Hidup itu pilihan. Sebuah kalimat klasik yang selalu menjadi tolak ukur Kalani dalam mengambil keputusan, termasuk saat dia memutuskan menjadi bagian dari keluarga kecil Bhumi. Kalani percaya pada ibu mertuanya. Katanya, Bhumi dan anak-anaknya membutuhkan Kalani . Kalani percaya dan mencoba selalu percaya. Sayangnya, semua tidak berjalan sesuai yang ia bayangkan. Bukan hanya merasa tidak dibutuhkan, Kalani juga merasa tidak diinginkan. Kehadiran Kalani yang seharusnya menjadi pelengkap malah dianggap pengganggu. Oleh Alika, putri sulung Bhumi yang baru menginjak usia remaja. Juga oleh Faya, si bungsu yang sering melayangkan banyak protes. Bahkan, oleh Bhumi sekali pun.

Opposite Polarity Kelinci dan Penguin. Kalau Dean itu es batu, berarti Naya es doger. Sama-sama es, tapi berbeda. Dean adalah es yang keras, dingin, dan hambar. Sementara Naya berwarna-warni dan menyegarkan. Dean yang kalem dan irit bicara. Naya yang cerewet dan sering dikira hiperaktif. Dean yang jago masak dan Naya yang selalu mengeluh jika masuk dapur. Mereka adalah penggambaran sempurna untuk istilah berbeda 180 derajat. Namun kita punya satu rumus pasti. Kutub selatan dan kutub utara itu tarik menarik. Mutlak. Dean si anak manajemen dan Naya si anak kedokteran tanpa sengaja memiliki garis takdir yang bersinggungan. 🐧🐇🐧🐇 "Sakit?" tanya Dean. "Gimana?" "Kamu sampai meringis gitu. Sakit?" "Nggak, cuma...," Naya menelan ludah. "your morningwood, tadi kena," lanjutnya.

Naya adalah seorang dokter bedah yang masih belum menikah hingga usianya hampir kepala tiga. Naya tidak tertarik ke pernikahan karena ia merasa belum menemukan orang yang tepat. Sakit hati yang pernah dirasakannya beberapa tahun silam juga turut mempengaruhi percintaan Naya.