Insiden Hari Pertama Kerja

5000 Kata
       Acara liburan di Jogja selama satu Minggu telah berakhir, dan Senin pekan ini Emma mulai masuk kerja lagi, dia kembali mengikuti prosedur penerimaan karyawan baru. Karena sudah di minta langsung oleh bu Isna selaku supervisor Stitching, maka setelah mengikuti medical check dia langsung mengambil id card baru di ruang EDP, kemudian masuk keruangan. Sampai di dalam, line nya tengah briefing, dia bergabung di barisan paling belakang. "Alhamdulillah kamu udah masuk hari ini Em... Seneng banget rasanya, kupikir kamu nggak mau balik lagi loh." kata Azizah. "Sini mbak Emma." Mika menarik lengan Emma untuk maju kedepan, kemudian memeluknya, dia bahagia sekali karena selama ini Mika merasa tidak sanggup menjalankan jobdesc nya. "Dia pikir pabrik milik kakeknya keluar masuk seenaknya." kata Rere. "Ya dia masuk emang karena aku yang minta, karena aku butuh dia, kalau kamu yang keluar belum tentu loh aku panggil kamu lagi." sahut Azizah karena kesal dengan Rere yang selalu ketus pada Emma. "Nah looo... Ngomong nggak difilter dulu sih, main njeplak aja." kata Ulfa. "Hai Re... Selamat ya kamu ketemu aku lagi." kata Emma menambah Rere semakin dongkol. "Siipppp..." bisik Ulfa. "Semenjak jadi istrinya mas Angga, mbak Emma sekarang pinter speak up." kata Mika masih bergelayutan di lengan Emma.       Emma membalas dengan senyuman. Usai briefing mereka kembali kedalam line dan duduk di tempat masing-masing. Kini Emma ada teman seperjuangannya yaitu Mika. "Mbak Emma... Aku cari conform dan visual artikel 4402 ini dulu ya kalau Mak nyariin." pamit Mika. "Iya Mik..." ucap Emma sambil terus mencatat output kedalam buku.       Hari pertama kerja sepertinya berjalan dengan lancar, tak ada halangan yang berarti. Hingga jam istirahat berakhir. "Ayo mbak Emm..." ajak Mika. "Iya Mik... Tunggu in dikit lagi nih, tanggung ..." ucap Emma. "Halahhh udah itu nanti lagi, pabrik nggak nanggung loh kalau perut kita kelaparan." Mika menutup paksa buku laporan harian itu lalu menarik tangan Emma. "Iya iya iya .." ucap Emma.       Mereka berdua lantas jalan beriringan menuju kantin di lantai atas. "Eeehh hai Emm... Apa kabar kamu?" sapa Adrian yang jalan mensejajari langkah mereka. "Oh... Baik pak." jawab Emma. "Seneng lihat kamu kerja lagi." lanjut Adrian. "Soalnya Mak Jijah maksa-maksa terus." jawab Emma. "Maaf ya atas insiden terakhir kali, mungkin bikin kamu salah paham." ucap Adrian. "Hmmm..." ucap Emma. "Eng... Yaudah aku duluan ya." pamit Adrian kemudian dengan raut wajah sedikit salah tingkah. "Iya." sahut Emma. "Emang mbak... Insiden apa yang terakhir kali terjadi antara mbak Emma sama pak Adrian?" tanya Mika. "Hufft... Aku cerita ke kamu, tapi kamu jangan cerita ke siapa-siapa ya Mik." pinta Emma. "Siappp mbak... Janji." ucap Mika. "Iyaah kamu tau kan kalau pak Adrian suka sama aku?" tanya Emma. "Iya tau .. semua orang juga tau di line mbak." jawab Mika. "Terakhir kali aku mau resign kan nggak di izinkan sama dia, malah di pindahin ke ruangan dia buat jadi staf nya kan, nah waktu itu aku lagi hamil, entah kenapa dia ngasih aku minuman, dan pulang kerja aku pendarahan hebat yang akhirnya bikin aku keguguran, bikin aku kehilangan calon bayi yang masih belum bernyawa Mika..." Emma mengulang cerita kejadian itu dengan mata berkaca-kaca. "Oalahhhh dibalik kejadian mbak Emma keguguran waktu itu ya? Mashaallah kejam banget tuh orang, obsesi banget pingin dapetin kamu mbak." ucap Mika. "Nah itu dia, makanya kamu harus hati-hati kerja disini, banyak buaya soalnya, aku udah berapa kali jadi korban mereka." tutur Emma. "Mbak Emma yang sabar ya mbak aku yakin mereka semua yang jahat sama mbak Emma bakalan kena ganjaran, aku jadi takut kenal sama cowok gara-gara pengalaman mbak Emma di sini." ungkap Mika. "Udah jangan parno, masih banyak kok yang baik-baik, kamu tau kan ada yang kaya mas Angga, ada yang kaya Aji, mereka berdua baik kok." kata Emma. "Iya kalau itu pengecualian mbak, entah aku masih dapat yang kaya mereka apa nggak ya?" tanya Mika pada dirinya sendiri. "Positif thingking aja, kamu anak baik Mika, pasti dapat orang baik pula." kata Emma. "Tapi takutnya orang baik selalu dijahatin kaya mbak Emma." lanjut Mika. "Hehehehe ya enggaklah, makanya aku share pengalaman aku biar kamu nggak sampe ngalamain apa yang aku alami sayang." kata Emma. "Ehmmmmm makasiiiihhh mbak." ucap Mika.         Tak terasa mereka telah tiba dilantai atas, entah apa yang terjadi namun sepertinya telah terjadi keributan antara dua pihak katering yang selalu di order oleh perusahaan. Mika dan Emma yabg tidak tau apa-apa, hanya melongo, beberapa staff berusaha melerai pertikaian mereka. Namun hasilnya nihil.        Dan tiba-tiba saja salah seorang dari pihak katering Biru, menarik lengan Emma dari kerumunan orang, menyeretnya ketengah dengan menodongkan sebuah gunting keleher Emma. Semua orang berteriak histeris.       Melihat itu Angga yang juga ada di sana langsung merangsek maju, namun Emma mengisyaratkan untuk tetap tenang dan diam, agar penyandera tidak tambah marah. "Kembalikan orderan kami seperti semula atau gadis ini anak mati!" kata petugas katering. "Hehhh perusahann nggak akan order di tempat kalian lagi kalau kalian masih nyuci wadah katering di air menggenang, itu kotor." sambut katering merah. "Iyaaa tau tuh udah salah pake ngancem-ngancem segala bukannya minta maaf dan memperbaiki kesalahan." kata petugas katering merah lainnya.        Si pria katering Biru semakin tersulut emosi, dia melayangkan gunting dan bersiap menikam Emma, tiba-tiba Adrian muncul dan menghentikan tangan itu. "Saya yang mewakili perusahaan, baik kami akan mengembalikan order seperti semula asalkan pihak katering anda memperbaiki kesalahan. Dan bisa membuktikan kepada kami bahwa katering kalian sudah menjadi lebih bersih." kata Adrian sambil merebut gunting dari tangan petugas katering biru dan melepaskan Emma dari cengkeraman laki-laki itu.      Emma langsung berlari menjauh menuju tempatnya semula bersama Mika. "Ya Allah mbak Emma, aku takut banget, kamu nggak papa kan?" tanya Mika. "Nggak papa kok Mik." jawab Emma gemetaran.       Angga mendekat kemudian merangkul istrinya sambil mengusap kepalanya. "Aku takut banget mas." ucap Emma.       Angga berusaha menenangkan Emma yang tangannya masih terasa dingin. Belum habis rasa takutnya pria tadi kembali mendekati Emma. Emma langsung berlari kebalik punggung Angga, sementara tangannya masih memegang tangan Angga. "Maaf mbak jangan takut... Saya hanya minta maaf, maafkan saya mbak saya khilaf. Tidak bisa mengontrol emosi." ucap pria itu. Adrian berusaha menengkan karyawan lain yang berniat menyoraki pria itu, takut ngamuk lagi. "I.... Iya mas." ucap Emma. "Beneran mbak saya minta maaf dengan tulus." ucap pria itu. "I... Iya mas saya sudah memaafkan." ucap Emma. "Lain kali kalau sedang emosi jangan pernah bertindak membahayakan orang lain ya mas, membahayakan diri sendiri juga." pesan Angga. "Iya mas .. maaf saya khilaf." ucap Pria itu. "Iya kami maafkan mas... Lain kali jangan sampai terjadi hal seperti ini lagi ya, kasian yang lain." kata Angga. "Iya mas.." ucap Pria itu.      Akhirnya kerumunan itu bubar dengan sendirinya dan bersiap kembali untuk mencari tempat duduk dan makan. "Nih mbak Emm... Kamu minum dulu biar nggak syok." kata Mika. "Makasih mik..." ucap Emma, sambil mulai meneguk minuman itu. Mereka mulai membuka tray makanan yang tadi sudah diambil. "Wahhh mas aku mau itu..." ucap Emma manja. "Mau apa?" tanya Angga. "Itu..." tunjuk Emma pada udang yang ada di hadapan Angga. "Udang?" tanya Angga. "Iya..." jawab Emma. "Ini... Buat kamu semua, oh iya kamu suka semangka kan? Ini juga buat kamu." kata Angga sambil tersenyum membagikan makanannya pada sang istri. "Makasiihh..." ucap Emma. "Makan yang banyak, biar nggak gampang sakit." pesan Angga kemudian berniat menyuapi Emma. "Ehh mas malu..." ucap Emma. "Udah nggak papa sekali aja." kata Angga. "Lagian kenapa harus malu sih, kita bukan si alay yang lagi pacaran tau." kata Angga. "Ya tapi malu aja diliat orang." kata Emma kemudian menerima suapan dari Angga. "Hmmm aku yang gak punya pasangan aku diem." kata Mika. "Hehehehe..." ucap Emma. "Emang kamu nggak punya pacar Mik?" tanya Angga. "Boro-boro mas, denger cerita mbak Emma jadi takut kenal cowok. Kaya trauma aja." jawab Mika sambil mulutnya penuh makanan. "Dia takut mas, takut mengalami hal yang sama sepertiku." tambah Emma. "Aku kenalin ke temen ku Mik. Anak cutting dies." kata Angga. "Siapa mas?" tanya Emma. "Itu si Fadhil, kamu kenalkan?" tanya Angga. "Oh iya kenal-kenal. Baik kok Mik orangnya. Asalkan jangan sampai kamu tergoda oleh Rio anak gudang." kata Emma. "Ohh iya tau mbak, suka kesel juga sama dia, sering godain aku mbak padahal aku udah nggak respon." kata Mika. "Makanya kami buruan taken, biar gak ada yang gangguin lagi." usul Angga. Mereka mulai membuka tray makanan yang tadi sudah diambil. "Wahhh mas aku mau itu..." ucap Emma manja. "Mau apa?" tanya Angga. "Itu..." tunjuk Emma pada udang yang ada di hadapan Angga. "Udang?" tanya Angga. "Iya..." jawab Emma. "Ini... Buat kamu semua, oh iya kamu suka semangka kan? Ini juga buat kamu." kata Angga sambil tersenyum membagikan makanannya pada sang istri. "Makasiihh..." ucap Emma. "Makan yang banyak, biar nggak gampang sakit." pesan Angga kemudian berniat menyuapi Emma. "Ehh mas malu..." ucap Emma. "Udah nggak papa sekali aja." kata Angga. "Lagian kenapa harus malu sih, kita bukan si alay yang lagi pacaran tau." kata Angga. "Ya tapi malu aja diliat orang." kata Emma kemudian menerima suapan dari Angga. "Hmmm aku yang gak punya pasangan aku diem." kata Mika. "Hehehehe..." ucap Emma. "Emang kamu nggak punya pacar Mik?" tanya Angga. "Boro-boro mas, denger cerita mbak Emma jadi takut kenal cowok. Kaya trauma aja." jawab Mika sambil mulutnya penuh makanan. "Dia takut mas, takut mengalami hal yang sama sepertiku." tambah Emma. "Aku kenalin ke temen ku Mik. Anak cutting dies." kata Angga. "Siapa mas?" tanya Emma. "Itu si Fadhil, kamu kenalkan?" tanya Angga. "Oh iya kenal-kenal. Baik kok Mik orangnya. Asalkan jangan sampai kamu tergoda oleh Rio anak gudang." kata Emma. "Ohh iya tau mbak, suka kesel juga sama dia, sering godain aku mbak padahal aku udah nggak respon." kata Mika. "Makanya kami buruan taken, biar gak ada yang gangguin lagi." usul Angga. "Aduh mas ... Nyari jodoh gak semudah nyari padi di sawah mas, takutnya topeng mereka terlepas pas udah serius nikah." kata Mika. "Iya ikhtiar dulu... Ehhh siapa tau dapat jackpot." kata Angga. "Maksudnya Jackpot?" tanya Emma dan Mika bersamaan. "Ya kaya aku..., kaya aku yang b***t bisa dapat kamu yang baik-baik gini.". ucap Angga. "Nggak tau Mika .. no komen deh aku, dia selalu bilang bersyukur banget dapetin aku katanya aku begini begini." bisik Emma pada Mika yang ada disampingnya. "Ya emang bener ya mas ya... Yang dulu nggak bisa manjat, udah sesek napasnya, tapi maunya diselametin paling akhir siapa." kata Mika. "Kalian duluan aja aku bisa manjat kok." tambah Angga menirukan kalimat Emma kala itu. "Aa... udahlah kalian bikin aku malu aja." ucap Emma. "Heran juga sih kenapa mbak Rere sensi banget sama mbak Emma." kata Mika. "Daridulu kalau itu Mik, jaman dulu dia kan suka sama Rio, tapi Rio nggak nge notice dia, dan lebih suka deketin aku padahal aku kalau untuk lebih dari temen lebih dari sahabat nggak bisa, soalnya kita temenan udah dari jaman sekolah. Nah dari situ Rere mulai nggak suka sama aku, mungkin dia mikirnya dia yang suka sama Rio tapi kenapa Rio malah ngedekatin aku." terang Emma. "Sekarang gimana?" tanya Angga. "Gimana apanya?" Emma balik bertanya. "Rere ke kamu?" lanjut Angga. "Ya tetap gitu aja nggak tau padahal aku juga udah nikah." kata Emma. "Masa mbak Rere pernah suka sama mas Angga juga, pak Adrian juga dan mereka yang dia sukai tuh suka nya malah sama mbak Emma."kata Mika. "Iya .. Inez bilang ada anak Stitching namanya Rere pernah minta nomer wa ku sama dia, ya dikasih sama Inez, chat aku juga, tapi nggak pernah aku balas ya karena dia terlalu agresif masa ngerangkai kata ngetik panjang banget terus bilang suka, ya tambah aku nggak ngerespon, takut aja nanti ada yang salah paham." kata Angga. "Wooooww.. tuh kan mbak tebakanku benar." kata Mika. "Kok kamu nggak pernah cerita ke aku kalau Rere suka sama kamu mas?" tanya Emma. "Ya buat apa diceritain, sekarang kan aku sama kamu, jadi ceritanya yang tentang kita berdua bukan kamu dengan yang lain dan aku dengan yang lain." kata Angga. "Ya Allah... Tuhan, beri aku satu yang kaya mas Angga, sosok yang nggak pernah ngebanggain diri nya meskipun banyak disukai para cewek-cewek." kata Mika. "Jangan Mika... Aku nggak sepenuhnya kaya gitu, nanti kalau Tuhan kirim yang kaya aku bisa jadi kamu kecewa." kata Angga sambil menyendok kan nasi terakhirnya. "Ya tapi kurang lebih kaya gitu deh." kata Mika. "Oh iya .. mbak Mala transfer A1 yang cantik rambutnya panjang itu mantannya mas Angga ya?" tanya Mika tanpa rasa bersalah membahas mantan Angga di depan Mika. "Masa sih Mik... Wahhh mantan kamu cantik-cantik banget mas, btw Mik, darimana kamu tau?" tanya Emma. "Ehmmm maaf ya mbak aku nggak sengaja bahas mantan." ucap Mika. "Ya nggak papa kali Mik, santai aja lagi." kata Emma. "Pas aku barengan nge block, sama mbak Mala di mas Angga, kok mereka saling panggil Tan-tan gitu, aku kan super kepo, aku tanya ke mbak Mala, katanya dulu Eman mantan." kata Mika. "Oh gitu..." ucap Emma. "Mantan sayang, udah nggak usah dibahas lagi sekarang." kata Emma. "Bukannya aku dengar-dengar katanya Mala itu janda ya." kata Emma. "Iya mbak... Suaminya GL Assembly kan dulu katanya." ucap Mika. "Iya kalau nggak salah ya, pernah denger sih." kata Emma. "Yaudah aku duluan ya, kalian masih lama?" tanya Angga sambil meninggalkan mereka. "Kayanya mas Angga marah karena kita bahas mantan dia mbak."kata Mika. "Hufff..." Emma meletakkan sendok ya dan nafsu makannya hilang seketika. "Jadi aku nggak enak Mik, setiap jengkal di pabrik di kos-kosan selalu ada aja mantannya mas Angga, ya dia emang ganteng sih." keluh Emma sambil cemberut. "Maaf ya mbak, udahlah lagian juga itu masalalu mereka, udah jangan dipikirin mbak." kata Mika. Emma dan Mika kembali masuk ke line saat jam istirahat berakhir. Emma ke depan untuk mencatat output dari Quality Control ke papan Output dan merapikan hasil output mereka yang siap di ambil Rio untuk dibawa ke gudang.             Sementara Mika pergi ke TSD untuk mendapatkan campuran cat baru untuk artikel yang baru saja dia naikkan.       Saat sedang asyik emnghitung output Emma dikejutkan oleh anak cleansing nya, yabg berteriak sambil melempar upper yang terbakar. "Ya ampun Sis... Kamu apain upper itu." ucap Azizah tergopoh-gopoh memadamkan api. "Nggak tau Mak tadi pas aku bersihin pake SBP kaki ku nggak sengaja nginjak blower jadi kebakar." jawab Siska. "Tapi kamu nggak papa kan Sis?" tanya Emma. "Nggak papa Emm, tapi uppernya gosong, ya untung sebelah aja, tolong kamu cariin gantinya Emm.." ucap Siska. "Enak banget kamu minta-minta tolong, makanya kalau kerja itu fokus jangan kebanyakan nglamun." kata Azizah. "Udah Mak... Biar aku yang urus." ucap Emma sambil menepuk-nepuk bahu Siska, dia tahu jadi anak produksi tidak gampang, selain dikejar target mereka juga selaku disalahkan. "Makasih Emm..." ucap Sisak lirih. "Untung Emma ada, kalau Mika dia mana bisa cari kulit sendirian." kata Azizah yang masih kebakaran jenggot karena outputny baklaan terganggu. "Ada apa sih Jah..." tanya Bu Isna yang mendengar keributan. "Nggak buk...nggak papa kok, ini Siska biasa kalau hari Senin ngantuk, kebanyakan nginep sama pacarnya hahahaha." jawab Azizah sambil menyembunyikan upper yang terbakar tadi, walaupun keras dia tidak suka mengumpankan anak buahnya pada atasan, dia selalu melindungi anak-anak nya apapun yang terjadi.       Emma jalan ke gudang kulit untuk mencari kulit seruoa yang rusak, tidak mendapatkan banyak tapi cukup untuk menggantinya. Setelah meminta potongan kulit itu dari anak gudang, dia lantas membawanya ke prepare untuk di proses. Saat dia tengah asyik nunggu uppernya di pasang semiflex oleh Seah, di tempat lain terlihat Angga tengah nge block namun ada Mala di sana. "Se... Katanya mereka berdua mantan." kata Emma. "Mbak Mala sama Angga?" tanya Seah. "Iya ..." kata Emma. "Cieeee cemburu sama mantan nih ceritanya." ucap Seah. "Enggak kok... Siapa juga yang cemburu, tapi mereka bahas apa sih kayanya seru banget ketawa ketiwi si Mala." ucap Emma lirih. "Yaudah sana minta di block jn suami tercinta, udah selesai tuh." kata Seah, sambil menyerahkan lembaran kulit yang baru saja dia kerjakan. Dengan berhati-hati, dia jalan perlahan di belakang mereka radar kepo juga ada di benak Emma. "Yang mana sih tan?" tanya Mala. "Yang Villa tempat biasa kita sewa kamar dulu itu keselatan." jawab Angga. "Ohh disitu emang ada?" tanya Mala. "Ada kok banyak kamu tinggal milih mau yang mana." kata Angga. "Apa? Sewa kamar?" batin Emma, entah kenapa ada rasa sakit di hatinya.  "Nih udah semua..." kata Angga menyerahkan beberapa vamp yang sudha dia blok. "Okke makasih tan." ucap Mala. Mala pergi dari sana, dia agak kaget karena Emma ternyata ada dibelakang mereka.  "Emma.. kamu disini sayang?" tanya Angga yang juga baru menyadari ada Emma disana. "Iya minta toling ngeblock 1 aja mas." ucap Emma, sejak dulu juga selalu seperti itu kata-kata yang dia gunakan saat ngeblok ke Angga. "Kenapa nggak nyuruh Mika, nanti kamu ketemu Rio apa Adrian di sini." kata Angga. "Ya sayangnya aku nggak liat mereka mas, yang aku liat kamu sedang nostalgia sama mantan kamu." kata Emma mencoba tersenyum walaupun hatinya sakit. "Maaf sayang ya, tapi apa yang kami bahas cuma ada di masa lalu tidak sekarang. Beneran..." ,kata Angga. "Hmmm..." gumam Emma. Angga sudah selesai ngeblok vamp Emma. Namun dia menariknya saat Emma akan mengambilnya. "Mas sini in... Aku buru-buru." kata Emma. "Kamu marah?" tanya Angga. "Enggak siapa yang marah, mana mas sini in vamp ku." kata Emma. Angga lantas menyerahkan Vamp itu, Emma merebutnya kemudian berlaku begitu saja. "Hmmm kamu marah Emm... padahal aku sama Mala nggak ngapa-ngapain, dan yang kami bicarain cuma hal-hal masalalu." Emma dan Mika kembali masuk ke line saat jam istirahat berakhir. Emma ke depan untuk mencatat output dari Quality Control ke papan Output dan merapikan hasil output mereka yang siap di ambil Rio untuk dibawa ke gudang.             Sementara Mika pergi ke TSD untuk mendapatkan campuran cat baru untuk artikel yang baru saja dia naikkan.       Saat sedang asyik emnghitung output Emma dikejutkan oleh anak cleansing nya, yabg berteriak sambil melempar upper yang terbakar. "Ya ampun Sis... Kamu apain upper itu." ucap Azizah tergopoh-gopoh memadamkan api. "Nggak tau Mak tadi pas aku bersihin pake SBP kaki ku nggak sengaja nginjak blower jadi kebakar." jawab Siska. "Tapi kamu nggak papa kan Sis?" tanya Emma. "Nggak papa Emm, tapi uppernya gosong, ya untung sebelah aja, tolong kamu cariin gantinya Emm.." ucap Siska. "Enak banget kamu minta-minta tolong, makanya kalau kerja itu fokus jangan kebanyakan nglamun." kata Azizah. "Udah Mak... Biar aku yang urus." ucap Emma sambil menepuk-nepuk bahu Siska, dia tahu jadi anak produksi tidak gampang, selain dikejar target mereka juga selaku disalahkan. "Makasih Emm..." ucap Sisak lirih. "Untung Emma ada, kalau Mika dia mana bisa cari kulit sendirian." kata Azizah yang masih kebakaran jenggot karena outputny baklaan terganggu. "Ada apa sih Jah..." tanya Bu Isna yang mendengar keributan. "Nggak buk...nggak papa kok, ini Siska biasa kalau hari Senin ngantuk, kebanyakan nginep sama pacarnya hahahaha." jawab Azizah sambil menyembunyikan upper yang terbakar tadi, walaupun keras dia tidak suka mengumpankan anak buahnya pada atasan, dia selalu melindungi anak-anak nya apapun yang terjadi.       Emma jalan ke gudang kulit untuk mencari kulit seruoa yang rusak, tidak mendapatkan banyak tapi cukup untuk menggantinya. Setelah meminta potongan kulit itu dari anak gudang, dia lantas membawanya ke prepare untuk di proses. Saat dia tengah asyik nunggu uppernya di pasang semiflex oleh Seah, di tempat lain terlihat Angga tengah nge block namun ada Mala di sana. "Se... Katanya mereka berdua mantan." kata Emma. "Mbak Mala sama Angga?" tanya Seah. "Iya ..." kata Emma. "Cieeee cemburu sama mantan nih ceritanya." ucap Seah. "Enggak kok... Siapa juga yang cemburu, tapi mereka bahas apa sih kayanya seru banget ketawa ketiwi si Mala." ucap Emma lirih. "Yaudah sana minta di block jn suami tercinta, udah selesai tuh." kata Seah, sambil menyerahkan lembaran kulit yang baru saja dia kerjakan. Dengan berhati-hati, dia jalan perlahan di belakang mereka radar kepo juga ada di benak Emma. "Yang mana sih tan?" tanya Mala. "Yang Villa tempat biasa kita sewa kamar dulu itu keselatan." jawab Angga. "Ohh disitu emang ada?" tanya Mala. "Ada kok banyak kamu tinggal milih mau yang mana." kata Angga. "Apa? Sewa kamar?" batin Emma, entah kenapa ada rasa sakit di hatinya.  "Nih udah semua..." kata Angga menyerahkan beberapa vamp yang sudha dia blok. "Okke makasih tan." ucap Mala. Mala pergi dari sana, dia agak kaget karena Emma ternyata ada dibelakang mereka.  "Emma.. kamu disini sayang?" tanya Angga yang juga baru menyadari ada Emma disana. "Iya minta toling ngeblock 1 aja mas." ucap Emma, sejak dulu juga selalu seperti itu kata-kata yang dia gunakan saat ngeblok ke Angga. "Kenapa nggak nyuruh Mika, nanti kamu ketemu Rio apa Adrian di sini." kata Angga. "Ya sayangnya aku nggak liat mereka mas, yang aku liat kamu sedang nostalgia sama mantan kamu." kata Emma mencoba tersenyum walaupun hatinya sakit. "Maaf sayang ya, tapi apa yang kami bahas cuma ada di masa lalu tidak sekarang. Beneran..." ,kata Angga. "Hmmm..." gumam Emma. Angga sudah selesai ngeblok vamp Emma. Namun dia menariknya saat Emma akan mengambilnya. "Mas sini in... Aku buru-buru." kata Emma. "Kamu marah?" tanya Angga. "Enggak siapa yang marah, mana mas sini in vamp ku." kata Emma. Angga lantas menyerahkan Vamp itu, Emma merebutnya kemudian berlaku begitu saja. "Hmmm kamu marah Emm... padahal aku sama Mala nggak ngapa-ngapain, dan yang kami bicarain cuma hal-hal masalalu." kata Angga. Waktu berlalu, sudah lama sekali Angga nungguin Emma keluar dari pabrik, tapi dia sama sekali tak melihat Emma disana. "Lohh Emma udah pulang dari tadi Ngga, dia dipulangkan klinik karena sakit." kata Ulfa. "Sakit?" tanya Angga. "Iya kayanya kelelahan nyari material, tadi pingsan di line." jelas Ulfa. "Oh yaudah kalo gitu makasih ya." ucap Angga. Angga lantas buru-buru pulang. Benar saja saat dia sampai di kos, dia melihat sepatu Emma sudah berjajar di rak.  "Assalamualaikum..." ucap Angga. "Wa'alaikumsalam..." jawab Emma. "Kata Ulfa kamu sakit, kok nggak ngabarin aku, biar aku anter pulang tadi." kata Angga. "Nggak papa kok... Aku udah beli makanan, kamu makan dulu mas." ucap Emma. "Kamu udah makan?" tanya Angga. "Udah kok..." jawab Emma. Sambil mulai makan, Angga tak mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari Emma yang memunggunginya. "Sayang .." panggil Angga. "Hmmm .." balas Emma. "Kamu masih marah karena aku ngobrol sama Mala?" tanya Angga. "Nggak mas...aku syok aja." kata Emma. "Syok kenapa?" tanya Angga. "Ada yang aku sebuah video. Tuh di ponsel ku kamu liat aja sendiri." kata Emma. "Video?" tanya Angga. Angga lantas meraih ponsel Emma, dia membuka chat pertama dari nomor baru. Seketika hilang nafsu makannya melihat isi video tersebut. "Aku tau video itu kamu lakukan jauh sebelum nikah sama aku, tapi nggak tau kenapa rasanya kecewa aja, rasanya masih sakit." ucap Emma. "Iya maaf..." ucap Angga. "Mas aku... Aku pingin nginep di kos Seah malam ini, jangan jemput aku sampai aku pulang." kata Emma, dia berdiri sambil mengambil ransel yang sudah dia siapkan dari tadi. Rupanya Emma sempat pingsan tadi ketika melihat video kiriman itu. Video rekaman pribadi yang diambil oleh Mala untuk mengabadikan momen hubungan badan bersama Angga. "Biar aku anter ke kos Seah." ucap Angga dengan rasa bersalah. "Nggak aku kesana sendiri." tolak Emma. Emma keluar dari kamar tanpa menoleh lagi kebelakang. Sebenarnya dia ingin menangis meraung-raung, tapi tidak dia lakukan di depan Angga. Sampai di kos Seah yang juga kos lamanya, Emma langsung menerobos masuk sambil menangis, Seah yang tengah asyik ngemil sambil nonton drakor dibuat bingung oleh kedatangan Emma. "Se.... Malam ini aku tidur sini ya." ucap Emma. "A... Ada masalah apa nih, Emma... Kalau ada masalah diantara kalian, jangan lari, diomongin baik-baik." tutur Seah.  Sambil menangis Emma menceritakan perihal kedatangannya.  "Waahhh kalo ini ya nggak bisa diomongin baik-baik nih, aku nggak tau videonya kaya gimana, tapi yang jelas pengirimnya pasti si Mala itu, dan niatnya mau bikin kalian berantem. Mungkin aja Mala gamon, jadi pingin balik lagi ke suami kamu." Kata Seah ikutan geram. "Tapi kamu yakin mau tinggal disini dulu, soalnya besok kami pindah shift loh, kamu bakalan lawan shift sama Angga, yakin nggak kangen sama dia?" tabya Seah. "Enggak..." ucap Emma kesal. "Jangan asal ambil keputusan pas marah sayang, nanti kamu nyesel." kata Seah. "Iyaaa..." jawab Emma. "Yaudah sini kita nonton..."ajak Seah. "Kamar depan siapa yang nempatin?" tanya Emma. "Kamar kamu dulu? Ditempatin Mala." kata jawab Seah hati-hati. "Haahhhhh..." ucap Emma. "Eehaaaiiiiiii mabk Emma, kangen banget mbak..." ucap Alya yang masuk ke kamar Seah dnegan membawa bantal dan juga camilan. "Alya .... Aku juga kangen sama kamu." ucap Emma. "Ssttt .. jangan sampai Mala denger kamu nginep sini, dia pasti bakalan kegirangan tuh ngerasa berhasil bikin kalian berantem." kata Seah. "Loohhh emang... Mbak Emma berantem sama mas Angga?" tanya Alya lirih sambil mengunci pintu. "Iya Al... Masalah rumah tangga udah kamu masih kecil nggak perlu tau." kata Seah. "Heheheh... Yang sabar ya mbak, yaudah ndrakor yuk kaya dulu lagi." Ajak Alya. "Kita nonton apa nih?" tanya Emma. "Pinocchio mbak." jawab Alya. "Ini Drama lama kan 2014 ya apa 2015 an." ucap Emma. "Iya mbak tapi bagus aku suka, udah dua kali nonton aku." kata Alya. "Aku justru belum sama sekali Al..." kata Emma. "Spoiler nggak nih?.." tanya Alya "Iyaaa..." kata Seah. "Jangannn".cegah Emma. "See.... Aku kan jadi nggak penasaran ntar." kata Emma. "Dijamin tetap penasaran kok." kata Seah. "Al... Buruan cerita..." kata Emma. " Okkee jadi... Drama ini menampilkan fenomena sejumlah orang yang mengidap sindrom Pinocchio atau akan cegukan jika berbohong. Bila berbohong, Pinocchio bakal memiliki hidung panjang, namun Choi In Ha justru cegukan. Di sisi lain, Choi Dal Po justru punya masa lalu buruk dengan pemilik sindrom tersebut. Ia juga sangat membenci wartawan. Keluarganya menjadi hancur akibat pemberitaan pers mengenai sang ayah. Namun saat beranjak dewasa, Dal Po justru menjadi seorang jurnalis. Ia ingin membuktikan dalam menghasilkan berita dengan rating tinggi, reporter tidak harus dengan memelintir fakta dan membesar-besarkan isu. Meski bukan tergolong drama baru karena sudah pernah tayang pada 2014 silam, drakor Pinocchio yang dibintangi Park Shin Hye dan Lee Jong Suk sampai saat ini masih jadi serial yang wajib untuk ditonton.Tak hanya mengangkat cerita tentang para jurnalis di perusahaan penyiaran, serial drama ini juga menyajikan konflik dari kisah tragis sebuah keluarga." terang Alya dengan gaya seorang anchor berita. "Wahhh aku pernah nonton tapi cuma 2 episode aja karena waktu itu barengan nonton lainnya." kata Emma. "Bentar... kita delivery order yuk biar bisa ngemil sambil nonton." usul Seah. "Boleh... Kasih rekom dong." kata Emma yang mager mikir. "Seblak..." kata Seah. "Ya kalau mbak Seah seblak always." kata Alya. "Iya deh, aku juga lagi pingin nyeblak." ucap Emma. "Jangan Al... cari penyakit dia. Perutnya belum juga pulih." kata Seah. "Kita pesen yang lain aja." kata Alya meng iyakan. "Hahh kalian..." ucap Emma. "Ehh ke rumah es krim yuk." Ajak Emma. "Skuyyyy ntar aja malem-malem nontonnya." kata Alya. Sementara itu Angga menjatuhkan diri di bed dingin yang baru saja ditinggalkan oleh Emma. Angan nya melayang pada 3 tahun silam saat tenggelam dalam dosa kenikmatan bersama Mala. "Untung pas hujan datang kita udah sampai di Villa ini." kata Mala. "Iya .. hujan-hujan gini jadi pingin yang anget-anget nih." kata Angga sambil melepaskan sepatu kemudian membuka kunci kamar yang mereka sewa. "Ngopi? Ngopi apa nyusu nih?" tanya Mala. "Kayanya nyusu lebih mantap deh." jawab Angga. "Hmmm... Maunya kalau ketemu pasti nyusu." kata Mala. "Ah yaudahlah yuk masuk." ajak Angga. Mala meletakkan tas nya di sebuah meja rias yang ada di sebelah meja. Kemudian membuka jaket jeans nya. Sementara Angga yang melihat hal itu langsung memeluk Mala dari belakang kemudian menaikkan tanktop maroon yang dipakai Mala. "Ini yang selalu bikin kangen." ucap Angga, sembari meremas d**a Mala sambil mengecup leher Mala, sementara tangan Mala yang bebas langsung membuka kancing celana dan resleting Angga. "Aku juga kangen ini." ucap Mala sambil mengelus-elus batang Angga yang mulai mengeras. "Shit..." ucap Angga, dalam setiap permainan nya dia selalu membiarkan si wanita mendominasi, kecuali dengan istrinya sendiri. "Uhhh Angga kamu nakal deh." ucap Mala. "Giliran aku dong." lanjutnya. "Women on top..." ucapnya. "Iya silakan sayang.." kata Angga mempersilakan. Namun tak disangka Mala merekam perbuatan mereka. "Ya ampun sayang ,buat apa sih kamu ngerekam ginian, nggak takut kalau videonkita dicuri orang dan disebarin." kata Angga saat Mala memperlihatkan nya. "Ya nggak lah... Tenang aja ini untuk koleksi pribadi, buat kenang-kenangan kalau kita pernah saling membutuhkan dan memuaskan." kata Mala kala itu. "Aahhhhh ehmmmmmmm ahhhhh huuhhh..." racau Mala sambil menggoyangkan pantatnya memutar menikmati permaiannya. "Uhhhhhhh Anggaaaa.... Kamuuuhhhh jahattt..." lanjutnya kala Angga memainkan, meremas dan memelintir p****g Mala yang menantang di depannya. "Auuuuuhhhh kamu hebat sayang, goyang terus..." ucap Angga. Dia mulai merasakan kenikmatan sampai ubun-ubun. Kemudian badannya bergetar dia buru-buru menghindar agar tidak sampai keluar di dalam rahim Mala. "Kenapa sih kamu nggak mau keluarin di dalam aja, bikin aku hamil biar kita cepet nikah." rengek Mala. "Maaf ya sayang, kalau itu aku belum siap untuk menjadi seseorang yang bisa bertanggung jawab setara moril dan materiil." kata Angga dengan jujur. Tapi entah kenapa pernyataannya terpatahkan begitu bertemu Emma.  "Hmmmm jahat kamu sayang, cuma mau enaknya aja." kata Mala. "Ya nggak gitu... Kan kita sama-sama enak." elak Angga. Lamunannya terhenti ketika ujung kakinya menyentuh jaket Emma yabg tergeletak di atas kasur. Dia langsung bangkit dan memeluk jaket itu dengan erat, ada harum istrinya disana. "Maafin aku sayang... Aku sayang banget sama kamu, iya bukan kamu yang salah kalau kamu pergi sekarang, aku emang salah sayang masalalu ku emang busuk." ucapnya. "Tapi kamu harus tau kalau cinta sejati ku hanya kamu, dari kamu aku pingin punya anak, tua bersama." lanjutnya. Dia mulai mengingat bagaimana pertama kalinya hatinya bergetar kala matanya melihat sosok Emma. Gadis cantik berjilbab yang seragamnya selalu bersih dan harum. Lesung Pipit yang menghiasi kedua pipinya.  Kala itu Emma tengah berada di skiving untuk menemui Inez, walaupun dalam keadaan tertekan dia tidak mau menekan karyawan lainnya, dia tetap tersenyum dan sabar menunggu, sampai akhirnya dia datang ke mesinnya untuk membantunya mengganti repair an. Saat itu pula angannya terbang, dia ingin menjadikan gadis itu istrinya dia rela berubah demi gadis itu, dia ingin Emma menjadi ibu dari anak-anaknya.  Dan saat itu pula dia mulai mencintai Emma diam-diam memperhatikannya dari jauh, sungguh sangat mendebarkan. Namun apa daya dia patah hati ketika Fadhil terlihat keluar dan makan bersama Emma. Dia meraih mangkuk panas dari pelayan agar tangan Emma tidak terluka lalu meletakkan di depan Emma, dia berjaga semalaman kala Emma sakit. Dan hal-hal seperti itu tak pernah ia lakukan pada pacar-pacar sebelum nya. Hingga dia ada satu backsound yang selalu menyertai hari-harinya menikmati senyuman Emma dari jauh. Dan izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja, dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja.  Rintih Angga.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN