Chapter 26

2070 Words
Para pemuda Distrik 9 telah kembali sampai di kampung halaman mereka. Dan sesampainya di stasiun, beberapa dari mereka berpisah. Seperti Hyung Won yang justru menghentikan langkahnya di tengah perjalanan. Tampak seperti tengah menunggu kedatangan seseorang. Tak begitu lama berdiri di sana, dari arah pemuda itu datang sebelumnya Seo Hye muncul. Namun Seo Hye yang terlalu tenggelam akan pemikirannya sendiri bahkan tak bisa menyadari keberadaan Hyung Won saat ia melewati pemuda itu. Melihat hal itu, Hyung Won lantas menyusul Seo Hye. Menegaskan bahwa gadis itulah yang tengah ia tunggu sedari tadi. Ketika langkah mereka hampir sejajar, Hyung Won menegur, "kau memberikan itu padanya?" Seo Hye yang tiba-tiba mendengar suara dari balik punggungnya pun sedikit terlonjak dan segera berbalik. Memandang Hyung Won dengan tatapan terkejut. "Hyung Won, sejak kapan kau ada di sini?" tegur Seo Hye "Kau baru saja berjalan melewati aku," jawab Hyung Won. "Begitu, kah?" Seo Hye sedikit bingung dan hal itu membuatnya bersikap canggung. "Apa yang sebelumnya kau katakan?" "Kalung itu milikmu, kan?" tanya Hyung Won tanpa basa-basi. Seo Hye menggenggam kalungnya dan enggan untuk menjawab. Berpikir bahwa Chang Kyun sudah pasti menceritakan hal itu pada Hyung Won dan juga yang lainnya. "Tiga tahun yang lalu, kau memberikan kalung itu kepada Hwang Kihyeon. Apakah aku salah?" "Kenapa? Kenapa kau menanyakan hal itu?" "Kau masih menunggunya, hingga detik ini? Sama seperti yang dilakukan oleh Kak Han?" Seo Hye merasa sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan Hyung Won yang terkesan tengah menginterogasinya. Seo Hye kemudian menjawab, "meski begitu bukan berarti aku mengetahui keberadaannya sekarang." "Aku tahu," sahut Hyung Won. "Kau tidak mengetahui apapun tentang Kak Hwang. Apa kau sangat menyukainya ... orang itu?' Merasa pertanyaan Hyung Won terlalu pribadi, Seo Hye lantas memberikan respon yang cukup canggung. "Apa yang sedang kau bicarakan?" "Jika kau benar-benar menyukainya, lakukan lah dengan benar ... akan lebih baik jika mulai sekarang kau berhenti bersikap ramah pada sembarang orang. Jangan membuat siapapun menjadi salah paham." Setelah mengatakan hal yang membuat Seo Hye bingung, Hyung Won lantas pergi begitu saja. "Ada apa dengannya?" gumam Seo Hye yang turut melanjutkan langkahnya. Berjalan beberapa meter di belakang Hyung Won. DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL Chang Kyun sampai di rumah. Setelah pemuda itu menegur Seung Hwa yang saat itu sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam, pemuda itu bergegas memasuki kamarnya. Chang Kyun bergegas untuk mandi sebelum menaruh punggungnya untuk sejenak beristirahat hingga jam makan malam tiba. Selessai dalam waktu singkat, Chang Kyun bukannya berbaring di ranjang seperti rencana awal, pemuda itu justru berjalan menuju meja belajar. Duduk menghadap meja belajar, Chang Kyun mengambil buku yang biasanya ia baca. Namun ketika buku itu telah berpindah ke hadapannya, Chang Kyun melihat ada sepotong kertas yang terselip di halaman buku. Chang Kyun kemudian mengambil potongan kertas tersebut dan tak menemukan tulisan apapun di sana. Chang Kyun lantas membalik kertas tersebut dan di sanalah terdapat tulisan tangan yang sangat familiar dalam ingatan pemuda itu. Chang Kyun segera membaca pesan singkat pada sepotong kertas yang ia yakini ditulis oleh Kihyeon itu. "Kau tahu tempat di mana aku berada saat ini, mari kita bertemu." Tak seperti harapan Kihyeon, pada nyatanya Chang Kyun tak bisa langsung menemukan tempat yang Kihyeon maksud di dalam pikirannya. Yang Chang Kyun pikirkan saat ini adalah Kihyeon yang sudah pulang. Namun setelah melihat reaksi Seung Hwa sebelumnya yang seperti tak terjadi apapun, Chang Kyun yakin bahwa Kihyeon belum bertemu dengan siapapun saat menulis pesan tersebut. Chang memikirkan dengan hati-hati tentang tempat yang dimaksud oleh Kihyeon, hingga pada akhirnya pikiran Chang Kyun tertuju pada satu tempat. Menggambil pakaian hangatnya, Chang Kyun bergegas keluar. Namun pemuda itu berbaik untuk mengambil selimut. Berpikir bahwa Kihyeon bisa saja kedinginan di tempat itu. Tak ingin menarik kecurigaan Seung Hwa, Chang Kyun terlebih dulu menaruh selimut itu di teras rumah sebelum menemui Seung Hwa yang masih berada di dapur. "Chang Kyun, kau sudah selesai?" tegur Seung Hwa. Chang Kyun mengangguk singkat dan menghampiri wanita itu. Pemuda itu terlihat ragu-ragu untuk berbicara. Dan Seung Hwa yang menyadari hal itu lantas menegur lebih dulu. "Ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu?? Chang Kyun mengangguk. "Kalau begitu katakan saja. Apakah kau membutuhkan sesuatu?" Chang Kyun berucap sedikit canggung, "bisakah Bibi membungkuskan makan malamku?" Seung Hwa menatap penuh tanya. "Ada apa? Kau ingin pergi ke suatu tempat?" "Aku memiliki janji dengan Kak Han Min Hyeok, aku ingin memakannya dengan Kak Min Hyeok." "Ah ... baiklah. Tunggu sebentar, bibi akan menyiapkannya." Seung Hwa segera menyiapkan apa yang diminta oleh Chang Kyun tanpa adanya kecurigaan terhadap pemuda itu. Dan alih-alih membungkuskan makanan dengan porsi untuk satu orang, Seung Hwa justru menambahkan tiga kali lipat. Dan tak butuh waktu lama hingga Seung Hwa selesai menyiapkannya. Seung Hwa membungkus kotak makan itu menggunakan sebuah kain sebelum memberikannya pada Chang Kyun. "Ini. Nikmatilah makanan kalian dan jangan pulang terlalu malam." "Terima kasih, Bibi. Aku pergi sekarang." "Ingat pesan bibi, jangan pulang malam-malam." Chang Kyun mengangguk singkat dan segera meninggalkan Seung Hwa. Pemuda itu lantas bergegas meninggalkan rumah, mengambil jalan pintas untuk berjaga-jaga agar tak bertemu dengan rekan-rekannya. Dan setelah berjalan cukup jauh dari pemukiman, Chang Kyun menginjakkan kakinya di bagian selatan kaki Bukit Terlarang. Langit telah benar-benar menggelap saat Chang Kyun menemukan pagar kawat yang usang di tengah hutan itu dan terdapat papan bertuliskan, 'Lahan pribadi, dilarang masuk tanpa izin'. Chang Kyun membuka pagar kawat yang memang tidak digembok itu dan melangkah semakin ke dalam. Namun Chang Kyun menemukan sesuatu yang janggal. Pemuda itu berhenti, memperhatikan jalanan di bawah kakinya di mana terdapat bekas ban mobil di sana. Hal itu meyakinkan Chang Kyun bahwa memang ada orang yang memasuki kawasan itu. Entah itu Kihyeon atau justru orang lain. Chang Kyun kembali melangkahkan kakinya hingga pada akhirnya gubuk yang ia tuju sudah berada dalam jangkauan pandangnya, namun saat itu Chang Kyun melihat sebuah mobil terparkir di depan gubuk. "Kak Hwang?" gumam Chang Kyun, sedikit tak percaya bahwa pemilik dari mobil itu adalah Kihyeon. Chang Kyun kemudian bergegas menuju gubuk dengan langkah yang lebih lebar. Sampai di depan gubuk, Chang Kyun langsung memasuki bangunan sederhana itu dan hanya menemui ruang yang tak begitu besar dan kosong. Masih seperti dulu, terdapat sebuah ranjang dan meja di sudut ruangan. Chang Kyun memasuki ruangan itu dan menutup pintu dengan pelan, seakan tak ingin mengganggu seseorang. Sejenak terdiam, Chang Kyun kemudian bersuara, "Kak Hwang, aku sudah datang." "Turunlah," entah dari mana suara pelan itu berasal, dan Chang Kyun sangat mengenali suara itu. Chang Kyun kemudian berjalan ke sudut ruangan, menghampiri sebuah meja. Chang Kyun mendorong dinding kayu yang berada tepat di samping meja, dan rupanya itu adalah pintu rahasia menuju ruang bawah tanah di mana Kihyeon selama ini bersembunyi. Chang Kyun menutup pintu dari dalam, dan berkat cahaya dari lampu yang menempel pada tembok, Chang Kyun bisa melihat anak tangga yang menuju ke bawah. Chang Kyun lantas menyusuri anak tangga itu yang membimbingnya untuk menemukan tempat persembunyian Kihyeon selama ini. Tepat saat kaki itu menapak pada lantai dan pandangannya menemukan sosok Kihyeon yang duduk di sebuah kursi, seulas senyum hangat didapatkan oleh Chang Kyun sebagai sambutan. "Kau sudah datang?" tegur Kihyeon. Chang Kyun menghampiri Kihyeon sembari bertanya, "sudah berapa lama Kak Hwang tinggal di sini?" Kihyeon menjawab penuh pertimbangan, "berapa lama, ya? Aku tidak terlalu memperhatikannya ... aku tidak menyangka bahwa perlu waktu selama ini bagimu untuk menemukan aku." Kihyeon tersenyum lebar dan kembali menegur, "apa yang kau bawa?" "Aku meminta bibi untuk membungkuskan makan malamku dan membawa selimut, aku pikir Kak Hwang akan kedinginan jika tinggal di sini." "Kau benar. Aku berpikir bahwa mungkin saja aku akan mati kedinginan jika terus tinggal di sini," Kihyeon mengatakan hal itu sembari tersenyum lebar, seakan tengah membuat sebuah lelucon. Chang Kyun menaruh bingkisan makanan yang ia bawa di atas peti kayu yang berada tepat di samping Kihyeon, kemudian menyerahkan selimut yang ia bawa sebelum menduduki sebuah peti kayu yang lainnya. Namun saat itu Kihyeon baru saja menyadari sesuatu. "Tunggu sebentar. Kau mengatakan pada ibu jika aku ada di sini?" Chang Kyun menggeleng, "aku mengatakan bahwa aku akan pergi bersama Kak Min Hyeok. Tapi ... kenapa ada banyak peti di sini? Apa yang Kakak simpan di dalamnya?" "Bukan apa-apa, kau tidak harus mengetahui hal itu ... bagaimana kabarmu?" "Aku baik-baik saja, tapi Kak Min Hyeok mencurigaiku selama ini." Kihyeon tersenyum lebar, "orang itu benar-benar tidak berubah dari dulu." "Kak Min Hyeok masih menunggu Kak Hwang di Bukit Terlarang." "Aku tahu, aku sering melihatnya." "Lalu kenapa Kak Hwang tidak segera menemuinya? Kenapa Kak Hwang justru bersembunyi di sini?" Kihyeon tersenyum tipis dan menjawab, "ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan sebelum aku kembali, jadi aku tidak bisa kembali tepat waktu." Chang Kyun memalingkan wajahnya, pemuda itu tampak ragu-ragu dan tentunya hal itu disadari oleh Kihyeon. Kihyeon kemudian menegur, "ada apa? Kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?" Chang Kyun kembali memandang Kihyeon, namun tak kunjung berbicara karena ia merasa sangat ragu dengan apa yang ingin ia ucapkan. Kihyeon kembali menegur, "jika kau memiliki pertanyaan, katakan saja?" Chang Kyun kemudian berucap dengan ragu, "Kolonel Kim Dae Shik dari Distrik 1 ditemukan tewas di area pembangunan 49, Distrik 1. Di mana Kak Hwang saat insiden itu terjadi?" Kihyeon kembali tersenyum. "Kalian berpikir bahwa aku yang sudah melakukannya?" Chang Kyun bingung antara mengangguk atau menggeleng, hingga pada akhirnya dia memilih untuk menjatuhkan pandangannya. Kihyeon kemudian menegur, "bagaimana menurutmu?" pertanyaan yang terdengar sedikit lebih serius. Chang Kyun membawa pandangannya kembali menemukan sosok Kihyeon. Kihyeon kembali bertanya, "apakah menurutmu aku bisa melakukannya?" Chang Kyun menggeleng dengan ragu dan kemudian berbicara, "semua bingung kenapa Kak Hwang tidak kunjung kembali. Mereka khawatir jika Kak Hwang terlibat masalah dengan militer Distrik 1." "Itu adalah hal yang tidak perlu kalian cemaskan. Aku tidak memiliki alasan untuk berurusan dengan mereka." Terdengar meyakinkan, meski tak sepenuhnya kebohongan. Kihyeon benar-benar tidak berniat melibatkan diri lagi dengan militer Distrik 1, tergantung apakah pihak militer bisa berhenti mengusiknya atau tidak. Balas dendam Kihyeon telah berakhir, dan pemuda itu ingin menjalani kehidupan yang normal. Chang Kyun menyahut dengan ragu, "aku baru saja mendengarnya dari Kak Min Hyeok." Sebelah alis Kihyeon terangkat. "Apa yang dia katakan padamu?" "Kematian Kak Kijeon sudah direncanakan sejak awal oleh militer Distrik 1." Kihyeon tertegun, berpikir dari mana Min Hyeok mengetahui hal itu. "Min Hyeok yang mengatakannya padamu?" Chang Kyun mengangguk. "Kak Min Hyeok mengatakan bahwa dia baru mengetahui hal itu setelah kita meninggalkan distrik. Dia juga merahasiakan hal ini dari yang lainnya." Kihyeon tersenyum tak percaya dan lantas bergumam, "tidak bisakah dia hanya diam saja dan menunggu?" "Kapan Kak Hwang akan pulang?" Pandangan yang sempat teralihkan itu lantas kembali memandang sang lawan bicara. Kihyeon menjawab sembari menghela napas, "secepatnya. Aku berencana meninggalkan tempat ini saat bunga di Bukit Terlarang bermekaran, tapi sepertinya itu tidak mungkin." "Aku melihat nama Kak Hwang di daftar mahasiswa pindahan." Kihyeon tersenyum lebar. "Kau sudah mengatakan hal itu pada yang lainnya?" Chang Kyun mengangguk. Kihyeon menatap sinis. "Eih ... mau bagaimana lagi. Percuma bersembunyi jika mereka sudah tahu bahwa aku sudah kembali." "Tapi ... mobil yang di depan itu. Dari mana Kak Hwang mendapatkannya?" "Aku mencurinya," celetuk Kihyeon. Chang Kyun tertegun dan tak memberikan respon apapun. Melihat hal itu, Kihyeon pun tertawa ringan sembari memberikan klarifikasi. "Kau mempercayainya? Tentu saja aku membelinya, aku tidak mencurinya. Aku membelinya begitu sampai di pelabuhan." "Kak Hwang benar-benar akan pulang?" Sebelah alis Kihyeon kembali terangkat, merasa heran dengan pertanyaan Chang Kyun. "Kenapa? Kau tidak ingin aku pulang?" Chang Kyun berucap dengan ragu, "tidak, bukan begitu. Hanya saja ... mungkin Paman Sejin akan marah saat melihat Kak Hwang pulang." Kihyeon tersenyum tipis. "Jika ingin hidup dengan normal, aku harus kembali. Bagaimana mungkin seorang ayah membuang anaknya sendiri?" Batin Chang Kyun tersentak oleh perkataan Kihyeon. Namun pemuda itu berusaha untuk mengendalikan ekspresi wajahnya agar Kihyeon tak menyadari sikapnya. "Bukankah kau belum makan?" Chang Kyun mengangguk. "Kalau begitu bukalah, kita makan bersama. Sudah lama aku tidak makan masakan ibu, apakah rasanya masih sama?" "Bibi terlihat semakin cantik," celetuk Chang Kyun. Kihyeon tersenyum lebar. "Benarkah? Aku hampir ketahuan hari ini saat pulang ke rumah." "Bibi pasti akan memarahi Kak Hwang jika tahu Kak Hwang sudah diam-diam masuk ke rumah." Kihyeon tertawa ringan, dan setelahnya obrolan ringan mereka berlanjut sembari mereka memakan hidangan makan malam mereka. Namun di balik senyuman tulus yang ditunjukkan oleh Kihyeon, pemuda itu telah berhasil membohongi Chang Kyun dengan sikap hangatnya. Chang Kyun tidak tahu bahwa di dalam peti yang kini ia duduki telah menyimpan rahasia besar yang dimiliki oleh pemuda yang selalu ia hormati tersebut. Namun sepertinya Kihyeon tidak akan membiarkan siapapun melihat wajahnya yang lain untuk saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD