Pagi yang indah dengan semilir angin berhembus menyambut kedatangan Keyla ke sekolah. Turun dari mobil dengan seragam SMA Ganesha dilengkapi sepatu kets hitam pendek dan rambut yang dibiarkan terurai sebahu.
Keyla berjalan santai dengan ransel merah dan cengiran khas pagi nya. Menyapa beberapa anak disampingnya dan sesekali mengobrol sepanjang jalan.
Sebelum memasuki kelasnya, kebiasaan baru Keyla di tahun ini adalah berhenti sebentar dikelas IPA 1 untuk menanyakan kepada seseorang tentang Kevin.
Dilihatnya Rara yang ingin keluar dari kelas IPA 1, Keyla memanggilnya, "Ra!"
Rara menoleh dan berhenti di depan pintu, sementara Keyla segera mempercepat langkahnya untuk menghampiri Rara.
"Kenapa, Key?" tanya Rara.
Keyla menyengir, "Angkasa udah dateng belom?" tanya Keyla dengan sesekali melongok melihat kedalam kelas.
Rara menoleh ke belakang, "Belum dateng, Ra. Nanti gue bilangin ke dia deh kalo lo nyariin dia"
"Sip sip" Keyla mengacungkan jempol tangan kanan nya.
Akhirnya, Keyla melanjutkan langkahnya ke tangga selanjutnya, menaiki nya satu persatu untuk sampai di kelasnya, IPS 1.
Berasa rumah sendiri, Keyla langsung masuk ke dalam kelas dan menaruh tas nya di atas meja. Sudah ada tiga tas di dalam kelas, hanya saja tidak tahu kedua orang itu dimana sekarang.
Seperti biasa, Keyla berdiri di balkon kelas sambil melihat kearah balkon sebrang, tepat kelasnya Kevin. Sesekali ia melihat pemandangan lalu lintas kota Bandung yang ramai serta suara kicauan burung di pagi hari.
"Key!!!"
Satu panggilan itu sukses membuat lamunan Keyla terbuyar. Keyla langsung menoleh ke sebrang, dan ternyata disitu ada Kevin yang tersenyum dan melambai.
Keyla balas tersenyum dan melambai juga kea rah Kevin, "Pagi, Sa!!!"
Kevin menggelengkan kepala, lalu berjalan ke koridor. Entah kemana Kevin sekarang. Keyla mengerucutkan bibir nya dan kembali menatap langit.
☆~○~☆
"Ada apaan sih di langit?"
Suara itu membuat Keyla kaget. Keyla menoleh dan mendapati Kevin yang tersenyum manis ke arahnya. Ah lucu sekali.
"Ha?" Keyla menggaruk tengkuk kepala nya, menjadi salah tingkah dan bingung.
Kevin berjalan dan kini berada di samping Keyla dengan kedua tangan yang dilipat dan ikut menatap langit, "Iya, emang ada apa di langit? Kok ngeliatnya sampe ngelamun gitu"
Keyla menyengir gugup, "Gak ada apa - apa. Bosen aja"
"Ada gue ya?" tanya Kevin terkekeh.
"Enggak. Lo mah di sini" jawab Keyla refleks memegang hati nya.
Kevin menaikan satu alisnya, "Ha? Dimana?"
"Eh maksud nya disini" Keyla menunjukan tangan kanan nya yang mengepal.
Kevin tertawa renyah, seperti tanpa beban. Sedangkan Keyla tertawa terpaksa, berusaha untuk tidak terlihat memalukan.
Sakit itu bukan ketika orang yang kita suka jadian sama orang lain. Tetapi ketika kita bersama orang yang kita suka, tetapi sadar bahwa kita tidak bisa bersama.
"Ngomong - ngomong, tadi kenapa nyariin gue?" tanya Kevin.
"Iseng aja. Mau ngajak ngobrol bareng" jawab Keyla karena bingung ingin menjawab seperti apa lagi.
Kevin menangguk, "Lo pagi pagi suka disini ya?"
Keyla mengangguk antusias, "Suka banget! Adem gitu, sejuk"
"Coba aja kelas gue di lantai paling atas juga ya, kan teriak dari balkon ke balkon nya lebih seru tuh, Key" seru Kevin.
"Lebih enak kalo sekelas, Sa"
Entah kenapa saat Keyla mengucapkan sederet kalimat itu, hatinya terasa sesak. Rindu akan kejadian kejadian satu tahun yang telah mereka lewati bersama di dalam satu kelas.
"Kalo boleh milih, gue juga maunya sekelas sama lo, Key" ujar Kevin.
Keyla mengulum senyum, "Tapi sayang nya kita gak bisa milih. Semuanya udah ada yang ngatur. Kayak cinta aja ya"
Kevin kini justru tertawa, "Gue kadang gak bisa nahan ketawa kalo kata - kata lo udah berubah jadi dramatis gini anjir"
"Berbaper-baper dahulu, berfriendzone-friendzone kemudian"
Keyla langsung menoleh ke belakang, sementara Kevin memejamkan mata nya dan menghembuskan nafas.
"Lo gak ada kerjaan apa?" tanya Keyla.
"Kerjaan gue banyak. Secara, gue kan ketua osis. Ya gak, Kev?" ledek Lintang.
"Ngeladenin orang gila sama aja gue gila. Bodoamat ah. Sana gih pergi lo" usir Keyla dengan lirikan sinisnya.
Lintang mengangguk, "Oh gue mengganggu sweet moment nya lo ya, Key?"
Keyla mengerutkan dahinya, "Sweet moment, bapak lo. Udah sana mending lo nyari temen biar ada temen ngobrol"
Lintang tersenyum ramah, oh tunggu, sok ramah, dan berjalan menuju Keyla. "Sabar ya Key, setahun masuk friendzone tuh emang gak enak. Namanya juga hidup"
Keyla mendorong tubuh Lintang masuk ke dalam kelas, "Jangan ganggu gue mulu ih lo dasar fans!"
Kevin berjalan menghampiri Keyla didepan pintu kelas nya, "Gue ke bawah ya, Key. Kalo mau nyari gue nanti, tanya aja sama Yudha"
"Oke selamat belajar ya, Sa. Kalo kangen, ke kelas gue aja" kata Keyla dengan santai nya. Berusaha untuk terdengar seperti candaan, tapi tetap saja rasanya tidak bisa dikendalikan.
☆~○~☆
"Gue gak mau sekelompok sama lo, bodoamat!" teriak Keyla di koridor.
"Gue juga gak mau kali sekelompok sama lo" balas Lintang tak kalah keras.
Bu Siti menyatukan mereka di dalam kelompok belajarnya. Ya, Bahasa Indonesia. Tengah terjadi perdebatan sepanjang jam pelajaran nya, tetapi sialnya, guru itu tetap tidak mau merubah keputusan nya. Membuat anak anak yang sekelompok dengan mereka berdua pun menggelengkan kepala karena tidak bisa menahan emosi kedua nya.
"Woi, professional dong. Supaya kelompok kita nilainya bagus. Ego lo berdua harus diturunin" perintah Bayu yang juga tidak kalah kesal.
Keduanya masih menggerutu satu sama lain, dan yang lain hanya bisa mengeluh.
"Key? Ngapain di tengah jalan gini?" tanya Kevin sambil melirik satu persatu temannya, dan berakhir pada Lintang.
"Lagi mau kerja kelompok, Kev. Tapi Keyla sama Lintang gak mau satu kelompok" jawab Tata memanyunkan bibir nya.
Kevin menarik tangan Keyla untuk menjauh sebentar dari kerumunan itu yang masih mencoba untuk membujuk Lintang.
"Gak boleh gitu" tegur Kevin menatap Keyla serius.
"Ih tapi Sa, lo kan tau sendiri Lintang gimana" jawab Keyla memutar kedua bola matanya jengkel.
Kevin menatap Keyla lebih dalam, "Hey, professional dong"
Tidak tahan dengan tatapan menenangkan itu, Keyla akhirnya menyerah, "Yaudah deh yaudah"
Kevin merangkul Keyla dan mengacak rambutnya sembari jalan kembali ke tempat teman - teman sekelompok nya, "Nah gitu dong. Baru namanya temen gue"
"Eh nih Keyla udah punya jawaban nya" kata Kevin mendorong Keyla pelan.
"Gimana, Key? Lo mau?" tanya Deandra dengan tatapan penuh harap.
Keyla mengangguk, "Ya. Oke"
"Terus lo gimana, Tang? Mau, kan?" tanya Rio.
Lintang menggeleng cepat.
"Ih tuh kan! Percuma. Dia tuh gak mau" seru Keyla kesal.
Kevin menghampiri Lintang yang berada di sebrang nya. Mendorong tubuh Lintang untuk mengambil jarak dari mereka.
"Apa? Mau sok pahlawan lagi?" tanya Lintang menantang.
"Gue cuma mau lo professional, bro. Jangan mempermalukan jabatan lo" tegas Kevin.
Dengan kekehan pelan, Lintang berdecih, "Ada syarat nya"
Tau dengan segala permainan licik seorang Lintang, Kevin sudah paham apa maunya Lintang, "Lo mau apa?"
Lintang tersenyum, "Lo harus bener bener lost contact sama Keyla"
Suara Lintang yang tajam itu terdengar nyaring di telinga Kevin.
"Untuk tiga hari aja deh. Gue kasihan sama lo. Pasti ngerasa kehilangan Keyla, kan?" ledek Lintang.
"Gue terima" jawab Kevin spontan.
Kevin sudah tidak menanyakan bagaimana pendapat Keyla lagi, karena jalan ini juga dipilihnya untuk kebaikan Keyla sendiri. Jika Lintang tidak ingin membuat projek di kelompok nya yang tentu saja sangat membutuhkan nya, bisa - bisa sekelompok pasti akan dihukum Bu Siti.
Lintang terkekeh, "Gue suka sikap heroik lo"
Saat Kevin ingin pergi, Lintang kembali berbicara, "Lo disini minta gue buat professional. Jadi, gue harap lo bakal professional selama tiga hari ini"
Kevin menghiraukan perkataan Lintang yang terakhir. Lalu, ia menoleh ke belakang, "Key, gue pergi ya. Selamat ngerjain project nya"
Keyla tersenyum, "Iya, Sa. Hati - hati dijalan ya!"
Hati - hati sama Lintang, umpat Kevin dalam hati.