Seperti sekarang ini ketika suasana kelas membosankan mendengar ocehan setiap guru ataupun hening ketika diperintahkan untuk mengerjakan soal, untuk kesekian kalinya Lintang mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Hingga kedua mata hitam legam nya itu bertumpu kepada seseorang.
Lintang mencuri pandangan dengan melirik Keyla yang duduk di serong kanan depan Lintang. Memperhatikan bagaimana Keyla berfikir ketika sedang mengitung soal ekonomi, hingga berfikir menerawang ketika mengisi soal sejarah.
Sesekali, Keyla mengetukan jari - jari mungil nya di atas meja dan juga menoleh ke samping kanan atau kiri nya untuk memperbincangkan atau menanyakan suatu hal kecil.
Bagian yang paling Lintang sukai ketika dimana Keyla menyisipkan anak rambutnya ke telinga, membuat nya menjadi dapat lebih jelas lagi memandangi wajah cantik ciptaan Tuhan itu.
Tidak tahu apa yang merasuki dirinya kali ini, tetapi Lintang tidak menyadari sudah berapa lama ia memandangi Keyla. Sampai akhirnya, Keyla melemparkan gumpalan kertas pada nya.
Akhirnya Lintang tersadar dan memungut gumpalan kertas itu sambil menatap Keyla bingung. Keyla melihat kedepan memastikan bahwa Pak Anwar tidak sedang memperhatikan nya. Lalu, ia mencondongkan tubuhnya ke Lintang sambil mengerutkan keningnya heran.
"Apaan?" tanya Keyla dengan suara pelan.
"Kenapa?" tanya Lintang balik.
Keyla menatap Lintang dengan jengkel, "Lo daritadi ngeliatin gue. Kenapa? Lo gak tau jawaban nya?"
Canggung karena Keyla menyadari tengah diperhatikan Lintang daritadi, dirinya merasa sangat amat bodoh melalaikan tugas yang telah diberi Pak Anwar. Bahkan soal - soal di buku tulisnya mungkin sudah melambaikan tangan mereka untuk dijawab.
Lintang menggeleng dan berusaha tidak salah tingkah, "Gue mah pinter. Udah sana lo kepedean banget gue liatin"
Satu kepalan tangan Keyla hadapkan kepada Lintang. Dengan kesal, Keyla kembali memfokuskan dirinya kepada soal yang telah menunggu, lengkap dengan bibirnya yang bersumpah serapah.
"Saking terpesona nya ya sampai ngeliatin Keyla nya kayak kagum gitu"
Lintang sontak melirik kepada teman sebangku di samping nya itu, Rio. Rio menyengir, mencoba meledek sahabat nya itu karena ketahuan memperhatikan perempuan.
"Gak jelas lo, Key"
"Key?" tanya Rio heran mencoba memastikan apa yang telah di dengar nya.
Sadar dengan kebodohan nya, Lintang gelagapan, "Maksud gue, Yo. Rusuh lo ah. Diem kerjain aja soalnya" dan ia melanjutkan diri dengan mencoret - coret buku tulisnya.
Lintang merasa heran tentang apa yang telah ia perbuat. Baru kali ini ia memperhatikan perempuan drngan sangat intens seperti itu, apalagi ini seorang Keyla. Keyla yang nota bene nya adalah perempuan yang sangat mengidam - idamkan rivalnya, Kevin.
Mungkin akan terdengar bodoh untuk yang kesekian kalinya. Ya, bahkan untuk hal yang satu ini, Lintang harus lagi-lagi berurusan dengan Kevin.
"Lintang!"
Tiba - tiba suara teriakan yang nyaring itu terdengar jelas di telinga kanan Lintang.
Baru saja Lintang ingin meneriaki balik orang itu, tetapi dirinya sudah terdiam duluan ketika Pak Anwar lah yang sudah berdiri berkacak pinggang di hadapan nya.
"Daritadi kamu saya panggilin diem aja. Lagi mikirin apa?" tanya Pak Anwar sambil mengetukan penggaris kayu nya ke lantai.
Lintang terdiam sejenak, hingga ada wajah Keyla yang menyumbul dari balik tubuh Pak Anwar, "Mikirin Keyla, Pak"
PRAAAK
Untuk kesekian kalinya, Lintang merasa perihatin dengan kebodohan nya jika sudah melihat Keyla. Dan ya, bahkan dihukum di depan kelas sambil mengangkat satu kaki dan menjewer kedua telinga nya menjadikan Lintang lebih puas memandangi Keyla dari depan.
☆~○~☆
"Hujan seakan - akan mengingatkan gue sama masa lalu. Dimana ada dia yang melambaikan tangan, membuat hati gue nyeri ketika moment bareng dia terputar gitu aja di memori gue"
Mendengar perempuan di hadapan nya itu mengeluarkan sederet kalimat dengan suara lirih nya sambil menatap keluar jendela dimana rintik - rintik hujan membasahi jalanan, Lintang memperhatikan nya dalam diam.
Keyla menghembuskan nafas nya berat seraya mengosokan kedua telapak tangan nya kedinginan, "Kalo kangen tapi gak bisa ngelakuin apa - apa emang sakit ya"
"Musuh terbesar kangen itu gengsi" jawab Lintang sambil meniup teh hangat di genggaman nya.
Kafe Enak Pisan yang sering mereka datangi ini adalah tempat yang kebetulan kesukaan keduanya. Mereka gemar menghabiskan waktu dengan membicarakan banyak hal disini, daripada harus jalan - jalan di mall dari matahari berada di atas kepala sampai malam tiba.
Terjadi keheningan diantara mereka berdua, hanya ditemani teh hangat dan wedang ronde, percakapan keduanya terus mengalir. Meskipun dengan keketusan.
"Cinta enggak harus memiliki. Meskipun orangnya udah pergi, tapi hatinya tetep punya gue" kata Keyla percaya diri sambil melihat foto Keyla dan Lintang yang terselip di dompet nya.
Lintang membiarkan orang di hadapan nya ini berbicara terus menerus seperti orang yang tengah tersesat dan tidak tahu arah. Dengan berbagai macam ekspresi yang ditunjukan nya, sedih, tertawa miris, bahkan tersenyum sakit.
Keyla berusaha menahan air mata nya untuk tidak jatuh dan tersenyum miris menahan tawa, "Mau sedeket apapun gue sama oranglain, tetep aja hati gue tuh cuma untuk dia doang"
Tiba - tiba Lintang memegang bahu Keyla dan mengusap air mata yang telah turun melewati pipi chubby nya, "Tenang aja, waktu bisa nyembuhin sakit hati kok"
Keyla berusaha tertawa pelan ditengah tangis kecil nya, "Kayaknya gue waste your time banget ya? Jadi dengerin gue curhat gini"
Kini kedua tangan Lintang di kedua bahu Keyla, "Raditya Dika bilang, sebagian besar teman curhat itu bisa berubah jadi teman hidup"
Keyla sontak memukul bahu Lintang dan membuang muka, mencoba mengalihkan perhatian nya agar tidak menatap kedua mata yang menawan itu.
"Perasaan hujan nya di luar. Kok basah nya di pipi lo?" ujar Lintang sambil menjulurkan tisu.
Akhirnya Keyla mengambil tisu itu dan menghapus air matanya. Lalu kembali menghadap Litang.
"Setiap lo senyum, satu masalah di hidup lo ilang" kata Lintang sambil menarik sudut lengkungan bibir kanan dan kiri nya.
Dengan kekehan kecil, Keyla mengikuti yang Lintang contoh kan.
"Gue ngerti kalo cinta emang butuh perjuangan. Tapi apa guna nya kalo cuma lo sendiri yang berjuang?" tanya Lintang menatap manik mata Keyla lekat - lekat.
Keyla terdiam dan hanya bisa memutar mutarkan kedua bola matanya, mencoba mencari jawaban untuk membalas Lintang.
Lintang terkekeh pelan dengan menyesap teh hangat nya, "Sekuat apapun lo berjuang, kalo di hati dia udah ada oranglain, percuma"
Tatapan Keyla meluluh, "Kalo gue bisa milih, gue juga gak mau diposisi berjuang sendirian kayak gini"
Kini Lintang yang tadi mendengar deringan bel mengedarkan pandangan ke seisi kafe, mencari seseorang yang baru saja masuk.
"Mungkin moveon emang gak gampang ataupun cepet, tapi pasti bisa"