bc

Flower and Bakery

book_age16+
1.0K
FOLLOW
4.0K
READ
family
friends to lovers
goodgirl
sweet
highschool
small town
basketball
friendship
foodie
like
intro-logo
Blurb

Cover by : prlstuvwxyz

Selamat pagi, aroma harum roti yang baru keluar dari pemanggangan mengusik sistem kerja otak dan membuat insting lapar meningkat, menarik pejalan kaki tersenyum karna bersinggungan dengan aroma tersebut dan refleks membelokkan langkah kemudian melangkah masuk. Membuat denting lonceng kecil di sudut pintu berbunyi manis.

Selamat pagi, harum berbagai jenis bunga warna-warni di dalam keranjang maupun pot-pot tinggi yang di cat dengan berbagai macam warna yang menarik, baik berada di dalam toko maupun di luar toko berpadu dengan segarnya udara pagi. Sukses membuat sudut-sudut bibir tertarik ke atas, langkah terhenti dan melirik penuh minat dengan kelopak-kelopak bunga warna-warni yang memanjakan mata.

“Pagi ma!” sapa Kristi dengan riang. Melangkahkan kaki mendekat dan duduk di atas kursi tinggi tepat di depan etalase kue.

“Pagi anak gadis Mama, ini sarapan kamu.” Ia menyodorkan senampan roti lapis dan segelas s**u. “Terus ini bekal makan siang kamu kayak biasa, dua porsi.”

“Makasih ma!!” serunya senang sembari mengacungkan dua ibu jari.

Di sisi lain, pagi terasa tenang seperti biasa. Setelah bersiap-siap dan memakan sarapan sembari melihat ke luar kaca jendela, tepatnya melihat gadis yang sedang sarapan di depan etalase toko roti, ia menarik ke dua sudut bibir, membentuk lengkung sempurna.

Setelahnya, ia bergegas turun. Dan disambut harum aroma bunga yang sudah memancing dua pengunjung untuk datang. “Ma, aku berangkat dulu, ya,” ujar Amal pada seorang wanita cantik yang sedang sibuk melayani pembeli.

“Hati-hati ya sayang.” Ia hanya mengacungkan ibu jari sebagai balasan, lalu keluar melalui pintu samping dan mendorong sepedanya ke depan toko. Tak disangka sang gadis sudah berdiri di sana, menunggunya sembari mencium aroma bunga yang ada seperti pagi biasanya.

chap-preview
Free preview
1. Pagi Minggu
Hari ini adalah hari minggu. Seperti minggu-minggu biasanya, Kristi sejak pagi sudah sibuk di dapur. Suara sodet dengan wajan beradu terdengar sesekali. Aroma harum kue dan gurih masakan tercium. Baru melangkahkan kaki di trotoar depan toko roti milik orang tua Kristi -Olana's Bakery- Amal sudah bisa mencium aroma masakan yang berasal dari lantai dua toko. Toko roti itu merupakan rumah toko tiga lantai. Lantai satu digunakan sebagai transaksi toko roti dengan dapur di area belakang. Lantai dua sebagai ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga dan dapur. Sedangkan lantai tiga diperuntukkan untuk kamar. Aroma gurih dan harum kue tercium semakin jelas saat Kristi membuka jendela lantai dua yang menghadap ke jalan. Gadis itu melongokkan kepala ke bawah dan melambaikan tangan pada Amal. "Amal sini! Cepetan!" Kristi berseru antusias. Amal tersenyum dan mengangguk. Ia lalu mendorong pelan pintu toko dan langsung disambut aroma manis roti yang baru keluar dari pemanggang. Ia tersenyum lebih lebar lagi. "Halo Amal. Pagi minggu lagi ya, semoga masakan Kristi gak bikin kamu sakit perut." Farhan -Ayah Kristi- menyapa riang. "Jangan bilang gitu. Masakan Kristi selalu enak cuma sering ada yang kurang aja." Larasati -Ibu Kristi- datang dari dapur dengan senampan roti seraya tersenyum hangat pada Amal. "Amal langsung naik aja ke atas ya." "Halo juga Om, Tante. Kalau gitu aku langsung ke atas ya." Amal membungkuk sopan dan menunggu Farhan serta Laras menganggukkan kepala, baru Amal menaiki undakan tangga di sebelah dapur menuju lantai dua. Sesampainya di lantai dua, tanpa ampun indera penciuman Amal dihinggapi aroma gurih dan sedikit gosong. Amal melangkah menuju dapur dan mendapati Kristi terlihat panik. Amal pun tertawa kecil. "Ada apa? Perlu gue bantu?" Kristi mengangkat telapak tangan, menyuruh Amal berhenti melangkah. Cowok itu langsung paham dan beringsut mundur. "Gue cuma perlu matiin kompor. Udah selesai." Terdengar bunyi klik dari kompor yang dimatikan. Lalu Kristi memindahkan nasi goreng dari wajan ke atas piring. Uap panas dari nasi yang sudah digoreng itu menguarkan aroma harum gurih meskipun sedikit gosong. Tapi, Amal yakin rasanya pasti enak. "Selamat menikmati." Kristi berujar dengan seulas senyum kikuk. Menaruh sepiring nasi goreng plus telor ceplok ke hadapan Amal. "Terimakasih." Amal menahan senyum geli. Ia lalu meraih sendok dan mulai mencoba masakan Kristi. Mengunyahnya pelan. Tampak seperti berpikir dan mencari kesalahan yang ada. Ia kemudian diam, berhenti mengunyah dan menciptakan suasana yang tegang untuk Kristi. Kristi sendiri sudah gugup bukan main dibuatnya. Agaknya Amal mirip dengan salah satu juri chef acara kontes memasak di salah satu stasiun televisi yang sedang meneliti rasa dengan lidahnya dan ekspresi seserius mungkin. "Hmm." Amal berdeham pelan, kemudian menenggak segelas air dan sudah siap mengeluarkan komentar. "Satu. Rasanya enak dan familiar." Kristi menelan saliva panik. "Dua. Nasinya ada yang gosong, api kompor terlalu besar." Kristi mulai gelisah. "Tiga. Telor ceploknya sempurna. Setengah matang sesuai selera saya." Amal bertepuk tangan sebagai penutup komentarnya. Kristi akhirnya bisa bernapas lega dan duduk di sebelah Amal. Juga ikut makan nasi goreng. "Gara-gara lo nih, makanya gosong." Kristi memulai pembelaan. "Loh kok gue? Gue aja baru dateng." Amal tentu saja protes tak terima. "Tadi gue lagi metik daun bawang di dekat jendela. Pas banget sama kedatangan lo di depan rumah gue, terus pas gue lagi dadahin elo nasi gorengnya gosong." Kristi cemberut. Amal tergelak lepas. Ia lalu melirik pot-pot kecil yang berisi daun bawang, seledri, dan sawi yang ditaruh dekat jendela. Sengaja ditaruh di sana agar mendapat cahaya matahari yang cukup. "Kan lo yang manggil, bukan gue yang minta dipanggil." Amal membalas. "Ck. Iya deh terserah lo." Kristi tak mendebat lagi Dan fokus pada makanannya. Mereka berdua makan dengan khidmat hingga suara denting oven tanda pemanggangan selesai berbunyi. Kristi langsung bangkit dan bersiul-siul riang. Ia berharap menu baru kali ini sempurna tak ada kesalahan sama sekali. Amal hanya tertawa kecil melihat Kristi dari meja makan. Perubahan mood gadis itu cepat sekali, padahal baru saja ia kesal karna nasi goreng yang gosong, tapi sekarang sudah gembira lagi dengan senampan pai apel yang dibawanya ke meja makan dan menaruhnya di hadapan Amal. "Kris, pai apel bukan menu baru deh. Pai apel juga yang dijual emak lo kan?" Amal bertanya heran. Kristi berdecak. Moodnya kembali buruk. "Emang. Tapi, ini kan gue yang bikin sendiri. Yang dijual emak gue ya emak gue yang bikin. Kalau lo gak mau gak usah, buat gue aja!" Gadis itu menggeser nampan berisi pai apel menjauh dari hadapan Amal dengan segera. "Eh jangan gitu dong!" Amal dengan cepat menahan ujung nampan yang lain. Tapi, apes bagi Amal. Cowok itu malah menyentuh sisi nampan yang panas. Alhasil dua jari Amal memerah dibuatnya. Kristi sontak tergelak dan berseru. "Mampus!" Namun, tak urung juga ia mencari kotak p3k sebagai pertolongan pertama untuk luka bakar di jari Amal. Selagi mengusapkan salep ke bekas merah di jari Amal, Kristi berujar. "Lo rapi banget, emang mau kemana abis ini?" Dengan kemeja lengan panjang sewarna langit, rambut yang sudah diminyaki dan disisir rapi serta tak lupa parfume yang menambah wangi maskulin, Amal jadi terlihat lebih ganteng dari biasanya. Kristi jadi curiga jangan-jangan... lalu ia terkikik geli saat terlintas di kepalanya kalau Amal hendak pergi date. Memangnya Amal punya pacar? Memangnya ada gadis yang suka dengan cowok kasar dan suka marah-marah seperti Amal? Kristi rasa tidak. Tapi, entah kenapa menggoda Amal sepertinya seru. "Lo mau ngedate ya?" Kristi langsung tergelak lepas saat Amal terlihat sebal. "Lo ngeledek?!" Amal membalas ketus. Tapi, rasa kesalnya langsung menguap sebab melihat Kristi yang tertawa lepas sampai ke dua pipinya memerah. Kristi jadi terlihat lebih cantik. Begitu pikir Amal. "Gue udah selesai makan. Terimakasih nasi goreng gosongnya." Amal membungkuk sopan ke arah Kristi seraya menahan senyum geli. "Sama-sama. Tapi lo belum nyoba pai apelnya Amal." "Gue kenyang Kris. Simpen aja, nanti gue makan. Oke." Amal mendekat ke arah Kristi, memegang ke dua bahu gadis itu dan mendorongnya pelan menuju tangga ke lantai tiga. Dimana kamar Kristi berada. "Sekarang, lo mending ganti baju, siap-siap kita bakal pergi ngedate." Begitu kata Amal sebelum menerima lemparan celemek dari Kristi. ** Acara date hari minggu yang Amal maksud adalah pergi ke kebun bunga tempat produksi bunga-bunga yang dijual di toko milik Mamanya Amal -Dekava's Flower-. Kebun bunga itu luas. Berhektar-hektar. Terdapat satu rumah kaca di sisi kiri sebagai kebun bunga indoor. Sedangkan di sisi kanan sebagai kebun bunga outdoor. Sebagian besar toko bunga di kota ini bekerja sama dengan kebun itu. Kristi kali ini memakai rok selutut berbahan jeans dan baju kaos lengan panjang berwarna putih. "Wow keren!" Ia berseru kagum saat turun dari mobil yang dikendarai Amal tepat di depan gerbang masuk kebun bunga itu. "Kenapa lo gak bilang sih kita bakal ke sini?" Kristi protes sembari melipat tangan di dadaa. Amal menyentakkan kepala. "Kan lo gak nanya." "Ih gue jadi salah kostum kan!" Kristi merengut sebal. Amal mengernyit bingung. Salah kostum bagaimana? Kristi tetap cantik kok. Ralat, selalu cantik di mata Amal. Kristik berdecak pelan. Ia sebal melihat ekspresi Amal dengan kening mengernyit seperti itu. Cowok itu juga tak berkomentar. Padahal kan kalau saja tadi Kristi memakai gaun sewarna langit pasti akan cocok berfoto di antara bunga-bunga yang bermekaran. Masa bodoh dibilang couple dengan Amal yang juga memakai kemeja sewarna langit, yang penting dapat foto bagus. Namun, masalahnya Kristi terlalu memikirkan omongan orang, dan alhasil ia lebih memilih pakaian yang ia kenakan sekarang daripada gaun sewarna langit yang ia punya. Duh menyebalkan. Begitu pikir Kristi. Amal melangkah lebih dulu masuk ke area perkebunan. Hari minggu seperti ini cukup ramai pengunjung yang datang. "Karna lagi weekend jadi banyak orang. Tapi, mereka yang datang selalu dibatasi dan diwanti-wanti kalau mereka gak sengaja ngerusak bunga-bunga yang ada di sini." Amal berbicara seraya mulai berjalan mengelilingi area kebun bunga outdoor. "Barisan ini khusus buat bunga mawar merah, yang ini mawar putih dan yang itu mawar pink." Amal menjelaskan seolah guide tour kebun bunga ini. "Lo tau banyak ya." Kristi berucap kagum. Amal mengangguk. "Ya tentu dong." disertai senyuman pongahnya. Tur itu kemudian berlanjut. Mereka sudah mengelilingi setengah kebun bunga outdoor. Kristi juga sudah mendapatkan foto terbaiknya. Sekarang, mereka berdua sedang beristirahat di tempat duduk yang sudah disediakan. Duduk bersebelahan seraya menatap kebun bunga di hadapan mereka. Kristi masih asik selfie-selfie dengan ponselnya. Sedangkan Amal hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lakunya. "Abis ini mau kemana Kris?" Amal bertanya. Kristi menurunkan kamera ponselnya. Terlihat berpikir. "Hmm.. Gak tau. Bagusnya kemana?" "Gak laper?" Amal menoleh ke arah Kristi. Kristi menggeleng pelan. Lalu lanjut selfie lagi. Amal jadi sedikit kesal, kenapa cewek-cewek suka sekali memotret diri sendiri. "Foto-foto gak bisa isi perut lo Kristi. Udah, ayok jalan lagi." Amal menyeret paksa Kristi untuk segera beranjak dari sana. Sampai di depan rumah kaca tempat kebun bunga indoor Amal berhenti sebentar. Ia bertemu dengan salah satu staf yang mengenalnya, agaknya Amal sering sekali ke sini jadi beberapa staf mengenalinya. Amal menyebutkan pesanan bunga untuk toko bunga Mamanya esok hari. Setelahnya ia lalu menyeret Kristi lagi ke mobil Amal yang terparkir di luar pagar kebun bunga. "Mau kemana?" tanya Kristi. "Maunya kemana?" Amal balik bertanya. "Hmm. Gue gak laper-laper banget sih. Jadi pengen es krim deh Mal." Kristi memelas. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya ke arah Amal yang sedang menyetir. "Gak usah kayak gitu. Lo mau kita nabrak?!" Amal berseru marah, meskipun Kristi tahu kalau cowok itu hanya malu ia tatap dengan tatapan memelas seperti itu. "Es krim ya Mal." Kristi berujar sekali lagi sembari tertawa kecil. "IYA IYA!" Amal ngegas. Kristi lalu tertawa kencang. ** Menjelang malam, Kristi dan Amal sudah sampai di depan toko Olana's Bakery. Lampu neon yang menghiasi papan nama toko menyala terang. Gantungan penanda ‘Open’ di pintu kaca menandakan kalau toko itu masih buka. Kristi melepaskan seatbelt terlebih dahulu sebelum membuka pintu mobil. "Makasih buat hari ini, kalau gitu gue masuk dulu," ujar Kristi tanpa melihat ke arah Amal sama sekali. Setelahnya ia turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam toko. Kristi berjalan lurus tanpa menoleh sama sekali. Di dalam toko bahkan ia mengabaikan sapaan Ayahnya dari balik etalase kue. Kristi segera menuju tangga. Terburu-buru. Setiba di lantai tiga, ia menuju kamarnya. Lalu masuk dan mengunci pintu. Kristi menghela napas panjang sembari bersandar di balik pintu. Kejadian tadi sore benar-benar membuatnya kesal. Jadi, saat Kristi merengek minta dibelikan es krim, Amal menurut dan berhenti di restoran fastfood yang pertama kali Amal lihat di sisi jalan. Setelah memarkirkan mobil, Amal dan Kristi lalu masuk ke dalam restoran. Kristi terus mengekori Amal sampai ke depan kasir, meskipun Amal sudah menyuruhnya untuk duduk saja, tapi Kristi tak mendengarkan. Restoran fastfood sore itu cukup ramai. Kira-kira ada sekitar lima orang lagi di depan mereka yang sedang mengantri. Sedangkan sudah ada dua kelompok orang yang mengantri di belakang mereka. Kristi sibuk sendiri mendongak melihat papan menu yang di gantung di langit-langit tepat di atas meja kasir. Ada menu es krim baru, di menu itu tampilan es krim terlihat menggugah selera, Kristi jadi ingin mencobanya. "Amal." Panggil Kristi seraya mencolek lengan Amal. Amal menoleh. Menaikkan alis. "Mau es krim itu," ujar Kristi pelan seraya menunjuk menu es krim di papan menu. "Oke. Asalkan lo makan nasi dulu." Kristi tersenyum lebar dan mengangguk mengiyakan perkataan Amal sambil bertepuk tangan saking senangnya. Ia kemudian beranjak pergi meninggalkan Amal untuk mencari meja kosong yang belum ditempati, sekalian mencari spot yang nyaman. Setelah berputar-putar sebentar, Kristi akhirnya menemukan meja kosong di sudut sebelah dinding kaca. Ia langsung saja mendekat dan duduk di sana. Tak lupa, Kristi mengambil gambar posisinya sekarang dan mengirim pada Amal untuk memudahkan cowok itu mencarinya nanti. From Amal : Pinter banget lo cari tempat... Kristi tertawa kecil melihat balasan pesan dari Amal. Ia lalu keluar dari aplikasi chat dan menaruh ponsel di atas meja. Cahaya jingga mulai muncul di sela-sela gumpalan awan. Kristi tertarik untuk melihatnya lebih lama. Ia menopang dagu dengan tangan dan bersandar ke dinding kaca. Kalau dilihat, Kristi seperti sedang syuting video klip lagu mellow. Dengan posisi seperti itu, Kristi bisa merasakan cahaya matahari yang mengenai dinding kaca. Pipinya ditempelkan ke dinding kaca, hingga Kristi merasa pipinya panas dan menjauhkan wajahnya dari sana. Amal masih mengantri. Cowok itu sedang memesan. Dari tempat duduknya, Kristi sedikit mendongak untuk bisa melihat Amal di depan meja kasir. Beberapa menit kemudian, Amal akhirnya berjalan mendekat dengan tangan memegang nampan berisi makanan pesanan mereka. Dua nasi dan dua ayam. Kristi lebih suka bagian paha, kalau Amal bagian sayap. Ada dua gelas plastik yang isinya s**u coklat dingin. Serta semangkuk kecil es krim pesanan Kristi. "Wah, cantik banget es krimnya!!" Kristi berseru riang. Ia sontak mengambil sendok es krim dan hendak menyicipinya saat Amal langsung menahan tangannya. Lalu dengan dramatis Amal merebut sendok es krim dari tangan Kristi serta menjauhkan es krim itu dari jangkauan Kristi. "Lo udah janji kan tadi? Makan nasi dulu sebelum makan es krim!" Amal berkata tegas. Sudah seperti seorang ibu pada anaknya yang bandel tak mau makan nasi. "Yah Amal, kan gue mau nyicip dikit doang." Kristi cemberut. "Janji tetep janji. Gak ada nyicip-nyicip. Cepet makan!" Amal mendorong seporsi nasi dan sepotong paha ayam ke depan Kristi. Mau tak mau Kristi memakannya, karna jujur saja perutnya bergolak lapar saat mencium aroma ayam goreng tersebut. "Nah gitu, jadi anak pinter. Makan nasi dulu baru makan es krim." Amal mengoceh seraya mengulum senyum dan ikut melahap makanannya. Mereka berdua makan dengan tenang. Hingga sepuluh menit kemudian, Kristi sudah menghabiskan porsi makanannya. Ia mengulurkan tangan pada Amal meminta es krimnya. Amal yang lebih dulu selesai makan memberikan jatah es krim Kristi. "Makasih Amal!" Kristi berseru senang. "yah udah mulai cair." Ia melirik Amal sekilas yang tampak acuh dengan ponselnya. Inginnya sih Kristi minta dibelikan yang baru, tapi agaknya Amal tak akan mengabulkan itu. Jadi, daripada es krim itu mencair sia-sia, Kristi dengan segera menghabiskannya. Setelah selesai dengan es krimnya, Kristi beranjak dan mengekori Amal yang sudah jalan duluan. Suasana restoran cepat saji semakin ramai saja. Banyak pengunjung yang datang berseliweran membawa nampan berisi makanan dan membuat Kristi harus hati-hati berjalan agar tak menyenggol pengunjung lain. Bisa-bisa berabe nanti. Karena berjalan pelan, Kristi jadi tertinggal, sedangkan Amal sudah lebih dulu keluar restoran. Di luar restoran terlihat Amal sedang berbincang dengan seseorang. Kristi memicingkan mata untuk melihat dengan jelas seorang gadis yang berbicara dengan Amal. Setelah mengingat-ingat, gadis itu ternyata teman satu SMP Amal dan Kristi. Namanya Nadia. Dulunya gadis itu dan Amal pernah pacaran. Kristi melangkah pelan mendekati mereka saat keluar dari restoran. Amal dan Nadia terlihat tertawa, sepertinya percakapan mereka berlangsung seru. "Eh Kristi!" **

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

Dependencia

read
186.9K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
471.2K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.6K
bc

Mas DokterKu

read
238.9K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook