Aku Rindu PulangUpdated at Sep 8, 2025, 02:59
Beni ikut menambah bumbu. "Kau pakai enak uang Abangku hingga ratus juta, tapi Abangku masih berbaik hati dan menghargaimu karena melihat nasibmu janda beranak satu yang ditelantarkan suamimu, tapi kau pandai membual, uang yang kau pinjam dari Abangku tak sepeserpun kau kembalikan. Kali ini kau akan dibuat tobat oleh Abangku!" Yosep mengangguk. Dia berbalik dari rumah itu dan mencibir, "Entah siapa yang berutang dan siapa yang memberi utang, setiap aku datang ke sini untuk menagih utang, tetap saja aku sial tak dapat apa-apa.""Entah kutukan apa yang menghampiriku hingga aku sial begini, waktu ada uang, aku meminjamkan uangku pada orang-orang namun disaat aku butuh uang, orang-orang yang meminjam uangku bahkan membuang muka dan menghindar seolah tak kenal denganku. Mana hukum tabur tuai yang mengatakan bahwa apa yang kau tanam itulah yang kau tuai? omong kosong!" keluh kesah Yosep. Beni melirik ke arah wajah kakaknya, terlihat kentara sekali bahwa sang kakak benar-benar marah pada Hani dan orang-orang yang berutang pada sang kakak."Aku tengok status-status bajingan yang pinjam uangku, mereka sedang jalan-jalan dan makan enak ke tempat-tempat bagus, bagaimana tak emosi kepalaku ini? orang yang mengutang enak-enak saja sementara orang yang memberikan utang malah sekarat kering kerontang!" ujar Yosep masih dengan nada kesal. Beni merasa iba pada sang kakak, dia turut prihatin dengan apa yang menimpa kakak lelakinya. …..Sementara itu di dalam rumah Hani. Setelah merasa bahwa tidak lagi ada teriakan keras dan cacian dari penagih utang, Hani buru-buru melepaskan pelukannya dari sang anak. Hani terlihat takut dan buru-buru ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya. Si gadis kecil yang merupakan anak perempuannya itu mengikuti kemana Hani melangkah. "Bu, Ibu ingin ke mana?" tanya anak cilik itu, "banyak baju yang ibu masukan ke dalam tas."Gadis kecil itu hanya melihat bingung ke arah sang ibu yang terlihat panik. Hani baru tersadar bahwa ada anaknya di dekatnya. Sambil melirik ke arah sang anak, Hani berkata, "Ibu harus menghindari Om Yosep itu, dia orang jahat.""Kenapa Om itu jahat, Bu?" tanya gadis kecil itu polos. Hani mengembuskan napas kasar dan lelah. "Hana, dengar Ibu, Ibu sudah lelah, Nak. Ibu sudah lelah hidup miskin dan pinjam uang terus-terus ke orang-orang. Ibu ini manusia, pengen juga hidup enak dan merasakan bagaimana rasanya menjadi orang kaya yang dihormati banyak orang, bukan orang miskin seperti ini yang selalu dihina oleh orang-orang, bahkan ayahmu saja menghinaku di depan keluarganya. Ibu sudah tidak tahan lagi, Hana!" Hani terlihat frustasi saat mengatakan kalimat yang baru saja diucapkan pada sang anak. "Bu, apa kita akan pindah rumah lagi?" tanya Hana. Hani menatap dalam-dalam ke arah anak perempuannya selama beberapa detik kemudian dia mengangguk pelan.