Tidak ada pilihan lain untuk Dion berbagi cerita selain dengan Riyu, sahabat Kayana. Karena hanya dia yang benar-benar tahu dan paham dengan Kayana, juga dengan kisah cintanya. Dion rasa menceritakan ini semua ke Riyu adalah hal yang paling tepat.
“Mas Dion, maaf ya menunggu lama.” Riyu kemudian datang dan duduk di dekat suaminya yang sudah cukup lama berbincang dengan Dion.
“Nggak apa-apa kok, Ri. Lagian ada suami kamu juga yang nemenin ngobrol. Maaf juga ya mendadak datang ke rumahmu, ada hal tentang Kayana yang sangat penting dan harus aku ceritakan padamu."
“Oh, santai aja Mas, pokoknya silahkan kapan pun pengen main kesini. Pintu kami terbukaa lebar. Dari rumah sakit atau udah pulang nih, Mas? Emang kenapa Kayana?”
“Tadi dari rumah sakit langsung ke florist bentar, nggak lama sih terus langsung kesini.” Jelasnya sambil menyeruput teh hangat yang tadi disuguhkan oleh pembantu Riyu.
“Oh udah dari florist, terus gimana Kayana, sehat kan Mas?”
“Aku lihat dia sehat, Ri. Aku Cuma lihat dari jauh, nggak sempat ngobrol.”
“Memangnya kenapa, Mas?”
“Itu dia, Ri, yang pengen aku bicarain ke kamu.”
“Hu um, gimana Mas?”
“Sayang, aku ke dalam dulu ya, mau mandi. Mas Dion, saya tinggal dulu ya, diminum lho tehnya, Mas.” Pamit Sony, suami Riyu.
Dion dan Riyu hanya saling mengangguk dan tersenyum. Sepertinya ia paham untuk memberi waktu Dion agar bebas bercerita.
“Tadi aku florist pas Kayana sedang ngobrol dengan Aksa.”
“Aksa? Bentar deh, kayak nggak asing namanya, pernah dengar atau kenal dimana ya?”
“Seingatku, Kayana pernah menyebut nama itu waktu kita ketemu di resto, Ri.”
“Oh, iya ya, aku inget yang katanya owner hotel terus minta dikirimin tamanan hias itu ya, Mas?”
“Nah iya, sepertinya tadi Aksa yang itu.”
“Terus gimana?”
“Aku tadi sengaja ndengerin obrolan mereka di balik pintu depan, Ri. Terkesan nggak sopan sih emang, tadi aku udah terlanjur sampai sana, mau masuk nggak enak juga kan? Ya udah aku terpaksa diam disana.”
“Emang mereka ngobrolin apa, Mas? Mas Dion cemburu?”
“Nggak hanya itu lah, Ri. Cemburu itu udah pasti dan lebih tepatnya aku nggak terima laki-laki itu deketin Kayana.”
“Baik lah, sekarang Mas Dion cerita dulu semuanya ke aku dari awal sampai akhir, biar aku nggak makin penasaran dan paham.”
“Jadi, Aksa ternyata tertarik sama Kayana dan tadi dia menyampaikan perasaannya pada Kayana.”
“Hah, serius, Mas?”
“Serius banget, Ri, iya.”
“Terus Kayana jawab apa?”
“Kayana marah.”
“Hah?”
“Dia marah karena menurut dia, mereka belum lama ketemu dan baru berapa kali, tapi Aksa kok sudah berani bilang suka. Dia merasa terhina sendiri, Ri. Dan menurutnya itu sama sekali nggak pantas. Kayana menolak dan kelihatan kesal. Dia kira tujuan Aksa ke florist untuk membahas tentang pekerjaan, tapi ternyata malah lain yang disampaikan.”
“Ya Tuhan, udah kayak ABG aja sih tuh orang? Belum-belum kok udah bilang suka. Emang dikira Kayana apaan yang gampang bilang cinta. Sakit deh itu orang kayaknya.”
“Mungkin dia pikir begitu, Ri. Kalau kita semua tahu, Kayana belum begitu lama kehilangan Julio. Otomatis dia saat ini juga masih ngerasa butuh meyakinkan diri. Aku aja yang udah lama dan tahu betul apa yang Kayana alami, masih aja rasanya takut buat mendekati.”
“Ya mungkin bagi Aksa, Kayana mudah untuk menerima cinta lain, atau Aksa kira Kayana sendiri sudah lama. Jadi Aksa berani bilang gitu, Mas.”
“Ya banyak kemungkinan sih. Aku tadi rasanya benar-benar pengen masuk dan ikut menjelaskan keadaan Kayana ke Aksa. Tapi aku takut Kayana nggak berkenan, takut kalau nanti malah jadi masalah panjang.”
“Tapi menurutku nggak apa-apa sih, Mas. Kan biar Aksa jadi mundur, dengan begitu kan dia jadi tahu kalau ada Mas Dion yang lebih dulu dekat dengan Kayana."
“Saat ini aku bukan siapa-siapa dia, Ri, aku takut nanti malah jadi salah jawab waktu Aksa tanya aku siapa? Meskipun sebenarnya pengen banget melindungi Kayana, Ri. Aku bodoh banget nggak bisa melakukan apa pun buat Kayana di waktu yang mendesak kayak tadi."
“Kayana sama sekali nggak lihat ada Mas Dion disana?”
“Enggak, Ri. Tadi Kayana langsung masuk ke ruangannya dan bilang ke Aksa kalau nggak usah datang ke florist kalau Cuma mau bahas tentang perasaan Aksa.”
“Kayana bilang kayak gitu, Mas? Wah berarti cinta Kayana memang Cuma buat Mas Dion, deh. Kenyataannya dia bisa menolak langsung aja gitu.”
“Jangan bikin aku GR, Ri. Kenyataannya Kayana juga menolak aku kan?"
“Ini lain ceritanya, Mas. Kalian kan sebenarnya emang udah saling cinta, Cuma gara-gara Tante Mei kalian jadi nggak bisa bersatu. Aku yakin kalau seandainya nggak ada yang menentang kalian, pasti juga langsung ke pelaminan, Mas."
“Ya Tuhan, kenapa ada aja rintangannya sih? Kemarin karena Mama, dan sekarang ditambah Aksa. Rasanya aku ikut emosi lihatnya, laki-laki itu terkesan memaksa, Ri. Kayana kelihatan kesel banget tadi. Harusnya aku nggak jadi pengecut ya, kenapa aku tadi nggak masuk dan bantu Kayana buat mengusir laki-laki itu.”
“Udah lah, Mas. Aku yakin tadi Kayana udah paham harus bersikap bagaimana, nyatanya dia memilih untuk masuk ke dalam. Sekarang yang penting Kayana baik-baik aja, nanti biar aku yang cek keadaan dia. Kita tenang dulu, Mas.”
“Gimana bisa tenang, Ri. Aku terjadi apa-apa dengan Kayana dan Erland.Balik lagi ya, Ri, tadi seharusnya aku bantu dia, Ri. Bodohnya aku, bodoh banget.”
“Jangan terus menyalahkan diri sendiri lah, Mas. Mas Dion udah selalu baik kok buat Kayana. Kebetulan aja tadi pas nggak ada cara lain.”
“Tapi aku ngerasa belum maksimal, Ri. Aku ngerasa bersalah. Dan satu lagi, Ri, aku baru ingat. Tadi aku dengar percakapan Aksa dengan sopirnya di parkiran. Laki-laki itu ternyata sangat terobsesi sama Kayana, sampai-sampai dia berani melakukan segala cara buat dapatin Kayana.”
“Maksud Mas Dion apa?”
“Intinya dia bilang ke sopirnya kalau bagaimana pun caranya dia harus bisa mendapatkan Kayana. Sampai kalau pun dengan cara main dukun harus ia tempuh untuk mendapatkan Kayana, ia berani, Ri.”
“Ya Tuhan, itu laki-laki udah gila apa ya? Benar-benar nggak waras, hari gini masih mau main dukun. Amit-amit, Mas. Aku nggak rela kalau Kayana sampai jatuh ke pelukan laki-laki gila itu. Pokoknya kita harus bisa jaga Kayana, Mas.”
“Aku juga mikir begitu, Ri. Makanya aku cepat-cepat cerita ke kamu, kita semua sayang sama Kayana. Jangan sampai Kayana kenapa-napa, mungkin aku bisa terima kalau Kayana nggak mau berjuang denganku. Tapi aku nggak akan rela Kayana jatuh ke laki-laki yang salah. Ini benar-benar bukan nalar manusia kan, Ri? Dan jadinya Cuma karena nafsu dia menginginkan Kayana, bukam karena cinta yang tulus. Aku khawatir, Ri.”
“Aku juga, Mas, tapi kita sabar dulu, aku yang nanti bakalan bicara baik-baik ke Kayana agar dia lebih berhati-hati sama Aksa. Aku takut laki-laki itu nekat, Mas.”
“Kita berdoa buat semuanya, semoga apa yang kita khawatirkan nggak terjadi ya, Ri. Semoga aja dia akhirnya bosan ngejar Kayana.”
“Semoga saja, Mas. Kalau perlu kita cari profil Aksa, sebenarnya dia itu siapa."
"Iya, Ri, aku juga penasaran dengan latar belakang Aksa. Yang paling aku pikirkan juga gimana Erland nanti ya, Ri? Yang jelas pertama Aksa cuma terobsesi sama Kayana, kalau dia nggak ada cinta gimana nasib Erland nanti."
Riyu menggigit bibir bawahnya, rasanya sudah ngeri memikirkan hal ini.
"Ya Tuhan, Mas, aku nggak rela juga. Erland sudah aku anggap kayak anakku sendiri, aku nggak bakalan bisa maafin diriku sendiri kalau ada apa-apa dengan mereka. Aku mau mereka bahagia, Mas. Kayana adalah sahabatku dari kecil, rasanya nggak akan rela kalau ada yang menyakiti dia. Kayana dan Erland udah cukup sakit karena kehilangan, aku nggak mau ada kesakitan lagi karena hal yang seharusnya nggak terjadi."
"Apalagi aku, Ri. Aku dulu sudah janji sama Julio bakalan jaga Kayana dan Erland. Aku bakalan ngerasa bodoh kalau nggak bisa bikin dia senang."
"Pokoknya sebagai orang yang terdekat kita harus selalu ada untuknya, Mas."
"Pasti, Ri. Bagaimana pun posisiku dan hubunganku dengan Kayana saat ini, tapi untuk menjaga dan mengusahakan yang terbaik adalah prioritasku."
"Aku percaya denganmu, Mas. Karena itu aku adalah orang pertama yang mendukung kalian."
"Makasih banyak, Ri."