Chapter 27

1541 Words
Sore itu Chang Kyun menghampiri Min Hyeok yang tengah menunggu rekan-rekan mereka untuk pulang bersama di gerbang universitas. "Kak Han." Min Hyeok menoleh ke sumber suara dan balik menegur, "kau sudah selesai?" Chang Kyun mengangguk dan kembali berbicara begitu sampai di hadapan Min Hyeok, "yang lainnya belum datang?" "Mereka datang," ucap Min Hyeok begitu melihat keempat rekannya meninggalkan gedung universitas. Chang Kyun sekilas memandang ke arah teman-temannya dan kembali pada Min Hyeok. "Setelah ini, bisakah Kak Han datang ke Bukit Terlarang?" Min Hyeok menatap penuh tanya, "ada apa? Kenapa kau ingin aku pergi ke sana?" "Ada hal yang ingin aku katakan." "Kalau begitu katakan saja sekarang." "Tidak, aku hanya ingin mengatakannya pada Kak Han. Setelah ini datanglah ke Bukit Terlarang, aku pergi dulu." Chang Kyun kemudian pergi dan tentu saja hal itu membuat Min Hyeok memandang pemuda itu dengan tatapan heran. Dan saat itu rekan-rekan mereka pun datang. "Kenapa anak itu pergi lebih dulu?" tegur Joo Heon. Min Hyeok menjawab, "sepertinya dia memiliki keperluan." "Kalau begitu kita pulang sekarang," Hyeon Woo menengahi dan mereka pun bersama-sama meninggalkan universitas. Namun saat baru saja melewati gerbang, pandangan Min Hyeok menemukan sosok Seo Hye yang juga baru saja meninggalkan universitas. Min Hyeok kemudian menegur, "Agassi." Langkah Seo Hye terhenti, begitupun dengan langkah rekan-rekan Min Hyeok. Min Hyeok kembali menegur, "mari pulang bersama." Hal itu sudah sering terjadi. Biasanya mereka akan saling bergantian untuk menemani Seo Hye pulang, hal itu mereka lakukan karena Seo Hye adalah satu-satunya wanita dari tempat mereka. Dan tentu saja sangat wajar jika mereka khawatir terhadap Seo Hye karena mereka tumbuh di lingkungan yang sama. Namun hari itu Seo Hye sedikit canggung, terlebih saat pandangannya bertemu dengan Hyung Won. Gadis itu kemudian berucap, "aku bisa pulang sendiri." Seo Hye lantas pergi, meninggalkan perasaan heran bagi Min Hyeok beserta rekan-rekannya kecuali Hyung Won. "Ada apa dengannya?" gumam Joo Heon. Hoseok menyahut, "mungkin dia masih marah karena Chang Kyun." "Bisa jadi," Joo Heon kembali menimpali. "Ayo," Hyeon Woo kembali menengahi dan mereka benar-benar melakukan perjalanan untuk pulang. Sesampainya di Distrik 9, Min Hyeok memisahkan diri dengan yang lain. Sesuai dengan permintaan Chang Kyun, Min Hyeok pergi ke Bukit Terlarang. Dan di penghujung musim dingin itu, bunga-bunga di Bukit Terlarang telah bersiap untuk bermekaran di awal musim semi nanti. Udara masih cukup dingin meski salju tak lagi turun. Angin di akhir musim dingin berhembus, membuat Min Hyeok sedikit menggigil dan merapatkan pakaian luarnya. Sore itu seperti biasanya, seperti hari-hari yang lalu. Suasana Bukit Terlarang masih sangat sunyi. Hanya terkadang hembusan angin terdengar mengusik hati di saat para binatang enggan untuk keluar saat musim dingin. Pada akhirnya Min Hyeok sampai di puncak Bukit Terlarang. Langkah itu terhenti ketika pandangannya menemukan sosok lain berdiri membelakangi tempatnya berdiri saat ini. Bukan Shin Chang Kyun yang Min Hyeok temui sore itu di Bukit Terlarang. Melainkan punggung asing yang terlihat familiar dalam waktu yang bersamaan. Min Hyeok kemudian menegur, "siapa kau?" Sosok asing itu berbalik, membuat netra penuh selidik Min Hyeok melebar. Seulas senyum tipis yang kemudian melebar membawa ingatan Min Hyeok akan sosok di hadapannya di masa lampau. "Lama tidak bertemu, Han Min Hyeok," tegur Kihyeon dengan seulas senyum tipis yang tertahan di wajahnya. Sudut bibir Min Hyeok tersungging sebelum seulas senyum tak percaya terlihat di wajahnya. Namun tatapan terkejutnya beberapa detik yang lalu kini justru memperlihatkan kekesalan. "Kau sudah puas bermain-main dengan kami?" sinis Min Hyeok. Kihyeon mengendikkan bahunya, "entahlah. Mungkinkah seharusnya aku pergi lebih lama lagi?" Kihyeon tersenyum lebar ketika melihat Min Hyeok yang menghampirinya terlihat semakin kesal. Sesampainya di tempat Kihyeon, Min Hyeok langsung memukul kepala Kihyeon. "Kau! Kau tidak tahu betapa khawatirnya kami?" ucap Min Hyeok bernada marah. "Aku tahu, aku mendengarnya dari Chang Kyun." Sudut bibir Min Hyeok kembali tersungging, "sudah aku duga, anak itu pasti berkomplot denganmu." "Tidak ... jangan berpikiran buruk pada anak itu. Aku baru menemuinya tadi malam," Kihyeon tersenyum lebar di akhir kalimatnya. "Kau benar-benar keterlaluan," ucap Min Hyeok yang masih tampak kesal. Kihyeon mengulurkan tangannya sembari tersenyum lebar. Dan ketika Min Hyeok menjabat tangannya, Kihyeon langsung menarik pemuda itu. Memberikan pelukan serta tepukan pada punggung pemuda itu. Kihyeon bergumam, "dasar bodoh. Seharusnya kau berhenti datang kemari." Kihyeon melepaskan pelukannya dan setelahnya keduanya terlibat pembicaraan dengan lebih santai. Keduanya duduk berdampingan, merasakan tanah yang dingin di bawah mereka. Min Hyeok kemudian menegur, "ke mana saja?" Kihyeon menjawab dengan pembawaan yang tetap santai seperti di awal pertemuan mereka, "aku tidak ke mana-mana, aku masih di sini. Aku sering melihatmu berdiri di sini dan aku sering melihatmu berjalan di distrik sendirian." Min Hyeok menatap sinis dan mencibir, "meski tahu begitu, kau tidak kunjung menampakkan diri." Kihyeon tertawa ringan. "Seharusnya aku meminta maaf dengan layak padamu. Aku tidak tahu jika kau percaya bahwa aku akan kembali." "Apa itu menyenangkan untukmu?" Tersisa garis senyum tipis di wajah Kihyeon. Dan pemuda itu lantas menggeleng. "Tidak juga. Aku berencana kembali saat musim semi, tapi sepertinya itu akan menyulitkan Chang Kyun." Min Hyeok memandang Kihyeon dengan tatapan yang lebih serius, "jujurlah sekarang, apa yang kau lakukan selama ini?" Kihyeon balik memandang. "Aku sudah mendengarnya dari Chang Kyun bahwa kalian mencurigaiku tentang insiden di area pembangunan 49, Distrik 1." "Lalu, apa itu tidak benar?" "Menurutmu bagaimana? Meski mereka membunuh Kak Kijeon, bisakah aku menjadi seperti mereka? Membunuh manusia tidak semudah yang dibayangkan. Meski sudah memikirkannya ratusan kali, kau pikir aku akan benar-benar melakukannya?" Min Hyeok memalingkan pandangannya dan menunduk dengan seulas senyum yang tiba-tiba terlihat di wajahnya. Pemuda itu lantas bergumam, "syukurlah, itu membuatku lega." Kihyeon tersenyum simpul dan memalingkan wajahnya. Apa yang telah disyukuri oleh Min Hyeok pada dasarnya hanyalah kebohongan belaka. Kihyeon bersyukur bahwa orang-orang di sekitarnya mungkin akan mensyukuri kebohongan yang telah ia buat. Namun entah sampai kapan ia bisa menutupi wajah lainnya yang merupakan seorang pembunuh berdarah dingin. Kihyeon diam-diam memperhatikan telapak tangannya, dan seulas senyum yang menunjukkan keprihatinan itu terlihat di wajahnya. Dengan tangan itu dia mendapatkan kepercayaan orang-orang di sekitarnya, dengan tangan itu dia akan melindungi orang-orang di sekitarnya. Namun dengan tangan itu pula, dia mengambil nyawa manusia dengan seulas senyum yang terlukis di wajahnya. Seperti bunga-bunga yang sebentar lagi akan menyelimuti Bukit Terlarang, seperti itulah seorang Hwang Kihyeon. Terlihat mengagumkan jika hanya dipandang sekilas, namun sangat mengerikan jika dikenal lebih dalam. DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL Setelah pertemuan singkatnya dengan Min Hyeok berakhir, Kihyeon menempuh perjalanan untuk pulang ke rumahnya. Meninggalkan mobilnya di gubuk, pemuda itu lebih memilih meninggalkan Bukit Terlarang bersama Min Hyeok. Dan ketika ia telah sampai di jalanan dekat rumahnya, pandangan pemuda itu menemukan sosok Seo Hye yang tengah berada di halaman rumah gadis itu. Seulas senyum hangat tercipta di wajah Kihyeon. Pemuda itu melangkah lebih lebar untuk menghampiri gadis itu. Sejenak berdiam diri berdiri di depan pagar tembok rumah Seo Hye, Kihyeon memperhatikan gadis itu. Namun hal itu tak bertahan lama karena Seo Hye berjalan menuju pintu rumah. Kihyeon pun segera menegur gadis itu. "Agassi." Langkah Seo Hye terhenti, batin gadis itu tersentak ketika mendengar suara yang selalu ingin ia dengar secepat mungkin. Gadis itu perlahan berbalik dan tertegun ketika benar-benar melihat wajah Kihyeon yang berada dalam jangkauannya. Seo Hye kembali melangkah ke halaman, dan saat itu Kihyeon melompati pagar tembok untuk menghampiri gadis itu. Di luar dugaan Seo Hye, sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya tiba-tiba saja terjadi. Pertemuan yang ia pikir akan menjadi sebuah pertemuan yang canggung justru berbeda jauh dengan apa yang ia bayangkan saat ini. Kihyeon langsung memeluk Seo Hye begitu berhasil menjangkau tempat gadis itu. Dan ini adalah kali pertama bagi mereka sedekat itu. Seo Hye sempat terkejut, namun suara Kihyeon berhasil menyadarkan gadis itu. "Aku pulang ... terima kasih, sudah bersedia menungguku." Dengan ragu Seo Hye membalas pelukan itu dan hal itu membuat senyuman di wajah Kihyeon melebar. Karena respon yang diberikan oleh Seo Hye menegaskan bahwa gadis itu tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun. Dengan suara yang canggung Seo Hye berucap, "kenapa lama sekali bagimu untuk menemukan jalan pulang?" "Aku juga berpikir seperti itu. Waktu tiga tahun itu ... apakah kau hanya memikirkan aku?" Seo Hye tak menjawab, dan air mata gadis itu justru menetes tanpa sepengetahuan Kihyeon. "Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku." Kihyeon bergumam sebagai respon awal. Dia kemudian berucap, "aku tidak tahu. Maafkan aku ... seharusnya aku tidak menemuimu waktu itu." Saat itu ibu Seo Hye dan ibu Kihyeon baru saja sampai di jalanan depan rumah mereka. Dan langkah ibu Seo Hye terhenti ketika melihat anak gadisnya tengah berpelukan dengan seorang laki-laki. "Ya Tuhan, apa yang sedang dia lakukan?" gumam ibu Seo Hye tak percaya. Seung Hwa turut memandang ke halaman rumah ibu Seo Hye dan juga terkejut. Namun Seung Hwa merasa bahwa punggung laki-laki itu terlihat tak asing baginya. Perhatian Seung Hwa teralihkan ketika ibu Seo Hye berjalan dengan marah menghampiri putrinya. Seung Hwa yang melihat hal itu pun segera menyusul. "Kim Seo Hye!" hardik ibu Seo Hye begitu memasuki halaman. Kihyeon dan Seo Hye tentu saja terkejut. Refleks Seo Hye mendorong Kihyeon. "Apa yang sedang kau—" ucapan ibu Seo Hye terhenti begitu ia melihat Kihyeon. Dan wajah marah itu berganti menjadi wajah terkejut. "Kihyeon?" ucap ibu Seo Hye, mewakilkan keterkejutan Seung Hwa yang menjatuhkan barang bawaannya begitu melihat wajah putranya. Kihyeon yang telah tertangkap basah pun lantas tersenyum lebar dengan cara yang canggung. "Lama tidak bertemu ... Ibu, Bibi ..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD