dibalik lampu neonUpdated at Jun 9, 2025, 00:00
Bayangan di Balik Lampu NeonSuara musik house yang memekakkan telinga berpadu dengan dentingan gelas kristal di meja VIP lantai dua. Roy mengangkat whiskey-nya perlahan, matanya menyapu ruangan diskotik mewah yang menjadi tempat favoritnya melepas penat setelah seharian berkutat dengan angka-angka investasi. Hotel Grand tempat ia bekerja memang memberikan gaji yang cukup, tapi kekayaannya yang sesungguhnya datang dari kepiawaiannya membaca pergerakan saham dan mata uang kripto.Tiga puluh tahun hidup, dan Roy merasa sudah memiliki segalanya. Apartemen penthouse di kawasan elite, mobil sport yang berganti setiap tahun, dan rekening bank yang terus membengkak. Namun malam ini, satu pandangan saja cukup untuk menghancurkan semua kepercayaan diri yang telah ia bangun.Di meja pojok lantai bawah, seorang wanita berambut panjang bergelombang duduk berhadapan dengan pria paruh baya berkemeja putih. Lampu neon berwarna ungu dan pink menari-nari di wajahnya, namun Roy tak akan pernah salah mengenali sosok itu. Vina. Gadis yang dulu selalu memanggilnya "Kakak Roy" dengan suara kekanak-kanakan, yang dulu menangis di bahunya ketika ayahnya meninggal, yang dulu berjanji akan menunggu sampai ia sukses.Roy menelan ludah, jantungnya berdetak tidak karuan. Lima belas tahun. Lima belas tahun sudah mereka tidak bertemu sejak keluarga Vina pindah ke luar kota tanpa kabar. Dan sekarang, wanita itu duduk di hadapan pria yang usianya hampir dua kali lipat darinya, tertawa sambil mengangkat gelas wine merah."Shit," gumam Roy, tangannya mencengkeram gelas hingga buku jarinya memutih.Vina mengangkat kepalanya, seolah merasakan tatapan intens dari arah lantai dua. Mata mereka bertemu selama sepersekian detik. Roy melihat kilatan terkejut di wajah wanita itu sebelum ia dengan cepat memalingkan wajah, kembali fokus pada pria di hadapannya.Tapi sudah terlambat. Satu pandangan itu cukup untuk membuka kembali luka lama yang sudah Roy kira sembuh. Cinta pertama yang tak pernah diungkapkan, janji-janji yang terputus tanpa penjelasan, dan kini... wanita yang pernah menjadi segalanya baginya duduk dengan pria lain.Roy menghabiskan whiskey-nya dalam sekali teguk. Tangannya gemetar saat meletakkan gelas kembali ke meja. Haruskah ia turun? Haruskah ia pura-pura tidak melihat? Atau haruskah ia pergi dari tempat itu sekarang juga?Di lantai bawah, Vina mencuri pandang lagi ke arah lantai dua. Kali ini, mata mereka bertemu lebih lama. Dan dalam tatapan itu, Roy melihat sesuatu yang membuatnya yakin—Vina mengenalinya. Dan mungkin, perasaan yang Roy kira sudah mati itu masih hidup di mata wanita yang pernah menjadi seluruh dunianya.