Dari jauh Angga sempat memperhatikan sosok gadis yang menatapnya ragu-ragu sambil meremas sesuatu dalam genggamannya. Tatapan mata mereka sempat bertemu sesaat sebelum gadis itu melewatinya begitu saja.
"Dia kan cewek yang dulu kejebak kebakaran sama Emma, iya dia Mika... Ada apa? Sepertinya ada yang gak beres." Batin Angga.
"Tunggu... Kalau itu tentang Emma gimana?" Lanjutnya, dia lantas menekan tombol merah untuk mengangkat blocking nya.
"Bay... Gantiin bentar, aku mau ke toilet." Ucap Angga pada Bayu.
"Okkee tinggal aja..." Sahut Bayu dari tempatnya.
Angga buru-buru keluar. Dia menunggu di depan gerbang gedung nya, sampai Mika kembali. Tidak lama kemudian Mika kembali dengan membawa kantong kresek berwarna hitam berisi seragam putih.
"Mika..." Panggil Angga.
Mika yang merasa dipanggil namanya segera menghentikan langkahnya kemudian terlihat memikirkan sesuatu.
"Kamu mau ngomong sesuatu sama aku?" Tanya Angga.
"Eng... Itu mas, anu..." Ucap Mika ketakutan, wajar siapa saja yang tidak mengenal Angga pasti merasa diinterupsi dengan tatapan Angga.
"Udah ngomong aja..." Lanjut Angga, sedikit mengurangi ketinggian nada bicaranya.
"Ini... Seragam mbak Emma, aku baru aja disuruh beli di koperasi." Mika memulai ceritanya..
"Seragam? Memang seragam Emma kenapa?" Tanya Angga, akhirnya benar dugaannya Mika ingin mengatakan sesuatu padanya tentang Emma.
"Mas... " Bisik Mika.
Angga merundukkan kepalanya mengikuti suara Mika yang tiba-tiba seperti lenyap gitu aja.
"Udah ngomong aja, terjadi sesuatu sama Emma?" Angga mencoba menuntun Mika untuk mengawali menjawab pertanyaannya.
"I... Itu, di seragam mbak Emma, ada noda kotor berbentuk tangan di d**a nya. M..maksud Mika mas Angga ngerti kan?" Tanya Mika.
Angga benar-benar kaget, jawaban yang sangat jauh dari ekspektasinya. Kakinya serasa lunglai. Bagaimana mungkin gadis yang dia cintai mendapat pelecehan sedemikian rupa.
"Sekarang dia ada dimana?" Tanya Angga.
"Di toilet nomor 18 mas." Jawab Mika.
"Kita kesana sekarang." Ucap Angga, setelah sesaat memastikan GL nya tidak menyadari kepergiannya, dia mengikuti Mika berjalan dengan langkah cepat-cepat menuju toilet yang dimaksud.
Angga beridiri di depan pintu toilet nomor 17, lalu mendekatkan jari telunjuk di bibirnya.
"Sssttt..." ucap Angga, yang kemudian disambut anggukan kepala oleh Mika.
"Mbak Emm... buka pintunya." ucap Mika.
Sesaat kemudian pintu terbuka dan Mika menyerahkan bungkusan tadi, Emma sangat berterimakahi karena Mikamau membantunya ditengah pekerjaanya.
"Ya udah mbak, Mika kembali kerja lagi ya, nanti di cariin, mbak Emma habis ini langsung balik ke line kan?" tanya Mika.
"Iya Mika..habis ini ku pulang kok, kamu beneran jangan cerita siapa-siapa ya." pinta Emma.
"Siapp mbak, ya udah aku tinggal ya.." pamit Mika sekali lagi.
"Okkay.." sahut Emma, kemudian menutup pintu lalu bergegas mengganti seragamnya, dia memasukkan seragam kotor tadi kedalam kresek hitam itu lalu membuangnya ke tempat sampah. Setelah merapikan dirinya untuk terakhir kali, Emma membuka pintu kemudian melangkahkan kaki nya keluar.
Alangkah terkejutnya Emma, ketika melihat Angga sudah berdiri dengan tangan terlipat di depan d**a menantinya di luar. Emma tersenyum menganggukkan kepala, lalu meneruskan langkahnya meninggalkan kamar mandi.
Angga meraih lengan Emma untuk menahannya. Emma yang sudah mengira Angga pasti menantinya di depan pintu untuk sesuatu, berbalik sambil meringis menahan sakit karena cengkeraman Angga dilengannya.
Melihat wajah Emma yang menahan sakit, Angga melepaskan tangannya lalu melangkah untuk mempersempit jarak mereka.
"Katakan siapa yang udah kurang ajar sama kamu!" ucap Angga.
"Emma..." ulangnya karena Emma tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Mas... Itu..." ucap Emma yang justru ketakutan, dia tau Angga marah karena ada cowok yang melecehkannya, kalaupun dia jawab siapa yang melakukannya, pasti Angga tidak akan memberi ampun pada Kiki.
"Ha... Hanya kecelakaan, Mika bilang sama kamu?" Lanjutnya kemudian.
"Kecelakaan?" Angga meninggikan suaranya, dia masuk kebilik dan mencari seragam kotor Emma, Angga mengeluarkan dan memastikan bekas noda itu. Dia membawa seragam itu dan membukannya di depan Emma.
"Ini kamu bilang kecelakaan?" Tanya Angga.
"Mas... Itu.. itu..." jawab Emma terputus-putus.
Angga berusaha mengendalikan dirinya, dia tau dia marah, tapi bukan pada orang yang tepat karena Emma hanyalah korban.
"Masuklah ke line kamu." ucap Angga melunak.
Emma mendongak melihat wajah Angga, wajah ganteng itu masih memperhatikannya dengan menggenggam seragam miliknya, namun ada senyum penuh kelembutan di bibirnya.
Rasa ketakutan belum berkurang sedikitpun, namun dia memilih menuruti perkataan Angga. Dia melipir perlahan, lalu meninggalkan tempat itu. Sesekali dia menoleh, Angga masih memantaunya dari jauh.
Sampai di line Emma duduk di bangku kosong di sebelah Mika. Dia mengambil upper dan menata Accesories seperti yang dilakukan Mika.
"Mika..." panggil Emma lirih.
"I... Iya mbak, aku nggak bilang ke mas Angga kok mbak, apakah dia marah-marah? Tadi aku habis dari koperasi dia udah nunggu aku di depan gerbang gedungnya, terus nanyain aku, ya udah mbak aku jawab aja pertanyaannya." bisik Mika.
"Aku nggak berani lihat muka dia yang kaya gitu mbak." tambahnya.
Emma terlihat menghembuskan nafas berat. Dia menghentikan aktifitas nya.
"Dia marah banget tadi aku juga Sampek ketakutan Mika..." ucap Emma.
"Kalau mas Angga tau siapa yang ngelakuin itu ke mbak Emma pasti bakalan dihabisin to cowok." ujar Mika.
Emma menajamkan matanya melihat Mika. Benar sekali, dia tidak terpikir sampai kesana. Tapi untung saja, dia tidak sempat memberitahu tentang Kiki.
"Perasaanku nggak enak Mika..." ucap Emma.
"Udah positif thinking aja mbak." bisik Mika.
Mika berusaha menepis segala perasaan yang menganggu. Sementara itu Angga masih beridir di tempatnya. Dia tau darimana noda cat itu berasal, siapa lagi kalau bukan anak TSD, dan TSD cairan cuma ada Kiki doang manpower cowok. Dia meremas seragam Emma kemudian berjalan menuju TSD.
Dia melihat Kiki baru saja meletakkan seragam putihnya yang kotor oleh noda cat, kemudian memakai seragam kusus TSD. Angga yang sudah sedari tadi menahan amarahnya, seketika masuk mencengkeram kerah seragam Kiki, kemudian melayangkan pukulan tepat di rahang Kiki.
"Wooiii apa-apaan nih?" seru Kiki, ketika dirinya terjerembab diatas tumpukan bag produk.
"Kamu yang apa-apaan." bentak Angga dia terus melangkah maju, menendang lutut Kiki.
"Apa yang udah kamu lakuin ke calon istri ku." ucap Angga sambil menunjukkan seragam kotor Emma.
Kiki langsung bangkit, dia mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Memindai Angga kemudian berdecih.
"Jangan ngaku-ngaku, kamuuu nggak layak buat dia..." ucap Kiki sambil telunjuknya mengarah tepat di depan hidungnya. Kiki tau siapa Angga, segala kebusukan dan kebobrokan dia.
"Kamu pikir... Setelah melecehkannya kamu lebih pantas buat dia daripada aku?" Angga menurunkan telunjukku Kiki.
"Halahh jangan sok suci di depan Emma, tunggu aja sampai semua kebusukan kamu terbongkar." Balas Kiki melayangkan bogem mentah pada Angga.
"Seengakknya aku nggak pernah mengusik Emma." Angga tidak tinggal diam, dan mereka terlibat baku hantam cukup lama, sampai keduanya babak belur,lebam dan berdarah-darah, Ruang TSD berantakan.
April yang kembali dari mengambil sample box dari RnD, langsung histeris melihat kedua orang yang sedang adu pukul itu.
"Beehhh kalian berdua apa-paan sih, disini kerja bukan buat adu kekuatan." Teriak April.
"Kalian berdua berenti atau aku pangil security." Lanjutnya.
Mereka yang sudah bermandikan peluh dan lebam dimana-mana akhirnya menjatuhkan diri di lantai. Sedetik kemudian Angga berdiri lalu menendang Kiki untuk yang terakhir kalinya.
Kiki yang kalah telak hanya mengacungkan jari tengahnya, kemudian telungkup di lantai. Angga meninggalkan TSD dan kembali di mesinnya.
"Hehhh... Tuh muka kenapa?" Tanya Bayu begitu melihat Angga kembali dengan babak belur.
"Udah jangan tanya." sahut Angga.
"Ehhh mending kamu ke klinik deh, itu muka udah bocor dimana-mana." Kata Bayu.
"Pakk.. pak sini deh..." Panggil Bayu pada GL nya.
"Apaan Bay?" Tanya GL nya.
"Si Angga kasih Dispen tuh buat ke klinik mukanya ancur." Jawab Bayu.
GL Angga melongok melihat kearah Angga yang berusaha menutupi kondisi wajahnya dari orang lain.
"Kamu habis berantem?" Tanya GL Angga dengan berang.
"Kamu tau kalau bikin onar di pabrik sangsinya apa?" Lanjutnya.
"Iya pak..." Jawab Angga.
"Berantem sama siapa kamu, udah ayo ikut saya ke HRD." Ucap GL nya.
Angga yang tidak menyukai keruwetan hanya mengikuti saja dibelakang GL nya bersamaan dengan itu keluar dari TSD Kiki dengan GL nya.
"Kalian yang gebuk-gebuk an tadi, kaya anak kecil." ucap GL Kiki sambil menoyor kepala Kiki.
Sementara mereka berdua hanya saling melempar tatapan mengintimidasi.
"Jelaskan semuanya di kantor." Ucap GL Angga sambil mendorong punggung Angga.
Sesaat setelah mereka masuk keruangan, semua mata tertuju pada mereka. Seorang staff mempersilakan mereka masuk lalu memanggil atasannya. GL Kiki menjelaskan peristiwa yang terjadi di departemennya.
"Benar begitu Ngga? Kamu tiba-tiba masuk dan menyerangnya?" Tanya GL Angga.
"Saya terlalu sibuk mengurusi hal-hal yang bukan menjadi urusan saya, tapi si b*****t ini sudah memancing emosi saya, dia melakukan pelecehan seksual pada calon istri saya." Tunjuk Angga pada Kiki, yang diam membisu.
Mereka semua terbelalak, lalu melemparkan pandangan pada Kiki. Angga menunjukkan seragam kotor Emma sebagai bukti perlakuan Kiki pada Emma. Kiki semakin tak punya keberanian membalas pandangan mereka.
"Transfer Stitching itu?" Tanya GL Angga, Kiki mengerutkan dahinya.
"Jadi benar, dia itu calon suami Emma?" Batin Kiki.
"Panggil gadis itu sebagai saksi..." Ucap staff yang berdiri diambang pintu masuk
"Jangan..." Tolak Angga.
"Dia sudah cukup syok dan malu karena pelecehan yang dia alami, kalian masih tega memanggilnya kesini hanya untuk memuaskan rasa penasaran kalian terhadap sosok yang mendapatkan pelecehan dari si b*****t ini kan, saya nggak mengizinkan kalian memanggil calon istri saya kemari." Kata Angga.
"Ya udah sangsi buat kamu, akan dirumahkan selama 7 hari terhitung dari sekarang karena bertindak asusila di lingkungan pabrik. Untuk kamu Angga, hari ini kamu juga mendapat sangsi, setelah mengobati luka kalian di klinik, pulanglah, kamu off hari ini karena bertindak onar juga." Jelas pimpinan HRD.
Angga berdiri dan meninggalkan ruangan itu, tanpa menuju klinik untuk mengobati luka nya, Angga langsung scan pulang. Sementara Kiki masih mendapatkan ceramah dari GL nya. GL Angga kembali ke departemennya dengan masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Si Angga kenapa pak?" Tanya Bayu begitu melihat GL nya kembali dari HRD tanpa Angga.
"Jadi Angga cuma ngebela anak transfer Stitching siapa itu namanya yang sering ke prepare, yang imut-imut cantik pakek jilbab, ituuu yang suka barengan sama Seah." Ucap GL Angga.
"Emma... Transfer A3 kan?" Bayu balik bertanya.
"Iya kali.. aku juga nggak tau, dia kan calon istrinya Angga, lahhh nggak tau gimana ceritanya dia itu dilecehkan sama anak TSD, ya marah lah Angga, dia berantem sama tu anak Sampek babak belur gitu."
"Angga kalau marah nyeremin dia, TSD udah gak karu-karuan bentuknya kata pak Ridwan tadi." Lanjut GL Angga, sementara Bayi hanya manggut-manggut sudah paham betul karakter Angga.
"Ya lagian pak.. siapa yang gak marah kalau calon istrinya dilecehkan orang." Timpal Angga.
"Iya, si anak TSD itu juga keterlaluan sih, nggak bisa lihat cewek bening dikit napsu kemana-mana." Kata GL.
"Terus anak itu gak minta maaf ke Angga?" Tanya Bayu.
"Si songong itu... Nggak diem aja dia." Jawab gl nya.
"Tapi aku salut sih sama si Angga, dia tuh nggak ngizinin calon istrinya di panggil buat dijadiin saksi di sidang tadi, ya dia melindungi privasi calon istri dong, dia juga nggak mau calon istrinya di jadiin bahan ghibah se-pabrik." Lanjutnya.
"Masa sih? Jadi Angga nggak mau Emma di panggil ke HRD?" Ulang Bayu.
"Iya kamu jangan ember loohhh..." GL nya mewanti-wanti Bayu agar menjaga rahasia Angga.
"Siappp pakk..." Sahut Bayu.
Sementara itu ketika jam istirahat tiba, Emma yang terus kepikiran dengan Angga, tanpa malu-malu langsung mendatangi Skiving untuk menuntaskan tanda tanya yang menggantung sedari tadi. Namun dia sama sekali tak menemukan sosok Angga di manapun. Padahal bel istirahat baru aja bunyi, biasanya Angga masih membereskan mesinnya baru keluar untuk makan.
Dia melihat hanya Bayu yang menggantikan posisi Angga, di dekatnya ada GL yang waktu itu sudah pernah menyapanya. Emma memberanikan diri untuk menanyakan keberadaan Angga.
"Mmmmmm... Pak mas Angga kemana ya?" Tanya Emma.
"Loohh dia nggak ngabarin kamu?" GL botak itu balik bertanya.
"Ngabarin apa ya pak?" Emma membuat pertanyaannya lebih spesifik.
"Dia kan dipulangkan habis hajar orang, udah nggak papa aku maklumi kok, suami kamu orang yang gentle." Jawab Gl Angga.
"Habis hajar orang?" Tandas Emma.
"Iya.. tapi kamu jangan marah, dia cuma ngebelain kamu kok, dan lagi dia sendiri juga babak belur." Tambah Bayu.
Emma membisu, tenggorokan nya tercekat, Mika benar, Angga bakalan ngejahar Kiki tapa ampun. Dan setelah kepergiannya ke Skiving tadi, dia lalui sisa kerjaannya dengan semangat yang entah kemana. Begitu bel pulang berbunyi panjang, dia langsung bergegas berdiri dan pamit ke Azizah.
"Tumben buru-buru?" Tanya Azizah.
"Iyaa Mak.. aduh aku ada urusan yang harus segera aku selesaikan."
Emma berjalan cepat-cepat untuk scan kemudian membeli nasi bungkus juga minuman, dia yakin Angga belum makan. Dia melirik jam tangannya, masih 5 menit lewat dari jam 7 malam. It's okay nggak melanggar jam malam.
Dia bahkan naik ojek agar bisa dengan cepat sampai di kos Angga. Sampai di kos Angga dia naik kelantai dua, dari ujung dia melihat kamar Angga gelap, lampunya bahkan belum nyala. Emma mengetuk pelan, namun tak ada sahutan, dia memutar handle pintu ternyata tidak terkunci dia melongok kedalam, tangannya menggapai saklar yang ada di dekat pintu, saat lampu menyala dilihatnya Angga tengah terlelap dengan wajah yang lebam dimana-mana, bengkak bahkan berdarah yang mulai mengering.Emma melepas sepatunya kemudian masuk kedalam setelah menutup pintu.
Emma menyentuh pundak Angga perlahan lalu mengguncangnya. Seharian tidur pasti karena rasa sakit di badannya, dan lagi dia belum makan.
"Mas.. mas Angga bangun." Ucap Emma.
Setelah berkali-kali mencoba akhirnya Angga membuka mata, dia agak terkejut melihat Emma dilamarnya, dia melihat kearah pintu, sudah tertutup, lalu meletakkan kembali kepalanya diatas bantal.
"Kok kamu kesini?" Tanya Angga.
"Sini biar aku obatin luka kamu mas..." Ucap Emma mengeluarkan kantong plastik dari balik saku celananya ya yang berisik obat luka dan plester elastis, yang sempat dia beli tadi setelah membeli nasi bungkus.
"Aku juga bawain kamu makan mas, kamu pasti belum makan seharian.." lanjut Emma.
"Makasihh calon istriku..." Ucap Angga seraya bangkit dari tidurnya.