Dan benar saja karena kendala technical error di departemen skiving dan prepare maka shift pagi harus masuk malam, sementara shif malam off dan masuk besok pagi, jadilah lawan shift yang lama untuk Angga dan Emma.
Seah masih tidur saat Emma berangkat, dia jalan sendirian. Hatinya terasa hampa, biasanya pagi-pagi sekali diisi dengan canda tawa bersama Angga kali ini dia benar-benar sendirian.
Tapi hatinya yang terlanjur sakit, sulit sekali dibujuk untuk pulang. Dia jalan dengan santai menuju pabrik.
"Yahhh anggap aja resiko jadi istrinya playboy ganteng." gumam Emma pada dirinya sendiri.
Sampai di depan gang dia barengan Ulfa yang lari-lari karena ketinggalan teman-teman nya.
"Loohhh kok sendirian, mana suami kamu?" tanya Ulfa.
"Dia masih tidur, kan di skiving prepare oper shift ada error apa gitu kata Seah." jawab Emma.
"Ohhh gitu, terus kamu nggak minta anter dia gitu?" tanya Emma.
"Nggak ah, kasian Fa..." ucap Emma berbohong.
Mereka berdua terus berjalan masuk ke area pabrik, setelah scan, keduanya lantas duduk sambil menunggu briefing.
Sementara itu Angga baru saja bangun, tak ada istri di sampingnya, hatinya kembali dingin tak ada cinta untuk dikecup sepagi ini.
Diraihnya ponsel yang dicas semalam tanpa ada pesan dari Emma, dia melihat jam.
"Sudah terlambat Emma pasti sudah berangkat, padahal semalam aku berencana buat anterin dia berangkat ke pabrik." kata Angga dalam hati.
Akhirnya dia kembali merebahkan diri dengan segala kegundahan hatinya.
"Sampai kapan Emma mau pulang, Sampai kapan Emma mau maafin aku, sampai kapan dia marah sama aku?" batin Angga.
"Aku kangen banget sama kamu, aku nggak bisa tidur semalaman mikirin kamu, berapa lama kamu nangis karena ketololanku Emma." lanjutnya.
Dia kembali bangkit lalu mencuci baju termasuk baju kotor yang Emma tinggalkan. Setelah mencuci dan menjemur pakaian itu, Angga menyiapkan sarapan dengan merebus mie instan dengan tambahan telur kocok.
"Nggak bisa... Aku nggak bisa tanpa kamu sayang." ucap Angga mengurungkan niatnya untuk makan, nafsu makannya hilang seketika.
Angga meraih ponselnya, kemudian menuliskan chat ke Emma.
"Selamat bekerja sayang, hati-hati ya." tulis Angga.
Hingga malam pun tiba, Angga sengaja berangkat lebih awal agar bisa bertemu dengan istrinya. Namun apa yang terjadi tidak sesuai realitanya.
Emma dengan wajah lelahnya sama sekali tidak menyapanya. Namun walaupun dia dicuekin Emma, hanya bisa melihat wajahnya saja sudah cukup membuatnya bahagia.
Satu Minggu telah terlewati sementara Emma masih dengan ego nya tidak mau pulang.
Tiba giliran dia masuk malam, setelah menyiapkan bekal juga meminjam jaket Seah Emma berangkat.
Sebenarnya uang nya sudah menipis karena dia belum mendapatkan gaji pertamanya. Hasrat untuk membeli minum pun dia tunda.
Sampai di dalam ia melihat lawan shiftnya masih bekerja. Jadi bersama yang lain, dia duduk-duduk di gerbang pintu masuk gedung Stitching A3.
Tiba-tiba dari belakang saat dia asyik bercerita dengan teman-teman nya, Angga yang sudah selesai shift nya menghampiri dan memberikan sebuah kantong plastik berisi sebotol air mineral dan juga sekotak s**u coklat kesukaan Emma.
"Sayang... Ini buat kamu, hati-hati ya kerjanya." kata Angga.
"Ma.. makasih." ucap Emma.
Angga tersenyum kemudian mengusap kepala Emma, dia mencubit pelan pipi Emma saat istrinya masih bengong.
Setelah itu Angga pergi dari tempat itu, dia bersama Bayu berjalan semakin jauh.
"Ciee diliatin terus." ucap Mika sambil menyenggol lengan Emma.
"Ehh apa sih Mik.."Emma tersipu malu.
"Yakali nggak kangen udah satu Minggu lawan shift nih." bisik Mika.
"Iya... Kangen banget Mik." ucap Emma.
Emma ingin pulang, tapi setiap kali melihat Mala rasa kecewa dan sakitnya terasa menumbuk-numbuk ulu hatinya.
Akibatnya sepanjang malam ini dia tidak bisa fokus kerja, dia kepikiran Angga setiap saat.
"Aku kangen banget sama kamu mas, ya tapi masak kamu nggak ada inisitif buat jemput paksa aku, atau minta maaf yang lebih serius gitu." kata Emma dalam hati.
"Emm... Tolong ya bongkarin jahitan upper ini salah benang pas trial anak lawan tadi." kata Azizah.
"Loooh kok bisa sih Mak, ini dibongkar semua?" tanya Emma sambil melihat tumpukan dua keranjang berisi upper yang sudah output.
"Laah kok sudah dioutput Mak?" tanya Mika.
"Ya nggak tau Mik, ini tadi juga ketahuan di QC kita, merek ngerjain di akhir kerja mungkin udah mulai nggak fokus kali ya, yaudah kalian berdua tolong bongkar jahitannya, bisa kita output nih, kan kita yang ngerjain ulang semuannya." kata Azizah kemudian kembali ke depan.
"Nih mbak aku ada cutter." kata Mika menyerah kan salah satu cutter miliknya.
"Oalah ada aja kerjaan ya..." kata Emma.
"Iya mbak... Mana masuk malem jam-jam ngantuk kalau jam segini." kata Mika.
Setelah menghabiskan sekotak s**u dari Angga tadi Emma lantas mulai mencari belahan jahitan lalu meng cutter nya perlahan. Setelah jahitan terputus dia membersihkan sisa benang nya sampai bersih.
"Mik... Kamu antri in benang untuk ini dong, lumayan nambah output." kata Emma.
"MP nya ada mbak?" tanya Mika.
"Mungkin ada di depan, kamu tanya emak aja deh." jawab Emma.
"Okke mbak .. aku tinggal, hati-hati loh ya jangan ngantuk ntar kena tangan." pesan Mika.
Belum lama Mika jalan ke gudang sambil membawa MP dari depan, Emma yang kerja dalam bayangan Angga terus melamun, hingga ujung cutter itu mengenai tangannya.
Darah segar mengucur dari sana. Dia segera menjauhkan upper agar darahnya tidak mengotori upper, dia lantas berlari-lari ke meja admin.
"Mbak minta obat, kapas sama plester luka dong." ucap Emma.
"Ya ampun Emm... Kamu ngantuk, sini-sini biar aku yang obatin." kata Tika si admin.
"Hehehe iya mbak Tik, habis jam-jam ngantuk gini disuruh buka in jahitan sama Mak Jijah." kata Emma.
"Ya tapi jangan ngiris tangan kamu sendiri kaya gini Emm." kata Tika.
"Hehehhe..." ucap Emma.
"Emm... Kamu Hemofilia ya kok darah kamu ngga beku-beku, nggak berhenti ini, tuh kit sudah habis kapas banyak loh. Kayanya kamu harus ke klinik deh. Kamu Hemofilia nggak sih?" tanya Tika.
"Ehmmm nggak tau mbak, tapi emang gitu, tiap kali luka lama banget darahnya bisa beku. Nggak papa mbak biar aku tekan yang lama." kata Emma.
"Beneran nggak papa, ini nggak bakalan berhenti Lo kalau nggak dikasih obat yang disuntikkan gitu." kata Tika.
"Duh mbak Tik... Jangan nakut-nakutin pake suntik segala, dah ah... Makasih ya, aku minta kapasnya lagi mbak, nggak papa kok ini nanti aku tekan lama juga berhenti sendiri." kata Emma.
"Yaudah nanti kalau belum berhenti juga bilang ke aku, aku anter ke klinik ya." kata Tika.
"Okke mbak Tik." kata Emma.
Emma kembali ke tempat duduk nya sambil membawa sekantong kapas dna juga plester.
"Mbak Emm... Dari mana?" tanya Mika.
"Heheh... Nih kepotong jari-jari." ucap Emma.
"Nah kan aku bilang juga apa, hati-hati mbak, itu kapasnya masih basah darah lagi, ganti mbak, udah biar aku aja yang bongkar jahitan, mbak Emma sembuhin dulu lukannya." kata Mika.
"Duuhh... Kenapa nggak mau berhenti sih." ucap Emma dia menganti kapasnya dengan kain kasa yang sudah di kasih Betadine kemudian melilitkannya dengan kuat. Setelah itu mendekap jari telunjuknya yang teluka itu cukup lama.
"Belum mbak?" tanya Mika.
"Ini udah mulai berhenti kok Mik." kata Emma.
"Coba kulihat." kata Mika.
"Mbak Emma Hemofilia ya?" tanya Mika kemudian.
"Kayanya deh Mik, soalnya tiap kali luka juga gini susah banget sembuhnya." terang Emma.
"Harus periksa mbak, takutnya terjadi komplikasi yang menyebabkan penyakit lainnya." kata Mika.
"Iya Mik besok pagi temenin ke klinik ya." ucap Emma.
"Siaaapp mbak." sahut Mika.
"Hati-hati mbak." ucap Mika sambil meletakan tangan Emma perlahan karena darah itu baru saja berhenti.
"Sini deh... Biar aku yang ngerjain ini semua, Mbak Emma tulis output aja." kata Mika.
"Yaudah... Daripada ngotorin upper ya, makasih Mika kamu emang super BESTie deh." kata Emma.
"Ah jadi tersanjung." sahut Mika.
Waktu berlalu dengan Emma menghabiskan nya hanya dengan menulis output perjam.
"Mika sudah jam 7 kurang seperempat, lawan s**t udah datang aku ke toilet bentar ya, nanti gantian." kata Emma.
"Siapp mbak Emm.." kata Mika.
Sepeninggal Emma Angga datang ketempat Mika berada.
"Mika... Emma mana?" tanya Angga.
"Eh mas Angga, tuh mbak Emma baru aja jalan ke toilet." jawab Mika.
"Oh yaudah makasih ya." ucap Angga.
"Okke mas." sahut Mika.
Sampai di deretan toilet tak ada satupun pintu yang tertutup.
"Lahh toilet yang mana. Oh itu mungkin yang diujung." kata Angga.
Dia berdiri di depan pintu dengan harap-harap cemas semoga yang didalam adalah Emma.
Tidak kurang dari 5 menit, pintu terbuka, dan nampaklah Emma yang baru saja mencuci mukanya.
Tanpa pikir panjang Angga mendorong kembali Emma masuk, diapun ikut masuk kemudian mengunci pintu.
"Mas... Mau ngapain?" tanya Emma.
"Aku kangen banget sama kamu sayang." ucap Angga, dia menarik Emma kedalam pelukannya lalu mendekapnya dengan erat.
"Aku kangen banget sama kamu, maafin aku untuk semua kebobrokan aku di masa lalu ya. Aku mohon jangan pergi-pergi lagi." ucap Angga lirih sambil tetap mendekap Emma.
"I... Iya mas, udah dong, nanti diluar ada orang ngantri gimana, dikira kita m***m di pabrik tau." kata Emma Pelan.
Angga melepaskan pelukannya, kemudian membingkai wajah Emma dengan kedua telapak tangannya. Mengecup bibir Emma dengan lembut.
"Sayang kamu pulang ya, ini aku bawa kuncinya, aku udah masak tadi, kamar udah aku beresin kamu pulang ya." pinta Angga.
"Iya mas.. maaf ya aku pergi gitu aja nggak mikirin perasaan kamu." ucap Emma.
Angga tersenyum kemudian mencium puncak kepala Emma.
"Ini tangan kamu kenapa?" tanya Angga.
"Engg... Nggak papa kok mas, yaudah buruan keluar nanti ada ornag diluar gimana." kata Emma.
"Iya-iya .. duh padahal masih kangen." ucap Angga.
Dia perlahan membuka pintu, setelah mengintip keluar tak ada orang mengantri di luar, Angga segera keluar.
"Sayang nggak ada orang sama sekali kok, udah sini keluar." kata Angga.
Emma melongok keluar, benar sekali masih sepi tak ada satupun orang disana. Dia turut keluar berjalan dibelakang Angga.
"Yaudah aku kerja dulu ya, kamu hati-hati pulangnya." pesan Angga.
"Iya mas.. kamu juga hati-hati". balas Emma.
"Siap sayang." ucap Angga.
Angga berjalan ke gedungnya sementara Emma juga jalan ke gedungnya.
"Mbak Emm tadi mas Angga nyariin." kata Mika.
"Iya.. udah ketemu tadi di belakang, cuma nyerahin kunci aja, tadi lupa kebawa pas berangkat." kata Emm berbohong.
"Hmmm jadi pingin nikah." gumam Mika.
"Iya buruan nikah, pacaran sehabis ini itu rasanya nano nano..." kata Emma ngomporin.
Bel panjang telah berbunyi, Emma bergegas mencari Seah ke departemen nya.
"Mbak Inez, Seah nggak masuk ya?" tanya Emma.
"Enggak Emm katanya harus pulang buat ngurusin berkas-berkas pernikahannya." jelas Inez.
"Oh iyaaa... Lupa semalam chat begitu." ucap Emma menepuk jidatnya.
"Yaudah mbak makasih ya." ucap Emma.
"Oyi..." sahut Inez.
Dia langsung pergi ke kos Seah untuk mengambil barang-barang nya. Tidak lupa di chat Seah.
"Se makasih ya... Aku pulang hari ini, makasih banget udah ngizinin aku tinggal selama beberapa hari." tulis Emma.
"Okke sayang... Syukurlah kalau kalian udah baikan, jangan berantem-berantem mulu." balas Seah.
"Okke siap... Kamu sama Aji lancar-lancar ya persiapan nya. Sampai ketemu lagi nanti pas satu shift." kata Emma.
Sementara itu, dijalan dia bertemu lagi dengan Ulfa yang kehamilannya mulai kelihatan. Dia berhenti tidak ingin berpapasan dengan sahabatnya di line. Hatinya perih tiap kali melihat Ulfa yang makin hari makin gede perutnya sedangkan mereka hamil bersamaan, dan bayi Emma telah tiada.
Setelah Ulfa lenyap di balik tikungan Emma baru melanjutkan perjalanannya.
Sampai di kos, Emma langsung masuk, mengunci pintu kemudian merebahkan diri kemudian terlelap karena kelelahan dan kantuk yang mendera.
Sementara itu di lain tempat. Tepatnya kos Rio, dia tengah asyik menikmati foto Emma sambil mengocok rudalnya di kamar mandi. Tak peduli Emma sudah menikah dia akan tetap dan selalu menjadikan Emma sebagai bahan imajinasinya.
Saat dia sedang asyik dengan kegiatannya tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
"Sialannn siapa sih datang pagi-pagi gini." umpat Rio yang kesal karena aktivitasnya telah terganggu.
Setelah membersihkan diri, dia mencuci tangan kemudian membuka pintu. Dia terpana pada sosok di depan matanya. Gadis berjilbab yang juga secantik Emma.
"Ehh Mika... Tumben ada apa?" tanya Rio sambil mempersilakan Mika masuk.
"Ini mas... Tadi aku belanja kebanyakan, mas Rio pasti belum sarapan habis masuk malam, nih aku kasih ke mas aja, aku udah banyak soalnya." ucap Mika.
"Wahhh makasiih ya, sini masuk dulu." ucap Rio.
"Enggak mas... Aku udah ngantuk banget. Cuma mau kasih itu aja." ucap Mika
"Udah bentar aja, kamu belum makan kan, kita sarapan bareng." kata Rio.
"Ehmmmm...." ucap Mika yang kamarnya berada tepat diatas kamar Rio.
"Udah masuk aja... Kita sarapan bareng." tanpa menunggu jawaban Mika, dia lantas membuka bungkusan dari Mika kemudian menuangkannya kedalam piring untuk merek berdua, apa boleh buat Mika terpaksa nurutin Rio.
Begitu Mika masuk, Rio langsung mengunci pintu dan menyimpanh kuncinya.
"Kenapa harus di kunci mas?" tanya Mika.
"Maklum lah tetangga kita suka julid biar, biar nggak disangka kita m***m di kos." jawab Rio, yang hasratnya kembali memuncak melihat mangsa di depannya.
"Oh gitu, iya emang apalagi mbak Dara dan suaminya biang gosip banget kan." kata Mika.
"Iya bener banget Mik." kata Rio.
Rio mulai menyusun rencana sambil menikmati makanan itu. Akhirnya sebuah ide terlintas begitu melihat Mika berdiri membereskan sisa makan mereka.
Rio langsung mendekap Mika dari belakang kemudian tangannya menggapai dua bukit indah Mika dari ballik jaket sweater longgarnya.
"Mas... Mau ngapain." elak Mika.
"Udah kamu diam aja Mika, dienakin kok nggak mau, kamu diam aja dan nikmatin." bisik Rio.
"Mas aku nggak mau." tolak Mika
"Udah diem... Kamu berani teriak, awas aja ya." kata Rio.
"Mas aku nggak mau .." ulang Mika.
Namun tenaga Rio jauh lebih kuat, dia mendorong Mika hingga jatuh telentang di tempat tidur Rio. Tidak menunggu waktu lama, Rio langsung duduk diata Mika, dia melepaskan jilbab Mika dan nampaklah leher putih Mika yang membuat Rio makin ngiler.
Tangannya kembali menggerayangi seluruh badan Mika, Mika yang berontak memnuatnya semakin bernafsu. Dia menaikkna sweater Mika hingga nampaklah bra pink yang dipakai Mika.
Tangannya menyusup kebalik bra dan menadaoati gundukan kenyal lalu meremasnya penuh nafsu. Moka yang semula berontak kini hanya bisa menggigit bibirnya agar tidak sampai keluar desahan dari mulutnya.
Rio menarik bra Mika sampai terlepas kemudian mulai melahap d**a Mika, sementara tangan yang semula meremas d**a Mika sebelah kanan kini mulai berjalan kebawah, membuka resleting celana Mika kemudian mulai menggesek-gesekkan jemarinya di permukaan celana dalam Mika.
Mika menggeliat, dia baru pertama kalinya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Melihat Mika mulai terangsang Rio kembali ke atas untuk menciumi leher dan bibir sensual Mika yang terus ia gigit itu.
Rio melumat habis dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Mika.
"Gimana? Enakan?" bisik Rio sambil mengelus belahan d**a Mika. Sementara Mika hanya dapat menggelinjang menahan hasrat nya.
Rio terus meremas d**a Mika sambil mencubunya membiarkan kaki Mika yang menyilang untuk mendapatkan kenikmatan di bagian bawahnya. Sesekali Mika merasakan bagian bawahnya berkedut nikmat dan sudah sangat basah sekali.
Rio mengecek liang surgawi milik Mika dengan mencari klitorisnya. Dia lantas menekan sambil meutari jarinya disana.
"Aaaakkhhhhhhh masssss...." ucap Mika.
"Nikmati aja Mika, aku bisa ngasih yang lebih dari ini." bisik Rio.
"Aaaaaahhhhh hmmmmmm aaaaaakuuuuuhhhh aahh ahhh ahhh ahhh ahhh." desah Mika dengan nafas tersengal menahan orgasmenya yang pertama.
Rio mengusap lendir yang baru saja keluar kemudian menjilatinya di depan Mika. Dengan wajah mesumnya.
"Kenapa aku suka cewek berhijab, karena mereka selalu bikin aku penasaran." batin Rio.
Rio memasukkan jari telunjuknya kemudian mulai memaju mundurkan jarinya untuk mengetes rasa sakit yang diraskan Mika jika dia meluncurkan rudalnya nanti.
"Masssssshhhhh udahhh akkhhh ahh ahhh asshhhhh.. Udah mass aku nggaaaaahhh mau lagiiihhh." rengek Mika.
Tak mengindahkan permintaan Mika, Rio justru menjilati k******s Mika hingga tubuh gadi itu menegang menahan nikmat.
"Hmmmmmm uuuhh uhhh ahh akkkhhhh mass nggak mauu..." ucap Mika.
"Nggak mau tapi terus mendesah." kata Rio.
"Udah kita nikmati aja hari ini berdua. Aku akan bertanggung jawab asal kamu mau jadi pacar aku Mika." kata Rio.
"Terserah kamu mas." kata Mika.
Rio segera melepaskan celananya, melumuri rudalnya yang sudah basah dengan air liurnya kemudian melesakkan kedalam inti Mika tanpa memberinya jeda dia segera memompa liang yang ternyata sudah tidak perawan itu dengan kencang.
"Kamu udah nggak perawan sayang." bisik Rio.
"Iyahhhhh masssss... Akuuhhh udah pernah ngelakuin waktu sekolah." jawab Mika.
"Dasar binal... Sama siapa kamu ngelakuinnya." bisik Rio.
"Sama guru olaraga mas, dia sering ngeraba dan meremas d**a murid perempuan." kata Mika.
Membayangkan Mika bersetubuh dengan guru olahraganya nafsu Rio sudah sampai di ubun-ubun sambil menggenjot Mika dia meremas bukit kembar Mika dengan penuh nafsu.
"Aaaakhhhh massssssss ahhhhhh hmmmm sssshhhhh ahhhhh enak sekali masssss..... Ahhhhh." racau Mika sambil memejamkan mata.
"Kamu yang diatas sayang aku udah capek." kata Rio.
Mika menuruti permintaan Rio untuk berganti posisi. Benar saja dia justru melenguh dan mendesah penuh kenikmatan saat dirinya berada diatas sambil menggoyang kan pinggulnya dan menhentakkan pantatnya naik turun.
"Uuuhhhh hsssssss ahhhh nikmat sekali Mikaaaa, pinter banget kamu goyangnya." rintih Rio yang sebentar lagi akan sampai.
Dia meraih dan melumat d**a Mika yang besar itu.
"Auuuuuhhhhhh aku mau sampai lagi masssssshhhhh iiikhhh akuuu nggak tahannn." ucap Mika badannya tersendat sendat diatas rudal Rio Yang makin lama makin terasa nikmat.
"Tahan duluu sayang aku juga mau keluar." Ucap Rio melepaskan cairannya kedalam rahim Mika hingga terasa hangat dan luber-luber keluar.
Mika ambruk diatas Rio, Rio segera menggulingkan Mika kesamping dengan posisi mereka masih menyatu.