Emma tengah berada di gudang kulit bersama Mika. Sebenarnya ada rasa trauma saat memasukinya, namun profesionalitas kerja menuntutnya untuk menghilangkan ketakutannya.
"Aku nggak boleh keliatan takut di depan Mika, dia pasti juga trauma, kalau dia tau aku ketakutan, kami berdua akan lemah di sini, sementara tugas kami masih banyak." batin Emma.
"Mbak Emma..." panggil Mika yang ada disampingnya.
"Iya ada apa Mik?" tanya Emma.
"Mbak Emma nggak papa?" tanya Mika.
"Nggak papa kok, emang kenapa?" tanya Emma.
"Oh yaudah... Aku takut mbak Emma masih trauma masuk kesini." jawab Mika.
"Enggak kok, aku tuh orangnya nggak suka nginget-nginget hal yang udah berlalu, yaudahlah berlalu. Kamu takut Mik?" tanya Emma.
"Iya hehehehe." jawab Mika.
"Yaudah kamu tunggu aja di sini, biar aku yang masuk kesana." ucap Emma.
"Nggak papa mbak?" tanya Mika.
"Iya nggak papa, tapi atau nggak, kalau kamu diem pasti dimarahin spv, yaudah kamu balik ke line aja, ambilin benang atau apa ya." ucap Emma.
"Okke mbak... Kalau ada udah dapat buruan balik ya." kata Mika.
"Siapp..." jawab Emma.
Dia lantas masuk kedalam gedung. Dan mulai mencari bahan kulit seperti yang diminta Azizah.
Dia berkeliling ke banyak rak, dan melihatnya dengan teliti.
"Sepi sekali... Untung nih masuk pagi, gimana masuk malem? Ya ogah kesini sendirian, mana horror gini atmosfer nya.
Sementara itu Rio yang diminta leadernya untuk mengirim upper ke gedung B bertemu dengan Mika di lorong menuju gedung B.
"Kamu dari mana sayang?" tanya Rio.
"Dari gedung B mas nyari material." jawab Mika.
"Ohh udah dapet?" tanya Rio sambil menenteng uppernya.
"Belum... Sama mbak Emma disuruh balik ke Line aja, aku masih trauma kejebak kebakaran dulu." jawab Mika.
"Emma masih disana?" tanya Rio.
"Iya mas.. mas Rio mau kemana bawa-bawa ginian?" tanya Mika.
"Disuruh leader aku kirim upper yang udah di repair sayang." jawab Rio.
"Ohh gitu, yaudah mas aku kembali ke line dulu ya." jawab Mika.
"Iya.. semangat kerjanya. Aku seneng kalau kita satu shift gini, ntar malem bisa keluar bareng." kata Rio.
"Hmmmm..." gumam Mika sambil berlalu.
Sementara itu, mendengar Emma masih ada di gudang, Rio lantas mempercepat langkahnya, dia pergi ke gudang semi B dan mendaftarkan upper nya setelah semua lengkap dan tak ada yang kurang, dia segera kembali.
Namun bukannya kembali bekerja dia malah masuk ke gudang kulit di mana Emma berada.
Dia berjalan pelan-pelan berkeliling mencari keberadaan Emma.
Dari balik sebuah rak dia melihat seseorang berjilbab hitam tengah berusaha mengambil gulungan kulit di rak atas.
"Emma bukan sih?" batin Rio. Dia mendekati gadis itu.
Dan disaat yang bersamaan Emma berhasil menarik gulungan kulit itu. Namun sialnya tumpukan itu mulai meorosot akan berjatuhan, sementara Emma masih berada di bawah menggunting material itu. Rio segera berlari dan berdiri menghalangi tumpukan itu menimpa Emma.
Emma terkejut karena tiba-tiba Rio mendekat dan melindunginya dari hantaman gulungan kulit yang lumayan besar-besar itu.
"Rio... Kamu nggak papa?" tanya Emma. Dia menyimpan Gunting dan uppernya kedalam apron lalu berdiri membantu Rio menahan gulungan kulit itu.
"Bentar kamu bertahan ya, aku ambil satu-satu dulu." ucap Emma.
Emma segera memindahkan gulungan itu ke lantai. Sementara Rio masih merentangkan tangannya menahan gulungan lainnya.
Dia memperhatikan wajah cantik Emma lekat-lekat.
"Sedekat ini Emm... Aku rela menderita kaya gini asal dekat sama kamu." batin Rio.
"Makasih ya. Udah nolongin aku." ucap Emma pada akhirnya, seakan dia mulai melupakan dan mengikhlaskan kebejatan Rio padanya.
"Iya... Aku minta maaf ya, kalau udah ngerusak persahabatan kita. Aku nyesel ngelakuin itu ke kamu." balas Rio.
"Iya... Udahlah, asal kamu nggak ngulangin lagi ke cewek lain." pesan Emma.
"Iya aku janji... Btw kamu udah selesai belum?" tanya Rio.
"Oh iya lupa... Aku lanjutin ngegunting dulu ya." ucap Emma.
"Iya... Aku mau nata gulungan ini." ucap Rio. Dia lantas menata gulungan itu ke tempat semula diatas.
"Kamu ngapain kesini?" tanya Emma sambil menggunting sesuai ukuran yang ia butuhkan.
"Sebenarnya rencana awal nggak kesini sih, cuman ke gudang semi, tadi di depan ketemu Mika, dia bilang sama kamu disini, dia balik duluan ya udah pingin nyamperin aja." jawab Rio.
"Oh gitu ... Yaudah balik yuk!" ajak Emma.
"Emm tunggu..." panggil Rio.
"Kenapa?" tanya Emma.
"Ehmm... Nggak, nggak jadi deng." jawab Rio kemudian.
Mereka berjalan kembali ke gedung A. Sesampainya di gedung A 1 Emma masih mengekor di belakang Rio untuk pergi ke Skiving.
Dia mulai memproses material itu dari tahap awal.
"Emma tuh..." ucap Bayu pada Angga.
"Ya kenapa?" tanya Angga masih sibuk dengan material nya.
"Nggak papa, istri kamu cantik Ga." ucap Bayu pada Angga.
"Hahaha... Iya emang." jawab Angga sambil mengalihkan pandangannya pada Emma yang ada di seberang tengah bercanda bersama Seah yang mengerjakan permintaan Emma.
"Udah jangan di liatin, ntar kamu suka sama dia!" kata Angga.
"Diihh nyari penyakit aja. Kan udah ada Alya." kata Bayu.
"Cewek kaya dia, kalau di ranjang gimana?" bisik Bayu.
"Pertanyaan kamu nggak ada yang lain apa?" sahut Angga.
"Enggak soalnya ngebayangin aja hehehe." lanjut Bayu.
"Kayanya otak lu minta di blok juga nih." ucap Angga.
"Enak aja... Nikah aja belum aku, udah mau kamu korbanin." tukas Bayu.
Saat mereka tengah asyik bercanda, Emma sudah berada di sana, dia meminta Angga melakukan bloking pada vamp nya.
"Mas... Tolong blok ini ya, satu aja, duluin ya!" pinta Emma.
"Ini aja?" tanya Angga.
"Iya." jawab Emma.
"Ehemm... Kenapa kisah cinta orang-orang tuh mulus banget ya." sindir Bayu sambil berdehem.
"Pinginn?" tanya Angga.
"Makanya nikah." tambah Emma sambil tersenyum.
"Sial nih couple manas-manasin terus." sahut Bayu.
Angga meraih jemari Emma yang berdiri bebas di sebelah mesin. Emma yang merasa disentuh menoleh, dan dia melihat senyum Angga mengembang disana.
Emma balas tersenyum dan menggenggam balik tangan itu.
Setelah mesin bloking itu terangkat otomatis, yang berarti proses sudah selesai, barulah Angga melepaskan tangannya.
"Sudah .. nih." ucap Angga sambil menyerahkan vamp itu kepada Emma.
"Iya makasih mas..." ucap Emma.
Akhirnya Emma bisa kembali ke Line nya dengan tenang setelah menyelesaikan semuanya.
"Dapat Emm?" tanya Azizah menghampiri Emma.
"Iya Mak... Nih udha aku prosesin sekalian." jawab Emma.
"Wahhh pinter kamu." puji Azizah.
"Mika mana?" tanya Emma kemudian.
"Dia aku suruh ke Cutting desk minta plong 1mm." jawab Azizah.
"Emm..." panggil Azizah.
"Iya Mak, kenapa?" tanya Emma.
"Kamu jangan bilang siapa-siapa ya, ini rahasia kita." ucap Azizah.
"Ada apa sih Mak, nada nya horror banget." sahut Emma.
"Sssttt... Jangan kenceng-kenceng." bisik Azizah.
"Iya... Iya apaan?" tanya Emma nggak sabaran.
"Tadi pas sholat Dhuhur aku ka barengan sama Mika, kamu tau nggak sih, lehernya panuh kissmark parah.. Sampek kaya lebam-lebam gitu, sebenarnya ditutupin sih pas dia wudhu. Tapi kesingkap pas jilbabnya jatuh. Dan dia buru-buru nutupin nya." bisik Azizah.
"Ah.. masa sih Mak, nggak mungkin, orang Mika bilang dia nggak punya pacar kok." sergah Emma.
"Masa dia mau bohong sama aku." lanjutnya.
"Terus kalau bukan mulutnya jantan yang ngelakuin itu, emang dia bisa ngelakuin sendiri?" sahut Azizah.
"Iya juga sih Mak.." jawab Emma
"Aku minta sama kamu, buat peringatin Mika, kalau pacaran yang sehat, jangan sampai kasus nya Ulfa terulang lagi." pinta Azizah.
"Iya Mak... Aku bakalan ngingetin dia kalau ada kesempatan yang tepat." ucap Emma.
Saat dari jauh Azizah melihat Mika sudah datang, dia lantas segera mengambil upper tadi dan membawanya ke depan.
"Ehh mbak Emma udah balik?" tanya Mika.
"Udah Mik, kamu dari mana?" tanya Emma.
"Dari cutting desk nih mbak." Jawab Mika sambil menyerahkan plong nya.
"Yaudah kamu bawa ke emak." ucap Emma.
***
Malam harinya. Bel panjang telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Dan Emma baru saja meninggalkan bangkunya. Dia dan Azizah berjalan beriringan keluar gerbang.
Sampai di luar Angga sudah menanti Emma dengan sabar.
"Maaf ya mas lama... Biasa lah." ucap Emma. Angga tersenyum memaklumi, dia menyerahkan jaket Emma kemudian naik keatas motornya.
"Kita makan dimana Emm?" tanya Angga.
"Terserah mas pingin makan apa." jawab Emma.
"Kita beli lalapan depan gang kos kita aja gimana?" tanya Angga.
"Boleh..." jawab Emma, dia kemudian naik keatas motor dan mereka meluncur ke tempat yang dimaksud.
Sampai di sana Angga segera memesan menu favorit mereka berdua.
"Dimakan sini apa di bungkus sayang?" tanya Angga.
"Sini aja mas... Biar nanti nggak repot nyuci piring di rumah." jawab Emma.
"Kamu bisa aja, mas mau kok nyuci piring buat kamu." kata Angga.
"Ehh nggak usah mas ,nggak papa lagian juga kita udah capek kerja." sahut Emma.
"Iya tinggal pacaran aja ya kan." bisik Angga.
Emma mencubit perut Angga.
"Aduuhh..." sahut Angga.
"Kamu genit sih." bisik Emma.
"Ke istri sendiri sayang, nggak papa lah, daripada ke wanita lain." kata Angga.
"Ya jangan..." kata Emma.
"Nah kan... Makanya." kata Angga.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pesanan mereka datang, dan mereka menyantapnya dengan lezat.
Selesai dengan makannya mereka berdua pulang. Sampai di kontrakan mereka sudah sangat sepi, karena hampir jam 10 malam.
"Sepi banget sayang ya." kata Angga.
"Iya agak horror ya." ucap Emma.
Setelah Angga memasukkan motornya dia lantas mengunci pintu.
Emma merebahkan diri di tempat tidur sambil menyalakan tv.
"Siapa yang mandi duluan?" tanya Angga.
"Mas Angga... Hehehe." jawab Emma.
"Hmmm alasan aja, terus ujung-ujungnya nggak mandi, dingin mas, nggak mandi cuci muka aja." kata Angga sambil menirukan suara manja Emma.
"Ehmmmmm mas Angga gitu deh. Udah makanya buruan, nanti aku kemaleman." ucap Emma.
Akhirnya Angga mengalah, dia masuk ke kamar mandi lebih dulu. Tapi sepertinya dia lupa membawa handuk yang berada di hook belakang pintu.
"Sayang tolong ambilin handuk, lupa." ucap Angga, dia langsung terlintas untuk mandi bersama istrinya. Jadi saat Emma menyerahkan handuk itu, Angga langsung menariknya kedalam.
"Aduuhh mas..." ucap Emma yang jatuh terhuyung pelukan Angga.
"Barengan aja." bisik Angga.
"Nggak mau... Malu." jawab Emma
"Kenapa malu... Toh aku udah liat semuanya kok." kata Angga sambil melepaskan jilbab Emma kemudian menggantungnya di hook, setelah itu mulai membuka satu persatu kancing seragam Emma.
Akhirnya Emma hanya bisa pasrah menuruti kemauan Angga. Mereka mandi bersama malam ini.
Emma yang tengah meratakan sabun keseluruh tubuhnya di kagetkan oleh Angga yang memeluknya dari belakang.
Dia sangat terangsang melihat tubuh basah Emma. Angga memeluknya kemudian tangannya mulai meremas d**a Emma.
Nafasnya berhembus tak beraturan di leher Emma.
"Tuh kan ... Aku udah nebak, mas Angga pasti nggak bisa kontrol." ucap Emma.
"Hehehe iya nih." ucap Angga.
Dia membalikkan Emma, lalu mencium bibir mungil itu dengan penuh nafsu. Tangannya masih beraksi di d**a Emma, sedangkan yang satu lagi bergerak turun menyusuri perut Emma kemudian berhenti di pangkal paha Emma.
Jari-jari itu mulai mencari titik kelemahan Emma. Dia sedikit menusuk dan memutar-mutar jarinya di sana.
Emma mulai terpancing, atmosfer nya seketika menghangat membuatnya ingin mendesah lirih.
Angga menemuka k******s Emma kemudian menekan dan memutar-mutar jarinya disana.
Seketika Emma menggeliat, dia meremas d**a sebelahnya yang terbebas dari tangan Angga sambil mendongakkan kepala.
"Ahhh...." satu desahan lolos dari bibirnh membuat junior Angga makin tegak menantang.
Dia mencabut jari telunjuknha dari k******s Emma lalu mengambil alih kedua d**a Emma.
Sambil meninggalkan jejak di leher Emma, Angga menggesekkan ujung rudalnya ke paha Emma.
"Ehmmmm..." lenguhnya.
Emma meraih junior Angga kemudian mulai mengocoknya, memainkan Biji Angga hingga membuatnya kewalahan.
Akhirnya Angga membalikan kembali Emma membuatnya menungging berpegangan pada tepian bak mandi kemudian memasukkan dari belakang.
"Ahhh maaass....." desah Emma.
"Enak banget sayang." ucap Angga. Dia mulai memompa sambil meremas d**a Emma dari belakang.
Sementara Emma hanya bisa menggigit bibirnya tak bisa menahan kenikmatan ini. Sebelah tangannya bergerak kearah klitorisnya lalu menusuknya dengan jemarinya sendiri dan mulai memainkan ya.
Puas dari belakang Angga mencabut miliknya dan membuat Emma terlihat kecewa.
"Kita ganti posisi sayang." ucap Angga.
Dia merebahkan diri di lantai kamar mandi lalu meminta Emma berada diatas. Emma tersenyum senang karena ini adalah gaya favoritnya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, dia langsung duduk sambil memasukkan batang Angga kedalam liang hangatnya.
"Oouuuhhhh goyang sayang." ucap Angga.
Emma mulai memompa hingga membuat dadanya bergoyang-goyang. Angga segera meraup d**a itu dan melumatnya juga menghisapnya.
"Aaahhhhhh...." Erang Emma sambil membusungkan dadanya seakan meminta Angga melahap semuanya.
Dia memegang dan berkedut beberapa kali, Emma sudah sampai smeemntara Angga belum mencapainya.
"Ayooo sayang... Buat aku keluar juga." ucap Angga.
Emma mencabut miliknya lalu berbalik memunggungi wajah Angga.
"Gilaaaa sayangggg parahhh ini nikmat banget." ucap Angga.
"Kamu belajar dari mana? tanya Angga sambil mendesah tidak karuan.
"Ulfa yang ngasih tau posisi ini." jawab Emma.
"Aaaaakhhhhhh ouuuhhh ahh ahh ahh..." racau Angga.
"Hebat banget kamu sanyangggghhh ahhhh." ucap Anga.
Emma terus menggenjot nya tanpa memberi jeda. Dan akhirnya Angga pun mencapai klimaks. Dan ini adalah penyatuan mereka setelah Emma kembali ke kontrakan.