Chapter 09

1526 Words
Chang Kyun berdiri di dekat jendela, memandang ke luar. Terhitung sudah sepuluh menit kepergian Kihyeon, dan Chang Kyun belum ingin beranjak dari posisinya saat ini. Ada yang aneh, itulah yang mengganggu pikiran Chang Kyun saat ini. Kihyeon tiba-tiba memutuskan untuk pergi sendirian setelah kunjungan Lee Dong Shik. Chang Kyun ingin tahu alasannya. Namun pemuda itu telah terjebak dalam karakternya yang sangat tertutup sehingga ia tidak akan bertanya meski hal itu cukup mengganggunya. Tak bisa hanya berdiam diri di sana, Chang Kyun kemudian kembali membereskan barang-barang milik Kijeon. Meski hanya menunggu tidaklah berpengaruh terhadap kekhawatiran yang kini ia rasakan karena kepergian Kihyeon. Sementara itu Kihyeon tampak berjalan kaki menjauhi area asrama yang ditinggali oleh Kijeon. Mengenakan pakaian Kijeon yang membuatnya terlihat lebih dewasa, Kihyeon memakai kacamata yang kebetulan ia temukan di laci milik Kijeon. Tidak ada yang salah dengan mata Kihyeon, kacamata yang kini ia pakai juga bukan kacamata khusus untuk orang-orang yang memiliki masalah dengan mata mereka. Dan karena kacamata itu pula lah, Kihyeon tahu bahwa selama ini mata Kijeon baik-baik saja meski sang kakak selalu memakai kacamata. Kihyeon tidak tahu alasan Kijeon selalu memakai kacamata, dan ia belum terlalu memikirkan hal itu. Berbaur dengan para penduduk Gwangju, Kihyeon tampak seperti penduduk pribumi meski ia tidak tahu tempat seperti apa yang ia singgahi saat ini. Sempat bertanya hingga beberapa kali kepada orang-orang yang ia lewati, pada akhirnya Kihyeon sampai di tempat tujuan. Langkah Kihyeon terhenti di depan sebuah bangunan yang tidak lain adalah perpustakaan negara. Sebuah tempat yang dibuka untuk umum. Kihyeon kemudian bergegas memasuki bangunan itu. Seperti ucapan Lee Dong Shik, aktivitas di perpustakaan itu sudah kembali normal meski terlihat sepi. Berusaha untuk tak menarik perhatian, Kihyeon segers menghampiri rak buku dan mengambil sebuah buku. Sama seperti orang-orang di sana, Kihyeon bersikap layaknya pengunjung lainnya. Berjalan menyusuri rak buku dengan cara yang natural meski tatapan tajamnya mengawasi sekitarnya. Kihyeon berjalan dengan langkah yang pelan dan tenang, mencari sesuatu yang dikatakan oleh Dong Shik. Hingga langkah pemuda itu kemudian terhenti setelah pandangannya menemukan salah satu sudut yang terlihat paling mencolok di matanya. Kihyeon mendekati sudut tersebut, dan bisa dilihatnya beberapa cacat pada tembok di sana yang belum diperbaiki. Langkah Kihyeon terhenti, tatapan tajamnya menemukan beberapa lubang kecil pada tembok di hadapannya yang menegaskan bahwa ucapan Lee Dong Shik merupakan sebuah kebenaran. Hwang Kijeon tidak tewas di tengah jalan saat kerusuhan mahasiswa terjadi. Melainkan diserang di dalam perpustakaan. Tangan Kihyeon terkepal kuat, mengutuk siapapun yang sudah melakukan hal itu pada kakaknya. "Siapakah kalian yang sudah melakukan ini terhadap keluargaku?" gumam Kihyeon yang sarat akan kebencian. "Kau sudah mendengarnya?" "Tentang apa?" "Adik Kijeon datang ke Gwangju." "Apa? Sungguh?" Perhatian Kihyeon teralihkan oleh pembicaraan dua pemuda asing yang berada tidak jauh dari tempatnya. Kihyeon menyusuri barisan yang berbeda dan berhasil menemukan kedua pemuda yang terlihat seumuran dengan Kijeon berada di seberang tempatnya. Melalui celah pada rak buku, Kihyeon memperhatikan keduanya. Pemuda pertama mendekati pemuda ke dua dan berbicara dengan nada berbisik namun tetap bisa didengar oleh Kihyeon, "Beberapa orang melihatnya. Mereka juga mengatakan bahwa Dong Shik menemui anak itu." Pemuda ke dua terlihat lebih terkejut. "Apa? Lee Dong Shik?" Pemuda pertama mengangguk. Pemuda ke dua terlihat kesal sekaligus frustasi. "Dia sudah gila. Kenapa dia harus menemui anak itu? Apa yang dia katakan pada anak itu?" "Tidak ada yang tahu apa dia katakan pada anak itu." "Lalu di mana Dong Shik sekarang?" "Menghilang." Netra Kihyeon memicing. Pemuda ke dua terlihat tak percaya. "Ke mana? Jangan-jangan ..." Pemuda pertama segera menyela, "tidak, ada orang yang melihatnya pergi meninggalkan Gwangju. Sepertinya dia pergi ke Seoul." "Kau yakin? Bagaimana jika dia membuat masalah dengan Distrik 1?" "Tidak, tidak. Itu tidak mungkin." "Ya! Kau masih mempercayai Lee Dong Shik?" Pemuda pertama terlihat begitu menuntut. "Jangan lupakan apa yang terjadi pada Kijeon. Apa yang dia lakukan sehingga membuat militer Distrik 1 marah? Kau tahu? Kau bisa menebaknya? Hwang Kijeon terlihat seperti orang i***t, tapi ada monster yang hidup di dalam dirinya." Kihyeon menjatuhkan pandangannya dan tersenyum tak percaya. Entah di bagian mana yang lucu. Pemuda pertama menentang ucapan pemuda ke dua, "jaga ucapanmu. Setidaknya Kijeon tidak pernah bertindak untuk kepentingannya sendiri." "Kau masih ingin menipu dirimu sendiri?" "Apa?" Pemuda pertama terlihat bingung. "Hwang Kijeon, monster itu sering mengunjungi Distrik 1. Kau sungguh tidak tahu? Apa yang dia lakukan di Distrik 1, kenapa ... kenapa dia harus tewas di tangan militer Distrik 1? Kau tidak ingin tahu alasan? Monster itu—" "Kau terlalu berlebihan, Kijeon adalah teman kita." Pemuda pertama tampaknya berpihak pada Kijeon. "Monster, ya?" Kedua pemuda Gwangju itu terkejut ketika suara asing menginterupsi pembicaraan mereka. Keduanya serempak menoleh ke sumber suara dan saat itu Kihyeon memindahkan buku di hadapannya agar bisa melihat kedua pemuda asing itu dengan lebih jelas. Kedua pemuda itu saling bertukar pandang sebelum kembali memandang Kihyeon dengan wajah yang terlihat terancam. Pemuda ke dua menegur, "siapa aku?" "Seseorang yang kalian bicarakan ... aku mengenalnya dengan cukup baik." Kedua pemuda itu terlihat waswas, dan tatapan mengintimidasi milik Kihyeon lantas menemukan kedua pemuda itu. Kihyeon kemudian berucap, "Hwang Kihyeon. Orang itu ... adalah aku." Kedua pemuda itu terlihat sangat terkejut dan bingung dalam waktu bersamaan. Sementara Kihyeon terlihat sangat menuntut. Meski dia lebih muda dibandingkan dengan kedua pemuda itu, namun aura seorang pemimpin yang ia miliki berhasil mengintimidasi sang lawan bicara. DISTRICT 9 : 1979 Camp Militer, Distrik 1. Seorang perwira tampak baru saja meninggalkan sebuah ruangan dan saling memberi hormat kepada rekannya yang berpapasan. Sementara itu di dalam ruangan itu beberapa petinggi militer yang menguasai Distrik 1 tampak tengah dalam pembicaraan yang serius. Empat perwira tinggi berpangkat Kolonel. Tiga di antaranya duduk mengitari meja, sementara satu orang berdiri dan menjadi pemimpin dalam pertemuan itu. Kang Woo Sang, Shin Seung Ok, Shin Dong Yeup dan Kim Dae Shik. Empat orang itulah yang bertanggungjawab penuh atas aktivitas militer di Distrik 1. Dan kali ini mereka kembali berkumpul untuk membahas hal penting yang belum terselesaikan dengan sempurna. Kim Dae Shik, seseorang yang berdiri memimpin rapat itu buka suara sembari menepuk sebuah foto pemuda yang ditempelkan pada dinding usang. "Hwang Kijeon dari Distrik 9, kalian yakin anak ini tidak akan menyebabkan masalah?" Semua pandangan jatuh pada Shin Seung Ok, menegaskan bahwa dia lah yang paling bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada Hwang Kijeon. Dan benar dugaan Min Hyeok selama ini. Tak hanya Kijeon, melainkan putra dari Kepala Distrik 4 dan juga beberapa pemuda yang berasal dari keluarga berpengaruh di setiap distrik. Foto mereka juga ditempelkan pada tembok. Hal itu membuktikan bahwa mereka telah berkonspirasi dengan membunuh para pemuda yang mereka anggap sebagai ancaman bagi pihak militer di masa depan. Namun dari sekian foto pemuda yang berada di sana, foto milik Kihyeon yang terlihat memakai seragam SMA pun bersanding dengan foto milik Kijeon. Shin Seung Ok angkat bicara dengan cara yang santai, "Hwang Kijeon sudah tewas, apa lagi yang perlu dikhawatirkan?" Shin Dong Yeup menyahut, "membunuh satu orang bukanlah hal yang sulit. Dengan kematian anak itu, kita tidak perlu mengkhawatirkan lagu masa depan Distrik 9. Dalam waktu tiga tahun, Distrik 9 harus sudah bisa kita kuasai." "Tidak semudah itu," Kim Dae Shik menyela dan menunjuk foto Kihyeon. "Hwang Kihyeon, putra bungsu Hwang Sejin ... dia bahkan bisa menjadi ancaman yang lebih besar dibandingkan dengan kakaknya." Sudut bibir Shin Dong Yeup tersungging. Dia kemudian melontarkan sebuah komentar, "dia terlihat lebih licik dibandingkan dengan kakaknya." Kim Woo Sang menengahi, "Hwang Kijeon sudah tewas, tapi masih ada Hwang Kihyeon yang akan meneruskan kepemimpinan ayahnya. Kalau begitu ... tidak ada jalan lain selain menyingkirkan anak itu." "Jang Hyung Won, apakah anak itu bisa dipercaya?" Shin Seung Ok tiba-tiba berkomentar dengan pandangan yang mengarah pada foto milik Hyung Won yang juga berada di sana. Kim Dae Shik mengambil foto Hyung Won dan memperhatikan wajah pemuda itu. Dengan penuh pertimbangan pria itu kemudian memberikan komentar, "Tergantung bagaimana cara Kang Hyun Jae mendidik putranya." Kang Woo Sang menyahut, "aku menyukai anak itu. Setidaknya dia akan mirip dengan ayahnya." "Kalau begitu apa yang bisa kita lakukan untuk Hwang Kihyeon?" pertanyaan itu keluar dari mulut Shin Dong Yeup yang membuat semua orang saling bertukar pandang untuk menentukan keputusan terakhir. Kim Dae Shik lantas membuat keputusan yang mewakilkan pendapat semua orang. "Kepemimpinan Hwang Young Jin harus diakhiri sampai di sini." Kim Dae Shik menjatuhkan pandangannya pada foto Kihyeon dan setelahnya memblokir foto Kihyeon menggunakan foto Hyung Won. Pria itu berucap, "kita harus mengurus masa depan Hwang Kihyeon." Shin Dong Yeup menjatuhkan pandangannya dan tersenyum, terlihat puas akan sesuatu. Sementara itu pandangan Kim Dae Shik tertuju pada potret Kang Hyung Won, seakan ia tengah menaruh harapan beserta keraguan pada sosok pemuda misterius itu. Tapi, takdir apa yang akan mereka buat untuk kedua pemuda Distrik 9 itu. Hwang Kihyeon si putra bungsu dari Ketua Distrik 9, Kang Hyung Won si putra tunggal dari Wakil Ketua Distrik 9. Takdir apakah yang akan menjerat mereka setelah ini? Catatan : Silsilah kepemimpinan Distrik 9. Ketua Distrik 9 pertama adalah Hwang Young Jin, kakek dari Kihyeon. Ketika Hwang Young Jin meninggal, Hwang Sejin secara otomatis menggantikan sang ayah. Dan ketika Sejin meninggal, maka Kijeon secara otomatis menjadi penerus Sejin. Tapi karena Kijeon meninggal, maka secara otomatis Hwang Kihyeon lah yang akan meneruskan jabatan sang ayah. Dan keturunan Kihyeon selanjutnya juga akan mewarisi jabatannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD