Bertemu Ibunda Angga

2310 Kata
    Tepat tengah hari saat Angga memutuskan mengajak rekan-rekan nya meninggalkan titik demo, tidak lama berselang hujan turun dengan derasnya, berkah bagi para demonstran karena gas airmata akan netral jika terkena air. Namun Angga dan lainnya tidak seberuntung itu karena mereka tidak membawa mantel.     "Emm... Gimana hujan deres banget nih, mau neduh dulu apa gimana? tanya Angga.     "Terserah mas... Nggak papa sih kalau mau neduh dulu, kita kasih tau mereka berdua, kasian Alya nggak pake jaket pula." Jawab Emma.     Angga mendahului motor Diaz untuk memberitahu rencana mereka, kemudian setelah lampu merah mereka berbelok pada sebuah minimarket. Sambil membeli minuman mereka duduk di teras sambil melepas atribut demonstrasi. Tiba-tiba ponsel Angga berdering, tertulis Ibu memanggil pada display ponselnya. Angga buru-buru swipe layar untuk membukannya.     "Iya... Waalaikumsalam salam buk..." Angga menjawab telpon ibunya.     Emma terpana sesaat melihat kearah Angga, dia baru tau begitu sopannya Angga pada ibunya. Terlihat tiba-tiba perubahan yang signifikan pada raut wajah Angga. Rahangnya mengeras dan telinga nya memerah. Nafasnya mulai tak terkontrol.     "Ibuk... udah jangan nangis, Angga ada kok tabungan buat beli lagi buk, udah nggak papa, yang penting sama Arum baik-baik saja kan." ucap Angga.     "Udah... Nggak papa, Angga belum nikah, jadi Angga kerja buat ibuk sama Arum, jangan mikir macam-macam buk, tunggu Angga akan pulang hari ini." tambahnya.     Setelah itu Angga terlihat gusar dia memutar-mutar ponselnya kemudian menghembuskan nafas berat. Sedetik kemudian dia melihat rintikan hujan yang masih turun dengan derasnya. Emma yang melihat itu memberanikan bertanya.      "Ada apa mas? Sepertinya kamu sedang menimbang-nimbang sesuatu untuk memutuskan sesuatu ya kan?" tanya Emma.     "Ibu sama bapak tiri aku berantem lagi Emm... Bapak menjual coller di warung ibu tanpa izin, setiap kali kalah judi bapak selalu pulang dengan marah-marah, ibu dan adek aku yang jadi sasaran, semua barang dijual, digadai tanpa bilang sama ibu, Aku udah minta ibuk buat gugat bapak, tapi ibuk masih kasian sama Arum, Arum adek aku lahir dari pernikahan kedua ibu, dan saat nanti dia menikah dia bakalan butuh bapak."     "Tapi ya nggak bisa gitu lah, namanya seorang suami seorang ayah tugasnya mengayomi dan melindungi keluarganya, ini mah kekerasan yaudah yukk pulang." ajak Emma.     "Yukk?" tanya Angga menanyakan maksud Emma.     "Iya... Aku ikut, nggak papa kan, mas Angga juga pernah main ke rumahku kan, dan lagi aku pingin lihat bapak tiri mas Angga kaya apa." jawab Emma.     "Beneran nih mau ketemu ibu aku..." ucap Angga yang tiba-tiba kembali ceria.     "I... Iya kepingin aja, pingin tau kota Jember hehe..."     "Oh yaudah moga cepet terang... Mau kenalin calon mantu ke ibu." ucap Angga sambil mengerling kearah Emma.     "Hmmm... jadi malu tau, tapi beneran nggak papa aku ikut, nggak nyusahin kan?" tanya Emma pada akhirnya.     "Enggaklah lagian aku juga mau minta bantuan kamu." ucapAngga.     "Bantuan apa mas?" tanya Emma penasaran, memang apa yang bisa dia lakukan.     "Aku pingin beliin ibu aku coller baru, kasian warungnya udah dikosongin sama bapak, tapi uangku kurang, nggak tau malu emang ya, tapi beneran aku pinjem bentar nanti gajian aku balikin kok." ucap Angga.      "Ohhh itu... iya mas nggak papa, kamu udah banyak banget nolongin aku, sampai aku bingung balas budinya gimana." jawab Emma.     "Beneran kok Emm, gajian tanggal 30 aku kembaliin. Aku kasian aja sama ibu." tambah Angga.     "Iya mas... duh santai aja lahi, aku juga belum kepake kok." sergah Emma.     berpamitan pada Diaz dan Alya karena mereka akan ada urusan yang segera diselesaikan.     "Yaudah ati-ati mbak, salam buat calon mertua." ucap Alya.     "Iyess..." sahut Emma pendek.     "Bye..." pamit Angga.     "OK..." jawab Diaz dan Alya bersamaan.     Setelah terlebih dahulu mampir ke kos Angga untuk mengganti pakaiannya yang basah karena hujan barusan, Angga mengantarkan Emma ke kos nya untuk mengambil baju ganti karena besok off bagi para perwakilan yang hari ini turun kejalan,maka Angga berniat mengajak Emma menginap dirumahnya karena esok hari harus pergi ke toko elektronik.     Emma memakai bellasquare berwarna nude dengan celana putih dan hodie coklat, sungguh sangat cantik. sementara untuk baju gantinya dia membawa longdress berwarna putih, karena akan lebih sopan baginya jika dirumah angga memakai pakaian panang daripada celana.     "Udah mas ayo..." ajak Emma setelah memasukkan kunci kamarnya kedalam slingbag nya.     "Nggak pamit Seah?" tanya Angga.     "Udah aku wa kok mas, soalnya diakan masuk malam jam segini pasti masih molor dengan indahnya." jawab Emma.     "Okke yuk berangkat... btw kamu cantik banget." ucap Angga sambil memakaikan helm pada Emma.     Setelah memutar motornya Angga mulai memacu perlahan meninggalkan area berikat, kawasan indutri ini. Kurang lebih 3 jam kemudian mereka sampai di kota Jember, yang terkenal dengan makanan khas nya yaitu berbagai olahan dari tape, seperti suwar suwir, brownies tape, pia tape dan sebagainya.     Tiba di sebuah perkampungan yang cukkup padat penduduknya, Angga terus mengendarai motornya memasuki gang kecil, rumah Angga berhadapan dengan musholla, satu halam dengan musholla, karena Musholla An Nur ini adalah peninggalan dari mendiang ayah Angga. Lingkungannya sangat asri, sama seperti mama nya, Ibu Angga juga hobi berkebun, terbukti dari beberapa tanaman has yang tumbuh indah di area teras Angga. Emma turun dari motor diikuti Angga yang langsung membuka pintu dan masuk begitu saja, dan menghenyakkan badannya di sofa empuk berwarna hijau itu.     "Assalamualaikum..." ucap Emma.     "Waalaikumsalam..." jawab ibu Angga yang muncul dari dalam dengan keadaan tangan kotor terkena adonan goreng pisang. Jilbabnya tertarik kebelakang, sementara dari balik punggung ibu Angga muncul gadis kecil berusia sekitar 4 tahunan yang bergelondatan pada rok ibu Angga.     Emma tetap mencium tangan ibu Angga, Ibu Angga yang masih belum hilang rasa kagetnya melihat gadis cantik didepannya dengan sopan mengucapkan salam dan mecium tangan kotornya, Ibu angga menoleh kearah anak laki-lakinya yang memijit lehernya karena pegal perjalanan.     "Saya teman kerjanya mas Angga bu..." ucap Emma pada akhirnya memperkenalkn dirinya sendiri.     "Oalah... mari duduk nak, ibu buatkan minum dulu ya." terbitlah senyum dari wajah ibu Angga yang wajahya terlihat lebih tua dari usia sebenarnya itu.     "Sudah nggak papa bu, Emma bisa bikin sendiri kok." ucap Emma.     Sementara gadis kecil bernama Arum itu gantian mencium tangan Angga kemudian Emma setelah melepaskan pegangannya dari rok ibunya.     "Kangen mas nggak?" tanya Angga sambil memangku adik tirinya itu dengan penuh kasih sayang.     "Kangen..." jawab Arum sambil matanya masih sesekali memandang kearah Emma.     Nggak butuh waktu lama, kemudian mereka berdua sudah larut dalam canda tawa. Sementara Emma menuju dapur mencari sosok ibu Angga. Ternyata baru saja selesai mnyeduh teh untuk dirinya juga Angga.     "Biar saya yang bawa kedepan bu..." ucap Emma.     "Oh iy nak... silahkan." jawab ibu Emma.     "Seneng rasanya lihat Angga punya pacar anak yang baik." gumam ibu Angga, seteah Emma beranjak darisana.     "Bisa aja tuh anak nyari cewek yang kaya gitu." lanjutnya kemudian. Sesaat itu Emma kembali lagi kedapur sambil menyingsingkan lengannya.     "Biar Emma bantu goreng pisangnya bu..." ucap Emma.     "Emma bisa?" tanya ibu Angga.     "Bisa kok bu, kalau tinggal goreng-goreng saja hehe." jawab Emma.     "Ya sudah ini Emma yang goreng ya, ibu mau masak nasi dulu." ucap ibu Angga kemudian.     "Iya bu..." Kata Emma.     Angga dan Arumi menyusul mereka di dapur, setelah mencomot pisang goreng Angga duduk di sebuah kursi sambil tetap mengajak adiknya.     "Tumben bu... mau ada acara apa dirumah?" tanya Angga.     "Malam nanti akan ada acara pembacaan shlawat Diba'i dirumah." jawab ibunya.     "Ohhh..."jawab Angga.     "Oh... iya ngomong-ngomong Emma rumahnya mana?" tanya ibu Angga.     "Malang bu... Arema." jawab Emma.     "Ooo... Arema, ibu ngefans lo sama Alfarizie." jawab ibunya.     "Wahhh yang bener bu, berarti kita sama ya." ucap Emma.     "Nanti malam ikut Diba'an sama ibu ya." pinta ibu Angga.     "Iya bu..." jawab Emma, dia memang sudah lama sekali semenjak dia bekerja, tak lagi ikut membaca sholat Diba'i di rumah. ---     Malam ini udara dingin begitu menusuk tulang. Emma masih harus merangkapi gamisnya dengan hoodie cotton candy kesayangannya. Setelah membantu ibu Angga untuk menghidangkan jajanan juga teh hangat, ia ikut duduk di antara para ibu-ibu yang sudah hadir malam ini.     "Bu Nisa... ini calon menantunya ya?" tanya seorang jamaah. Ibu Emma menghentikan aktivitasnya membuka buku diba untuk memandang kearah Emma.     "Inshaallah bu..." jawab Emma sambil tersenyum menjawab pertanyaan ibu tadi. Sementara ibu Angga cukup bahagia atas jawab Emma, dia mengusap kepala Emma berulangkali.     "Doain ya ibu-ibu gadis sebaik nak Emma berjodoh dengan Angga." kata ibu Angga kemudian.     "Amiinnn..." ucap mereka kemudian.     Sementara itu Angga cukup puas mengintip Emma dari luang kunci kamarnya setelah menidurkan adiknya. Dia tersenyum senang mendengar jawab Emma tadi, walaupun dia tidak yakin Inshaallah yang dijawab Emma tadi cenderung ke arah iya atau tidak.     Tiba giliran Emma untuk bersholawat, dia meraih microphone juga meminjam buku ibu Angga,kemudian suara lembut nan merdu mengalun dari bibir mungilnya. وَاسْـــــــــكِنَّا جِـــــــنَانَكْ - يَارَبِّ أَجِــرْنَا مِنْ عَــــــــــذَابِكْ يَارَبِّ وَارْزُقْنَـــــــــا الشَّــــــهَادَةْ - يَارَبِّ حِطْـــــــنَا بِالسَّعَـــــــــادَةْ يَارَبِّ وَاصْــــلِحْ كُلَّ مُصْـــــــلِحْ - يَارَبِّ وَاكْــــــــــفِ كُلَّ مُـــؤْذِيْ يَارَبِّ نَخْــــــــتِمْ بِالْمُشَـــــــــــفَّعْ - يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْـــــــــهِ وَسَــــــلِّمْ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا     Angga tertegun dengan pandangannya. Hatinya bergetar mendengarkan lantunan sholawat yang dibaca oleh Emma. Fix harus diperjuangkan nih... bukan cuma Angga namun juga ibu-ibu jamaah. Karena di kamoung Angga jarang sekali anak muda yang beredia mengikuti acara ibu-ibu seperti ini. عَلَيْكَ - يَارَسُوْلَ سَـــــــــلَامٌ عَلَيْــــــــكَ يَاحَبِيْبْ سٰـــــــــلَامٌ عَلَيْـــــــكَ - صَـــــــــلَوٰاتُ اللهِ عَلَيْـــــــــــكَ اَشْرَقَ الْبَــــدْرُ عَـلَيْــــــــــــــــــنَا - فَاخْتَــــفَــــتْ مِنْـــــــــــهُ الْبُــــدُوْرُ مِثْلَ حُسْنِــــــــكْ مَا رَاَيْــــــــنَا - قَــــطُّ يَاوَجْــــهَ السُّـــــــــــــرُوْرِ اَنْتَ شَمْـــــــــسٌ اَنْتَ بَــــــــدْرٌ - اَنْتَ نُـــــــــــوْرٌ فَــــــوْقَ نُــــوْرٍ اَنْتَ اِكْسِـــــــيْرٌ وَغَــالِــــــــــــي - اَنْتَ مِصْبَـــــــــاحُ الصُّـــــــدُوْرِ يَاحَبِيْبِـــــــــيْ يَامُـــــــــــــــحَمَّدُ - يَاعَرُوْسَ الْخَـــــــــافِقَ ــــــــــــيْنِ يَامُؤَيَّدْ يَامُمَجَّ ــــــــــــــــــــــــــدُ - يَاإِمَامَ الْقِبْلَتَ ــــــــــــــــــــــــــــيْ نِ مَنْ رَاٰى وَجْهَــــــــكَ يَسْعَــــــدُ - يَاكَـــــــــــــرِيْمَ الْــــــــــــــوَالِدَيْنِ حَوْضُكَ الصَّــــــافِى الْمُبَــــــــرَّدُ     Bahkan ibu-ibu sering memutar mic sampai ke tempat lagi, hanya untuk menengarkan suaranya sampai akhir.      Usai acara, ibu Angga mempersiapkan sebuah kamar kosong untuk Emma, Emma bisa beristirahat dengan nyaman dengan suasana yang tenang, di musholla masih terdengar khataman Qur'an, namun matanya sudah tidak mampu lagi terjaga untuk waktu yang lama.      Keesokan harinya usai membantu ibu Angga di dapur semampu yang bisa dia lakukan, Angga mengajaknya pergi kesuatu tempat, dia izini ke ibunya untuk mengajak Emma jalan-jalan padahal mereka menuju toko elektronik untuk membeli cooller baru.       Sampai di toko yang dituju, Emma mulai bertanya dan membandingkan harga, merek, spesifikasi dan lainnya.        "Mas pingin yang mana, ini tiga juta seratus, ini dua juta  tujuh ratus, yang itu dua juta tiga ratus." tunjuk Emma pada beberapa produk yang ada di depannya.        "Yang mana ya terserah kamu aja deh Emm..." jawab Angga.        "Wahhh pengantin baru ya, iya nggak papa nyicil perkakas rumah tangga, ngomong-ngomong, udah punya warung kok beli showcase segala, jarang loh pasangan muda yang udah mau nikah dini apalagi berencana buka usaha." ucap si Koko-koko penjual di toko elektronik itu.        Emma hanya nyengir sambil menggaruk telinganya yang tidak gatal. Sedangkan Angga meng-iyakan pendapat penjual tadi.        "Aminin aja... Siapa tau alam mendukung." ucap Angga dalam hati.        "Yang Ani aja ya mas, fungsinya sama cuma beda harga doang, voltase nya juga lebih rendah yang ini " usul Emma.         "Iya udah nggak papa ini aja." jawab Angga.         Setelah mengumpulkan uang buat patungan mereka pun akhirnya mendapatkan showcase itu.         "Akan dikirim sekarang juga mas, mumpungvsopir lagi pada nganggur." ucap Koko, setelah menerima uang pembayaran.        "Iya Ko... Makasih. Alamatnya sudah bener disitu kok, atas nama Angga Respati." jelas Nagga.        "Iya mas okkkee siap jalan."         "Baiklah.. kami tinggal sebentar ya, dirumah ada ibu saya yang akan menerima pengiriman." ucap Angga.        "Iya selamat jalan dan bersenang-senang." ucap Koko.             "Kita mau kemana?" tanya Emma.         "Mau ngajakin kamu pacaran keliling kota." ucap Angga.         "Hahahaha bisa aja mas... Emang ada tempat yang recommend mas?" tanya Emma.         "Ada dong... Kamu udah pernah ke BJBR belum?" tanya Angga.          "Belummm... Pingin kesana." jawab Emma dengan manja.          "Okkee sayang kita berangkat." kata Angga mulai naik keatas motor.          "Pura-pura aja kamu pacar aku sehari ini..." ralatnya.           "Hehehehe iya mas.."            Bee Jay Bakau Resort adalah salah satu objek wisata unggulan yang ada di Probolinggo. Setiap akhir pekan, banyak masyarakat ataupun wisatawan dari luar kota yang menghabiskan waktunya di Bee Jay Bakau Resort.          Wisata ini memang cocok sekali untuk dijadikan sebagai tempat rekreasi baik sendiri, berdua bersama pasangan ataupun ramai-ramai bareng keluarga. Hal itu dikarena tiket masuk ke kawasan BJBR sangatlah murah yakni 20ribu saat hari biasa dan 40ribu pada waktu akhir pekan.                  Enggak sampai satu jam mereka sudah sampai disana. Emma langsung histeris menutup mulutnya.         "Ehmmmm cantik banget." Matanya memindai kesekitar ada slot foto di pasir putih, jembatan deena, icon Mark BJBR, gembok cinta dan lainnya.          Setelah seharian puas bermain-main dan semakin siang semakin terik udara disini, mereka memutuskan untuk mencari minum di kafe tenda.          "Emma... kamu nggak mau nulis di gembok cinta?" tanya Angga.          "Mau nulis nama siapa mas..." ucap Emma tersenyum sambil mengaduk minumannya.          "Yaudah nanti temenin aku kesana ya." pinta Angga.          "Siaapp mas.." jawab Emma.           Usai menghabiskan makan dan minumnya mereka berdua menuju gembok cinta, setelah selebihnya membeli sebuah gembok dan juga bolpoin, akhirnya Angga menuliskan nama mereka berdua disana.          Angga agak menyembunyikan tulisan itu dari Emma, lalu memasangnya dengan cepat Emma yang jiwa kepo nya mulai bangkit, berusaha melongok kearah gembok Angga. Ia menutup tulisannya dengan membalik mediannya.          "Aku kan kepo..." gerutu Emma.          "Dahhh ayo..." ucap Angga, karena melihat Emma keukeuh ingin melihat gembok itu, Angga buru-buru mencegahnya dengan mengecup bibir Emma. Dia tidak mau Emma memintanya menghapus tulisan itu saat tau dia menuliskan nama Angga Respati love Emma Salsabila. Emma yang mendapat ciuman kecil barusan langsung freeze ditempatnya. Dasar si bad boy kambuhan, dia justru mengulanginya dengan durasi agak lama, kemudian melepaskannya. Emma terlihat salah tingkah kemudian mengulum bibirnya.         Dia yakin hanya Angga yang berani meninggalkan jejak nya disana, mungkin juga Rio tapi itu karena paksaan.         
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN