematian bundaku, kau bukanlah ayahku. Aku dulu mulai berpikir, sebenarnya kau lah yang membuat bundaku pergi-" Plakkkk... "Apa maksudmu Luci?!! Apa maksud ucapan busukmu itu?!!" Itulah kali pertama Jordan menampar Luci. Sebelumnya walaupun ia sangat marah pada Luci, Jordan tak pernah menaikkan tangannya untuk berlaku kasar pada putrinya itu. "APA YANG KAU LAKUKAN!!!!!" Disana Dava berjalan gelisah ke arah Luci. Laki-laki itu mengusap lembut pipi Luci yang terkena tamparan keras dari sang ayahnya. "Kamu tidak apa-apa?" Luci yang masih sempoyong dan terkejut dengan kedatangan Dava, hanya mampu mengangguk diam. "Apa kau gila? DIA INI PUTRIMU!!" Ingin sekali rasanya Dava berkelahi dengan pria tua di hadapannya itu. Tapi ia masih bisa berpikir jernih untuk tidak melakukan hal-hal di luar nalarnya. Jordan tergugup melihat tatapan tajam dari Dava. Rasanya ia tak mampu untuk menjawab. "A-ak..aku.." "Sepertinya memang benar, Anda memang tidak layak dipanggil seorang ayah!" Dava kembali kepada Luci dan membawa gadis berpakaian hitam itu pergi dari sana. Namun ia kembali menoleh tajam pada Jordan. "Benar-benar tidak pantas!" lirih Dafa yang membuat semua orang disana bungkam. Jordan menatap kepergian putrinya dan laki-laki itu dengan hati yang sangat menyesal. Namun, kemudian Meliza mendekat dan berkata bahwa Jordan tidak salah sehingga ia juga berpikir demikian. Di dalam mobil Luci menangis dalam diam berusaha menahan tangis ya di hadapan Dava. Namun, itu tak bertahan lama. Dava tiba-tiba memeluknya dan membuatnya menangis keras. "Menangislah, jika itu membuatmu merasa lebih baik." Dan berakhir sudah, Luci menangis begitu kencang. Mungkin jika ada yang mendengar tangisannya, mereka juga akan merasakan sakit yang Luci rasakan. "Maaf-maafkan aku,.." Hati Dava begitu sakit saat mendengar kata-kata Luci. Kekasih dinginnya itu terlihat begitu kacau dan menyedihkan. Dava hanya bisa memeluk ya erat, mengusap lembut rambutnya dan diam. Ia mengerti bahwa Luci sangat membutuhkan sandaran saat ini, sehingga dengan rela ia menjadi tempat sandaran untuk kekasihnya. Setelah Luci mengeluarkan semua kesedihannya, gadis itu mencoba terbuka dengan Dava. Karena ia tak memiliki teman untuk berbagi, maka Dava-lah satu-satunya orang terdekat yang ia miliki saat ini. "Begitulah.." Terasa begitu lega, saat semuanya telah Luci bagikan kepada Dava. Ia tak takut jika suatu saat Dava menceritakan hal itu kepada orang lain, karena bagaimana pun Luci tak pernah peduli dengan pendapat orang lain. Dava kembali menarik Luci ke dalam pelukannya. Kesal dan marah, itulah yang Dava rasakan saat Luci menceritakan kejadian menyakitkan itu kepadanya. "Jangan takut dan ragu padaku, aku akan selalu berada di sampingmu." Luci tersenyum manis membuat Dava tertegun. Karena untuk pertama dan terakhir kalinya Luci tersenyum lepas kepadanya. "Terima kasih." Walaupun Dava bukan laki-laki romantis yang memanggil kekasih dengan kata-kata sayang, tapi ia mempunyai cara tersendiri untuk mengungkapkan perasaannya. Luci juga merasa beruntung akan hal itu. Setelah hari itu, hubungan Luci dan Dava semakin kuat. Mereka memang bukan pasangan yang suka bermesraan tapi mereka punya cara untuk saling membahagiakan. ***** LuciaVernand □ ❤DavaVernand, ZianHld, zagisw and 5.814 Liked. Thanks for everything Comments disabled! ------------------‐--next*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD