Catatan Distrik

665 Words
Kami berperang untuk sebuah nama, sebuah nama yang akan membawa keadilan bagi saudara-saudara kami. Kami berperang untuk mendapatkan kemerdekaan yang tidak pernah diberikan kepada kami dengan layak. Kami menangis, kami mengemis belas kasihan. Tapi ... pada akhirnya mereka tetap membunuh kami. Timah panas atau ranjau, semua akan menuju akhir yang sama. Siapa yang ingin berperang? Tidak ada, tidak ada satupun dari kami yang ingin berperang, sebenarnya. "Perang sudah berakhir, jadi kenapa kita harus kembali berperang?" Itulah kata-kata yang aku dengar dari para tetua. Tapi semua berbeda dari apa yang mereka katakan. Perang masih tetap berlanjut sampai detik ini, dan tidak ada yang bisa menghentikannya meski itu Park Chung Hee sekalipun. Hanya untuk sebuah nama, kami saling menumpahkan darah saudara-saudara kami. Sebuah nama yang akan membawa keadilan menghampiri kami dan menyingkirkan para manusia serakah yang menghancurkan distrik kami, tempat tinggal kami dan keluarga kami. Serta Distrik 7, distrik terkutuk yang aku pastikan akan menghancurkannya suatu hari nanti. Perang tidak akan pernah berakhir sampai manusia menghilangkan keserakahan mereka. "Yoo Kihyun, Ketua Aktivis Distrik 9" •••• Aku masih berada di usia 19 tahun ketika aku ingin membunuh seseorang untuk pertama kalinya. Aku pikir aku masih terlalu muda untuk berperang. Aku sangat egois, kekanak-kanakan dan tidak bisa berpikir dengan baik. Aku adalah orang yang sangat kacau. Dulunya aku berpikir bahwa aku akan menjadi orang hebat di masa depan, memiliki nama baik dan menyelamatkan distrik. Tapi pada kenyataannya, tempat yang aku tinggali merupakan sebuah fiksi. Sebuah tempat yang bahkan tidak diketahui oleh dunia. Aku ingin keluar dari tempat ini sekali saja dan menemui Park Chung Hee. Aku ingin mengatakan padanya bahwa di sini masih ada kehidupan. Ini adalah masa muda yang sangat berat. Aku pikir aku masih terlalu muda untuk bisa memimpin rekan-rekanku. Mereka semua menaruh harapan yang besar padaku, tapi semua tiba-tiba menggelap untukku. Aku belum siap, itulah kenyataannya. Aku terlalu pengecut bahkan untuk berdiri dan memulai perang kembali. Aku takut, sangat takut ... aku takut jika satu-persatu teman-temanku akan mati di hadapanku. Ya, aku memang pengecut, aku memang takut akan kematian. Tapi sebelum seseorang itu meraih bahuku yang gemetar. Dia merengkuh tubuhku dan mengatakan, "perang belum berakhir bagi para pejuang." sebuah pernyataan yang membuatku kembali pada kenyataan dan menangis seperti anak kecil. Dia yang begitu sempurna dan agung di mata pengecut ini. Suatu hari nanti, aku ingin menjadi orang sekuat 'Kakak' ini dan akan aku bawa pulang kembali saudara-saudaraku. Itulah sumpahku! "Bang Chan, Ketua Aktivis Distrik 1" •••• 1975, dua puluh lima tahun setelah penyerangan Korea Utara. Memasuki era kepemimpinan Presiden ke tiga Korea Selatan, Park Chung Hee. Sangat menyedihkan karena perang masih berlangsung dan banyak warga sipil yang telah menjadi korbankan. Aku melihat begitu banyak anak muda di setiap distrik, dan mereka berbeda satu sama lain. Tapi semua semakin terlihat jelas berbeda ketika kaki ini memasuki wilayah distrik yang juga disebut sebagai distrik tergelap di antara sembilan distrik yang ada. Sebuah distrik yang begitu berbeda. Terdapat sekumpulan anak muda, mungkin berusia sekitar dua puluh tahunan. Mereka sangat arogan dan kasar. Mereka memiliki sisi yang sangat gelap dari semua pemuda yang pernah aku temui di semua distrik. Tapi satu hal yang membuatku kagum. Mereka saling melindungi satu sama lain, mereka menciptakan basis kekuatan yang sangat sempurna meski tanpa senjata. Mereka anak yang sangat jenius, mereka berbeda dan mereka memimpin. Tapi mereka akan segera berakhir. Itulah jalan yang telah ditunjukkan di hadapanku. Aku tidak tahu apakah aku masih pantas untuk menulis hal tentang mereka. Sepertinya aku adalah orang yang sangat hina di mata mereka, dan bahkan jika aku melontarkan pertanyaan kepada mereka, tidak ada satupun orang yang bersedia untuk memberikan jawaban. Mereka hanya mengatakan, "hanya berdiam diri dan lihatlah!" "Lihatlah bagaimana cara satu persatu dari kami menuju kematian." "Meski kau bisa berbicara menggunakan bahasa Korea, tapi tidak seharusnya kau berada di sini. Pulanglah ke negaramu sebelum kau kehilangan nyawamu dengan sia-sia di sini, Bung!" Pernyataan yang menunjukkan seberapa hinanya orang ini, apa yang harus aku lakukan sekarang? "Mark Tuan, Anggota Militer Amerika Serikat"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD