Emma baru saja keluar dari kamar saat Seah pulang dari shif malamnya. Seah langsung menabraknya dan memberondong dengan banyak pertanyaan, Seah menahan Emma dari langkah panjangnya karenasudah kesiangan.
“Gimana? cerita dong! kata Al.. kamu pulang kerumah Angga.” hadang Seah.
“Ya ampun Se... cuman main doang, nggak kaya yang kamu pikirin kok.” sahut Emma.
“Yang bener? Gimana orang tua Angga, mama papa nya?” Seah sangat antusias ingin mendengar cerita dari Emma.
“Sebenarnya Se... keluarga dia nggak baik-baik aja, setelah ayah nya meninggal, ibunya menikah lagi, namun dengan orang yang salah. Setiap hari kerjaanya judi, miras dan lainnya, semua perabotan di warung ibunya dijual digadai tanpa izin ibunya, btw ibunya punya warung nasi,kalau ke Jember kamu wajib mampir enak banget Se masakan ibunya Angga.” Jelas Emma.
“Ibunya seneng sih lihat aku, dikira aku pacarnya mas Angga hehehe.” Lanjut Emma.
“Kamu sih... kenapa kamu nggak pacaran aja sih, kamu sendiri kan yang bilang kalau Angga sebenernya anak yang baik, ya dari cerita kamu barusan aku jadi tau kenapa karakternya jadi seperti itu.” Kata Seah dia sedikit menggerutu di pangkal pendapatnya.
“Iya aku kan pikirkan itu nanti Se... btw udah jam berapa ini, aku kesiangan dodol... kamu sih.” Ucap Emma sambil menyambar sepatu dari raknya kemudian memakai dan langsung berlari-lari keluar dari kosnya.
“Ehh hati-hati... “ teriak Seah, yang disambut lambaian tangan dari Emma.
Sampai di pabrik bersamaan dengan bunyi sirine awal kerja, dia sudah ditahan oleh security. Terlambat sekian detik.
“Yah Pak... hari ini tugas saya full banget, pliss saya bisa dihajar mak saya kalau nggak masuk hari ini.” Ucap Emma pada security yang berjaga.
“Salah kamu sendiri telat.” Jawab Security bernama Yanto.
“Laah setidaknya saya masih datang pak, daripada nggak datang kan...” elak Emma.
Sementara dia melihat karyawan lain yang juga ditahan security terlihat santai bahkan dengan senang hati dipulangkan. Dia tidak bisa membayangkan tumpukan perkerjaan karena off dua hari karena demo dan cuti khusus kemarin.
“Plisss pak...” ucap Emma kemudian.
“Udah nggak bisa... kamu yang gak disiplin kok masih maksa masuk, karyawan seperti ini nih yang ngerugiin perusahaan.” Omel security.
“Laahhh kenapa dia yang ngomel harusnya kan aku yang ngomel, si bapak nggak ngerti sih kerjaan aku kaya gimana ribetnya.” Batin Emma kesal.
“Hanya ada satu cara sih, biar aku bisa masuk.” Pikirnya.
Emma mundur ke space yang kosong, kemudian mengeluarkan ponselnya, dia scroll riwayat panggilan yang waktu itu Adrian pernah nelpon dia, Emma mulai chat Adrian dengan sopan.
“Selamat pagi pak...” Emma membuka percakapan.
“Pagi... iya Emm ada apa? Tumben pagi-pagi kamu chat, ada apa nih?” balas Adrian.
“Pak... tolongin dong, aku ada di depan, ditahan di pos security, ga boleh masuk, padahal aku cma telat berapa detik doang, emakku bisa marah-marah kalau aku hari ini nggak masuk, dan kerjaan ku gimana dong.”
“Oke... aku kesana bentar.”
Beberapa saat kemudian terlihat Adrian berjalan kearah pos Security, dari jauh dia sudah melemparkan senyum kala melihat Emma diantara karyawan yang tertahan. Adrian masuk ke pos dan terlihat pembicaraan diantara mereka terlihat serius walau Adrian tetap santai sambi terus menebarkan senyum diantara security perempuan yang bertugas cek body.
“Mana yang namanya Emma Salsabila?”tanya Security.
“Saya pak...” Emma mengangkat telunjukknya.
“Ohhh kamu, yaudah masuk sana, kenapa nggak bilang kalau kamu stafnya pak Adrian.” Ucap security tadi.
“Hah... oh iya, habis bapak nggak kasih kesempatan saya ngomong sih.” Sahut Emma.
“Udah masuk sana, lain kali jangan sampai terlambat, nyusahin tau, pak Adrian sampek jemput kamu kesini.”lanjut security.
“Iya pak...” jawab Emma.
Emma berjalan mengekor di belakang Adrian, lalu menjajarinya.
“Makasih ya pak... soalnya saya sudah off dua hari jadi saya nggak mungkin nggak masuk lagi hari ini.”ucap Emma.
“Iya... aku ngerti kok,ditambah tadi Azizah sudah kusut banget mukanya, mungkin di angira kamu nggak masuk hari ini.” Sahut Adrian.
“Hehe iya pak, yaudah saya duluan ya, sekali lagi makasih pak..” ucap Emma., sambil setengah berlari-lari kecil menyusuri lorong menuju gedungnya.
“Emma...ya Allah tak kirain kamu tuh nggak masuk Emm,kok bisa sih terlambat, terus gimana ceritanya bisa masuk?” tanya Azizah.
“Aduh mak ceritanya panjang ntar aja istirahat aku ceirtain, sekarang tugas aku ngapain nih?” tanya Emma.
“Nah ini nih... kita udah kerja nih artikel Mint Berry, kebetulan sandalnya tuh material specio semua Emm, jadi anak-anak kesusahan kalau nge-colour nya. Jadi kayanya kamu harus mix pakai filler deh Emm.”jeas Azizah.
“Aku harus ke TSD sekarang inih?” tanya Emma, yang menerima sinyal perintah dari Azizah.
“Hehehe iya ini kamu bawa satu buat sample.” Kata Azizah memberikan sebuah upper pada Emma.
“Iya deh, ada lagi nggak?” tanya Emma.
“Apaan kamu telat gitu,benang aku udah daftar, ceklist udah aku edarkankamu sih...” omel Azizah.
“Hehe iya mak aku berangkat ini.. maap ya.” Pamit emma sambil meraih upper diatas meja.
Sampai di TSD, adalah departemen kimia yang mengurusi segala macam bahan kimia, seperti SBP, Tolluene, Lem, Colour, latex dan lainnya. Emma mencari sosok yang selama ini selalu membantunya mengurusi mix colour untuk mendapatkan warna seperti yang dia dapatkan.
"Ki..." Panggil Emma, karena melihat kursi Kiki kosong. Hanya ada satu cewek yang tengah menyelesaikan proses sablon merk pada box kemasan Sepatu. Dia menatap Emma kemudian kembali mengerjakan tugasnya.
"Kiki mana Pril?" Tanya Emma pada cewek bernama April itu.
"Tau tuh Emm... Dari tadi belum balik." Jawab April.
"Ada apa sih?" Lanjutnya.
"Aku mau ambil colour nih, masa iya ngemix sendiri..." Jawab Emma.
"Tunggu aja bentar palingan bentar lagi juga balik!" Ucap April.
"Tadi sih pamit ke RND." Lanjutnya.
"Okkeee..." Sahut Emma.
Setelah nunggu lama, namun Kiki tak kunjung kembali , akhirnya Emma memutuskan untuk nge-mix sendiri colour nya. Dia mengambil sebuah gelas plastik lalu mulai mengambil satu persatu sampel dan menggabungkannya. Setelah menimbang-nimbang sepertinya kurang cocok dengan sample yang dia bawa. Dia mengambil gelas lain lalu mencobanya lagi.
"Haii... Sayangkuuu lagi apa?" Tanya Kiki sambil menyampaikan lengannya ke pundak Emma.
"Darimana aja sih kamu, dah buatin aku warna bronzo, nggak bakat banget deh aku bikin kaya ginian." Tunjuk Emma pada dua gelas berjajar yang warnanya sama sekali nggak mirip.
"Hmmmm..." Gumam cowok berlesung Pipit itu dengan cepat.
"Ini kamu yang bikin?" Tangan dia kemudian.
"Emang siapa lagi..." Jawab Emma.
"Yang ini udah mendekati sih, coba tambah warna Bianco dikit aja." Ucapnya kemudian.
Emma buru-buru melepaskan tangan Kiki dari pundaknya karena, telapak tangannya yang bergerak entah sengaja atau tidak sempat menyentuh dadanya. Sementara Kiki hanya cekikikan.
"Dasar mesum... Awas ya aku tumpahin nih cat ke muka kamu kalau kurang ajar." Ucap Emma.
"Gemes banget soalnya sama kamu." Ucapnya enteng sambil mulai mencampur beberapa warna menjadi satu.
Setelah beberapa saat, akhirnya selesai juga colour pesenan Emma. Bersamaan dengan itu April mendekat, dia berpesan pada Kiki jika ada GL inner ada yang nyariin dia, suruh jawab masih ambil sample box di gedung C.
"Okkeee..." Jawab Kiki pada April.
"Sudah nih Emma kamu minta seberapa?" Tanya Kiki pada Emma sesaat setelah April berlalu.
"Sebotol aja nanti kalau kurang bisa balik lagi." Jawab Emma.
"Okkeee siap sayang..." Ucap Kiki.
Beberapa saat kemudian, Kiki kembali pada Emma dengan sebuah botol berisi colour bronzo hasil mix barusan.
"Wahh thanks ya, yaudah aku balik dulu ya udah ditungguin sama emakku." Pamit Emma.
"Ehhh gitu doang makasihnya..." Ucap Kiki, dia menarik lengan Emma hingga dia berbalik dan menabraknya, lalu dengan cepat Kiki melumat bibir Emma.
Emma langsung mendorong Kiki hingga terjatuh.
"Kurang ajar banget sih kamu Ki..." Maki Emma. Dia melemparkan gelas percobaan mix tadi ke arah Kiki, hingga calournya tumpah dan mengenai seragam Kiki. Emma merasa bersalah namun dia sudah tidak peduli lagi, karena emang Kiki sudah kurang ajar padanya. Dia berbalik dan berjalan kearah pintu.
Kiki yang geram menyeka tumpahan cat di seragamnya, melihat telapak tangannya yang kotor, sebersit ide nakal untuk membalas Emma terlintas dibenaknya. Dengan dia mengejar Emma lalu tangannya menyusup ke balik jilbab Emma kemudian meremas d**a Emma dengan noda bekas cat ditangannya.
Langkah Ema terhenti di begitu terkejut dengan apa yang Kiki lakukan padanya, lantas menampar Kiki kuat-kuat sambil meneriakinya.
"Laki-laki brengsek..." Ucap Emma, sambil melepaskan dirinya.
"Aku suka itu Emma.. lain kali kita akan melakukannya dengan benar." Ucap Kiki.
Emma begitu marah, kejadian seperti itu sexuality harassment sudah sering dia dapatkan dari rekan kerja laki-lakinya, ingin sekali dia berhenti kerja dan mencari pekerjaan yang lain, yang lebih layak dan menjaga martabat perempuan.
Emma yang melihat Galuh, transfer line sebelah nya tengah lewat memangiilnya untuk mnitipkan upper sample juga colour untuk diberikan pada Azizah.
"Emang kamu mau kemana Emm?" Tanya Galuh.
"I... Iya aku mau ke toilet bentar... Dahhh." Ucapnya sembari berlari meninggalkan Galuh.
Sampai di toilet, dia menyibakkan jilbabnya dan melihat noda tadi, benary tepat di d**a sebelah kirinya dan membetuk sebuah tangan.
"Hahhhhh b******k emang tuh anak..." Ucap Emma kesal.
"Apa yang denganku ya Allah... Kenapa aku selalu dilecehkan, aku sama sekali tak pernah menggoda mereka, aku sama sekali tak pernah mencari perhatian dari mereka. Aku merasa hancurlah martabatku sebagai seorang gadis." Emma bermonolog sambil menahan airmatanya.
"Ini nggak bisa ditutupi, tetap aja kelihatan, apa yang bakalan mereka katakan tentang aku, dipikir aku ini murahan banget ya Allah..." Ucap Emma.
"Kalau aku minta bantuan Ulfa, atau Nia, mereka pasti kepo. Ujung-ujungnya jadi gosip di line." Lanjutnya.
"Mika... Iya benar Mika." Emma mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Mika.
Sementara itu Mika yang sedang asyik menata accesories membantu Ulfa, melirik ponsel yang berkedip-kedip di laci mejanya. Dia pura-pura mengambil sesuatu yang terjatuh di kolong meja lalu mengangkat telpon Emma.
"Ada apa mbak Emm?" Tanya Mika.
"Mika tolong ke toilet cewek bilik 18 ya..." Pinta Emma.
"Memang ada apa mbak? Iya iya aku kesana sekarang kok." Ucap Mika mengakhiri pembicaraan ya buru-buru.
"Mak.. aku ketoilet bentar..." Pamit Mika pada Azizah.
"Jangan lama-lama." pesan Azizah.
Sementara itu Mika sudah berdiri di depan pintu kamar mandi nomor 18. Dia mengetuk pintu dan memanggil nama Emma untuk memastikan sekali lagi. Emma membuka pintu kemudian menarik Mika untuk masuk.
"Mika... Tolong kamu ke koperasi ya, beliin aku seragam size S, ini uangnya." Ucap Mika.
"Emang... Seragam mbak Mika kenapa?" Mika mengernyitkan dahinya, sambil memindai visualisasi Emma yang tidak biasa, ada airmata yang ditahan di sudut matanya, bibirnya bergetar dan tangannya memegangi ujung jilbabnya untuk menutupi sesuatu.
Mika menyibakkan jilbab Emma hingga nampak lah didepan matanya, bekas noda berbentuk tangan pada d**a Emma.
"Mika kamu jangan cerita siapa-siapa ya... Iya kamu bener, kamu bener dengan dugaan kamu itu, tolong jangan cerita ke siapapun ya." Pinta Emma.
"Ya Allah mbak... Siapa yang ngelakuin ini, hah?" Mika terlihat geram, alisnya menyatu, giginya gemerutuk menahan amarah.
"Ini nggak bisa dibiarin kita harus lapor HRD." Lanjut Mika.
"Jangan Mika... Namaku pasti ada di laporan aku nggak mau, ini memalukan Mika." Sergah Emma.
"Udah aku cuma minta tolong kamu buat beliin aku seragam baru aja kok." Lanjutnya.
"Ya udah tunggu ya mbak..." Ucap Mika.
Mika bergegas jalan menuju koperasi, untuk memangkas waktu, dia lewat jalan lintas di gedung A1, tepat di belakang mesin blocking, Mika melihat Angga. Dia sempat gusar ingin ngaduin ini ke Angga, tapi pasti Emma bakalan marah sama dia. Akhirnya dia melewati Angga begitu saja.