suamiku adalah neraka kuUpdated at Apr 13, 2022, 04:19
"bagaimana bisa sebengkak ini" ucap bang iril yang juga mulai panik
"aku nggak tau bang, tadi pas aku pulang aku jumpa anak kita dalam keadaan baju basah dan kotor" kelasku
"Abang coba nanti Abang tanya dulu sama adek-adek Abang!
biar tau mengobati nya" aku memberi saran
"iya nanti Abang tanya, adek coba urut2 aja lah dulu badan nya itu siapa tau sakit" jawab bang iril
"iya bang" ucap ku
selang beberapa lama anak ku ini pun terus menangis seolah mengisyaratkan bahwa ada rasa sakit yang sedang dia rasakan sekarang ini.
aku dan bang iril secara bergantian menggendong anak kami itu tapi nihil anak kami itu malah semakin menjadi nangis nya
akhirnya dengan lelah dan putus asa suamiku mencoba menanyakan kepada ipar-ipar ku.
"apa tadi dia jatuh?" tanya bang iril dengan nada yang sedikit tinggi
semua diam tidak ada yang menjawab pertanyaan bang iril.
aku juga bingung kenapa mereka harus menyembunyikan nya, padahal tujuan suamiku menanyakan itu agar tau cara berobat nya.
"kenapa kalian diam, jawab" amarah bang iril pun mulai pecah'
"adek-adek mu tidak tau, kenapa kamu membentak-bentak mereka" kali ini mertua ku yang menjawab dengan nada yang tidak kalah tinggi dengan bang iril
"kenapa mama selalu membela mereka! bagaimana mungkin satu pun di rumah ini nggak ada yang tau kepalanya sampai bengkak besar seperti itu" bang iril pun tak terkendali lagi
aku yang sedari tadi menenangkan anak ku kini menarik tangan bang iril agar mengikuti ku ke kamar, aku tidak ingin memperkeruh suasana.
"sudah lah bang! besok kita bawa berobat saja ya" ucap ku seraya mengelus dadanya
sambil menenangkan bang iril aku pun mencoba sebisa mungkin untuk tidak meneteskan air mata ini.
mana ada sih seorang ibu yang tega melihat anak nya kesakitan seperti ini
tapi lebih parahnya lagi disaat anak ku tak mendapat keadilan.
tidak masalah kalau aku yang di perlakukan seperti ini, tapi jangan anak ku! aku tidak sanggup.
cara mertua ku membela ipar-ipar ku sudah sangat jelas bahwa mereka tau anak ku jatuh tapi mereka menutupi itu semua
entah apa alasannya di balik itu semua?
pagi-pagi aku membangun bang iril agar segera bersiap-siap.
aku semalaman tidak tidur karena menjaga anak ku yang sepanjang malam menangis karena kesaktian, mencoba mempersiapkan anak ku
aku mengelap tubuhnya dengan tisu basah mengingat badannya tidak memungkinkan untuk di mandikan
setelah beberapa lama kami pun berangkat menuju rumah bidan di dekat kampung sini
sekilas aku melihat ke arah mertua
tapi dia pura-pura tidak melihat kami yang kini mau berangkat untuk berobat cucunya ini, sungguh sangat tega cucu sudah seperti ini saja mertua ku masih saja kekeh menutupi kebenaran nya hanya untuk membela anak-anak
ternyata masih ada nenek yang Setega itu pada cucu nya sendiri
sampai di tempat bidan
bidan nya langsung memeriksa anak ku
sambil bertanya bagaimana bisa seperti ini
"nggak tau Bu, kemarin aku pulang dia sudah seperti itu" ucap ku menjelaskan
"loh,, emang yang jaga siapa?" tanya bidan nya dengan heran
aku sekilas melirik ke arah bang iril, merasa bingung harus jawab apa
"sebenarnya yang jaga mertua sama ipar-ipar ku Bu, tapi tadi malam pas ditanya kenapa bisa begini sama suamiku tapi mereka bilang tidak tau" jelas ku dengan menutupi pernyataan mertua ku tadi malam
"kita sedot ya, soalnya isi kepala ini sudah jadi nanah" tukas ibu bidan nya
"gimana baik nya aja lah bu, yang penting anak saya sehat" jawab ku seraya melirik bang iril meminta persetujuan nya dan iya pun mengangguk
makan waktu kurang lebih satu jam proses penyedotan nanah yang ada di kepala anak ku menggunakan jarum suntik ukuran besar
jangan di tanya lagi dengan rasa sakit nya
sampai-sampai aku sendiri kewalahan menahan tubuh nya agar tidak berlawanan saat bidan nya nyedot..
anak ku itu menangis sekuat tenaga nya
seluruh badan nya keringatan menahan rasa sakit,
merasa tidak sanggup melihat keadaan putri ku itu, akhirnya aku menghentikan bidan nya untuk melanjutkan.
"sudah Bu cukup, kasian dia mungkin besok lagi kami kembali" ucap ku panik
"ya sudah, besok tidak usah datang lagi tinggal pencet-pencet pelan-pelan saja biar nanah nya habis ya!
yaudah aku kasih obat penurun demam dulu ya." ucap bidan itu dengan pengertian
"iya Bu, makasih ya klangsung mengganti pakaian anak ku kebodohan ku yang telahlum bekerja dan fokus ku untuk mengurusnya saja
ku rebahkan lalai.u kami pulang dulu"
y
ku letakkan tubuh mungilnya itu di atas tempat tidur, ku tatap wajahnya yang kini sudah tidak sesegar sebulan yang lalu dimana aku yang betubuhku di sampingnya sambil ku peluk danang sudah terkena nanah campur darah tadi..
dan kini dia pun sudah mulai tenang
anak ku kini sudah tertidudanang sudah terkena nanah campur darah tadi..
dan kini dia pun sudah mulai tenang
anak ku kini sudah tertidur pulas setelah menangis dari tadi.
ku ciumi pipi nya menyesali
sampai di rumah aku
ku rebahkan lalai.u kami pulang dulu"
y
ku letakkan tubuh mungilnya itu di atas tempat tidur, ku tatap wajahnya yang kini su