Arthur & Arthura

1195 Kata
"Nunggu Kevin, hm?" Perempuan cantik berkeringat yang memakai kaus hitam polos dan celana pendek yang sedang duduk di sudut lapangan itu langsung mendongakan kepala. "Kalo nunggu Kevin di auditorium" Keyla memanyunkan bibir nya, "Jangan sok tau" Siang hari yang panas, ditambah Keyla sedang ada di lapangan sehabis latihan cheers. Suasana nya tampak ramai dan bising, tetapi tetap saja dari tadi pagi ia tidak melihat sosok Kevin. Di cari gak ketemu, di telfon dan sms gak diangkat dan dibalas. Bikin Keyla gelisah sebenarnya kemana Kevin. "Mau ga?" laki - laki itu menyodorkan air mineral dingin. Keyla tampak curiga dengan perilaku aneh orang itu, ia menaikan satu alis nya, "Kayaknya ada yang gak beres deh sama lo, Tang" Lintang terkekeh, "Segitu jahatkah gue sampai berbuat baik ke lo aja dikira berbuat jahat?" "Emang biasa nya gitu 'kan? Nyebelin, bawel, ego-Tau ah gue mau pergi" ujar Keyla bangkit dari duduk dan melampirkan tas nya berjalan ke auditorium. Sejauh mata memandang, Keyla melihat Fero baru saja keluar dari auditorium. "Fero!!" Fero sontak menoleh dan menunjuk dirinya, "Gue?" Dengan cepat, Keyla mengangguk dan berlari menghampiri Fero di ujung koridor. "Kenapa, Key?" tanya Fero yang bingung melihat Keyla tumben - tumbenan memanggil dirinya. Keyla berusaha mengatur nafasnya sebentar, lalu menampilkan cengiran lebarnya, "Angkasa kemana?" "Loh dia tadi pulang duluan. Gue kira dia ngajak lo balik bareng" jawab Fero seadanya. "Oke" kata Keyla singkat dan akhirnya berjalan menuju lapangan futsal indoor yang kini sepi hanya ada beberapa orang saja. Keyla duduk dan memperhatikan bola yang ditendang kesana kemari, membayangkan jika saja Kevin suka bermain futsal, pasti penggemar nya makin bertambah banyak. Tiba - tiba matanya melihat lingkaran tengah lapangan. Ya, disitu dimana Kevin melakukan pembelaan terhadap dirinya dengan menonjok Lintang. Cara lo yang selalu bikin gue seneng seakan akan membuat gue berfikiran kalo lo juga menyimpann rasa yang sama, Sa. "Seneng ya ngeliat gue kemarin jatoh disitu?" Keyla kaget saat mendapati Lintang sudah duduk tidak jauh darinya. "Sayangnya, gue aja gak ngeliat" jawab Keyla kesal. Sekarang kedua nya ditatap beberapa anak yang berlalu lalang. Sebuah moment aneh ketika Lintang dan Keyla disatukan tetapi tidak terjadi perselisihan sengit sedikitpun. Membuat yang lain berusaha sadar ini kenyataan atau bukan. Sadar dengan tatapan orang - orang yang makin intens, Keyla melirik Lintang, "Lo ngapain disini? Ngikutin gue ya?" "Woi ini kan tempat gue biasa main, kali. Lo tuh yang salah tempat" jawab Lintang. "Oke sekarang biarin gue diem disini. Please, tolong jangan ada perdebatan untuk kali ini. Karena gue mau berusaha tenang" kata Keyla dengan muka memelas nya. Lintang mengangguk meledek, "Oh jadi lagi ada masalah ceritanya?" Keyla menyipitkan matanya, "Mending lo kerjain project kita biar Bu Siti kaga ceramah" "Kan project lo juga. Berarti lo harus ikut kerja" timpal Lintang santai. "Woi gue udah ngerjain kan kemarin. Tugas gue udah selesai. Kan emang bagian lo paling banyak" kata Keyla dengan api amarahnya yang kini menyulut. Lintang tersenyum, "Namanya tugas kelompok, satu kerja ya kerja semua. Satu belom selesai, ya bantuin" Keyla menangkupkan wajahnya di kedua tangan, "Yaudah to the point dari tadi, bilang lo gak mau ngerjain tugas kelompok sendiri. Karena lo maunya itu nyusahin gue terus. Simple, kan?" Lintang pun berdiri dan melampirkan tas nya, "Yaudah sekarang lo ikut gue kerumah" Kedua mata Keyla membelalak, "Kok cuma gue doang?" "Karena anggota kelompok kita sekarang cuma tinggal lo doang" jawab Lintang sesederhana itu. "Ogah. Mending gue kerumah Kevin" jawab Keyla kesal. Raut wajah Lintang berubah menjadi serius, "Kan Kevin yang minta buat lo jadi professional" Andaikan ada bola basket didekatnya sekarang, mungkin Keyla sudah melempar berkali kali ke wajah orang menyebalkan yang satu ini.   ***   "Udah sampai" seru Lintang membuka helm nya. Keyla langsung turun dan memegangi kepala nya, "Buset gue harus bilang ke bokap lo kalo dia harus ngajarin lo ngendarain motor yang bener" Lintang menghiraukan keluhan Keyla. Ia memasukan seragam nya kedalam celana hingga rapih dan menyisir rambutnya agar tidak berantakan lagi. Kini Lintang menatap Keyla, menunggu ia berhenti berkomentar dengan apa yang dilakukan Lntang dijalanan tadi. "Kenapa?" tanya Keyla. Hembusan nafas berat sangat terlihat dari ekspresi wajah Lintang, "Gue disini mau minta bantuan sama lo" Keyla hanya menaikan satu alisnya, menunggu untuk Lintang melanjutkan kata kata yang akan diucapkan selanjutnya. "Didepan orangtua gue, lo harus bilang kalo gue anak yang baik. Jangan pernah bilang apa - apa tentang gue kalo gue lagi gak ada" tegas Lintang. "Oh jadi orangtua lo gak tau kalo lo di sekolah urakan?" ledek Keyla. Lintang memutar kedua bola maatnya, "Oke harusnya tadi gue gak ngajak lo kerumah. Kalo kayak gini kan nanti ja-" "Arthur!" Lintang dan Keyla menoleh bersamaan ke sumber suara dari pintu depan. "Nama belakang gue Arthur, harusnya gue yang nengok" "Nama belakang gue Arthura, kan mirip, jadi gue juga nengok" Keduanya bertatap mata sinis karena perselisihan diantara nama belakang keduanya yang mirip. "Jangan bilang kalo yang manggil Pak Darwan" kata Keyla pelan. "Itu bokap gue" jawab Lintang menoyor kepala Keyla. Di depan pintu berdirilah laki - laki dengan balutan seragam kantor yang rapih, rambut hitam legam yang mengkilap, serta gigi putih yang berderet dan hidung yang mancung. Pria itu memeluk Lintang dan mengacak acak rambutnya, "Pas banget kamu pulang Thur, lagi mau makan siang bareng" Lintang melepaskan pelukan lalu tersenyum, "Hm Pa, kayaknya aku gak ikut makan siang bareng deh. Soalnya a-" "Pacarnya Arthur, ya? Kenalin, Papa nya Arthur" Papa nya Lintang menguluran tangan nya ke Keyla yang masih dengan wajah heran nya. Keyla menyambut uluran tangan Papa Lintang, "Saya Keyla, Om. Tapi temen nya Lin-Arthur" Papa Lintang melihat bordiran nama yang terjahit di seragam sekolah Keyla, "Namamu Keyla Arthura? Wah Arthur dan Arthura, cocok" "Bokap gue emang sok akrab" bisik Lintang di telinga Keyla. Keyla hanya menatap Lintang dengan tatapan terus-gue-harus-gimana. Tiba - tiba Lintang menarik tangan Keyla, "Yaudah ya Pa, Arthur sama Keyla mau ke balkon dulu ngerjain tugas" "Papa mau nya manggil dia Arthura aja. Biar serasi sama namamu, Thur" ledek Papa Lintang.   ***   "Key, sebenernya gue ngajak lo kesini bukan buat ngerjain tugas kelompok" kata Lintang. "Terus?" tanya Keyla bingung. Lintang mengambil sebuah skateboard yang masih terlihat baru dan menyodorkan nya ke Keyla. "Maksudnya?" tanya Keyla pura pura tidak mengerti apa maksud Lintang. "Gue tau lo jago main skateboard, jadi, gue mau ngeliat lo main" kata Lintang ringan. Keyla menganga, "Lo tau darimana?" "Keenan Samudra, dia temen gue" jawab Lintang mengulum senyum sebagai tanda gue-menang. Ketika Keyla ingin membalas Lintang, tiba - tiba telfon nya bergetar tanda ada panggilan masuk dari seseorang. Keyla langsung mengambil hp dari kantong seragam nya. 3 Missed Calls; Angkasa Keyla kaget ketika melihat panggilan tidak terjawab dari Kevin. Akhirnya, Keyla berniat untuk menelfon balik Kevin. Entah ada apa kenapa Kevin menelfon nya berkali -kali. Dan aneh sekali jika tidak terjadi apa apa. "Sa?" "Lagi dimana?" suaranya terdengar seperti suara dingin yang mengintrogasi. Terjadi keheningan sebentar. Bila Keyla menjawab berada di rumah Lintang, entah apa ekspresi Kevin disana. "Ngg-Rumah temen" "Rumah siapa?" "Rumah Lintang" Terdengar suara kekehan dari ujung sana, "Oh jadi sekarang Lintang temen lo?" Keyla menghela nafas, "Gini, lo nyuruh gue professional 'kan? Gue lagi ngerjain tugas" "Ngerjain tugas cuma berdua dan dirumahnya? Nice" "Sa, tadi gue udah nyari lo dari pagi tapi gak ketemu. Dan se-" "Bilang ke Lintang, salam dari Kevin"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN