Warning Era 21+ ! Alika, hanya seorang gadis biasa yang pernah jatuh hati sekaligus patah hati pada seorang pria. Setelah lelaki itu pergi, akhirnya Alika sanggup bangkit dan melupakan cinta sepihaknya. Namun bagaimana jika rasa cinta itu kembali saat matanya menangkap sosok cinta pertamanya, dua ratus tahun yang lalu. "Aku menunggu, sayang" rayunya dan mengusap lembut air mata Alika yang mengalir disudut matanya. Alika terharu. "Aku mau. Dan kau harus berjanji aku adalah satu-satunya, Erick" "Aku berjanji demi nyawaku, Alika" . . "Maaf Anthony, a...aku tidak bisa. Aku sudah mencintai seseorang dan sekarang kami sudah menjadi sepasang kekasih. Aku...AAKH!" "DASAR PEMBOHONG KAU ALIKA. KAU SUDAH BERJANJI AKAN TERUS BERSAMAKU, BRENGSEK!" maki Anthony "ALIKA!!!! LEPASKAN DIA, BRENGSEK!!!" . . "Kau sudah bangun, anjing kecil?" "Hebat sekali. Kau berhasil mengecohku, sayang. Apa kau salah satu mata-mata Anthony, hah? Kenapa aku tidak bisa merasakan aroma anjing yang begitu memuakkan darimu?" tuduh Erick . . Apa dia harus loncat dan mati konyol dibawah sana. Oh, Moon Godess...tidak bisakah kau berikan aku sekali saja kesempatan untuk bahagia. "Sekali saja..." Erick - Alika -Anthony

Warning Era 21+ ! Lea, Seorang agen handal yang dimiliki oleh pemerintah ditugaskan untuk menumpas kelompok mafia yang telah terang-terangan melakukan kejahatannya tanpa ada rasa takut. Beribu cara pernah dilakukan namun selalu berbuah pahit. Hingga akhirnya Lea dan tim nya ditugaskan secara langsung untuk memulai penghancuran kelompok mafia tersebut. Tanpa dia sadari, takdir mempertemukannya dengan seorang pria dan jatuh cinta. Tanpa dia tahu jika sang kekasih adalah virus yang harus dia musnahkan. Rei, Sang ‘putra mahkota’. Terhanyut arus asmara dengan seorang wanita cantik yang dengan lancang menerobos masuk kedalam hati dan pikirannya. Namun lagi-lagi takdir berkata lain. Apa yang akan dilakukan pria tampan yang terkenal sadis tersebut saat dihadapkan pada pilihan…melepaskan atau melenyapkan ‘Cintanya’….Lea. . . Rei semakin memperdalam ciuman mereka. Menguras semua nafas yang tersisa dan menghirup nafas kekasihnya sebagai pengganti. Dengan rakus Rei menjilati bibir Lea dan mengharapkan penyatuan mereka memiliki arti. “Jadilah kekasihku!” “Apa aku yang pertama?” dan Lea mengangguk malu. Rei menciumi bibir kekasihnya berkali-kali sebagai luapan rasa terima kasih. Membelai pipi yang merona dibawahnya, Rei tersenyum lebar membuat wajahnya semakin tampan. “Aku berjanji akan selalu lembut padamu. Jika aku menyakitimu sedikit saja, kau boleh membunuhku…” “Aku akan membunuhmu sebelum kau menyakitiku.” “Aku mencintaimu…Lea” . . “Hentikan! Tolong hentikan! Rei…” ”REI! HENTIKAN!” “JANGAN! AKU MOHON! TIDAK CUKUPKAH KAU MEMPERMALUKANKU! HENTIKAN BRENGSEK!” “Jangan lakukan ini, Rei!...aku mohon…” “Rei! Jika kau masih menganggapku…aku mohon jangan lakukan ini…aku tidak membunuh ayahmu…bukan aku yang membunuh Jh…” “JANGAN SEBUT NAMA AYAHKU DENGAN MULUT BUSUKMU ITU! PELACUR SIALAN” “Padahal…padahal…kau…berjanji tidak pernah menyakitiku. Aku pun tak sanggup membunuhmu…” “Lupakan aku pernah mengatakannya” . . ‘Maafkan aku…maafkan aku…sayang…’