Dengan kesal Rio meninju tembok, sampai tangannya bengkak. Giginya bergemerutuk.
"Sialan kamu Mika... Berani-beraninya permaluin aku di depan Angga. Tunggu aja, kami bakalan nyeselll." ucap Rio dengan kesal.
Dia duduk di tempat tidurnya, sambil menatap dirinya yang babak belur dihajar Angga.
Rio mengusap sudut bibirnya yang meninggalkan noda darah mengering. Dia menyusun sebuah rencana balas dendam untuk Mika, karena kekesalannya harus dibalas.
Rio meraih jaketnya kemudian keluar menemui teman-temannya, yang dari tadi menunggu kehadirannya di tongkrongan biasanya.
"Ehhh aku ada permainan nih." ucap Rio sambil menerima giliran putaran gelas dari Vodka mix teman-teman nya.
"Widiiihhh apaan tuh? Cewek?" tanya Kiki.
"Cewek Mulu otak kamu." sahut Rio.
"Iya tapi bener sih... Kamu tau kan Mika anak transfer A3 temennya Emma?" tanya Rio.
"Tau... Yang pake jilbab juga kan." kata Kiki (yang lupa Kiki siapa baca bab awal ya).
"Nahhh betul..." sahut Rio.
"Gimana aturan mainnya nih?" tanya Fadhil yang hari ini ikut nongkrong bareng mereka.
"Udah nggak ada aturan-aturan nya, bebas kalian mau ngapain tuh cewek." ucap Rio.
"Okkkee..." sahut mereka bertiga.
"Cuma bertiga doang nih, kami nggak diajak?" tanya yang lain.
"Iya ayooo." sahut Rio.
Setelah menceritakan rencananya lantas dia minum dengan sepuasnya.
sementara itu Angga pulang ke kontrakannya, dia membuka pintu dengan perlahan takut istrinya terjaga.
Setelah melepas sendalnya dia masuk, dilihatnya Emma masih terlelap.
Angga langsung merebahkan diri di samping Emma mengecupnya sebentar lalu memeluknya dari belakang.
***
Pagi menjelang, suara alarm bersahutan dari hp mereka. Emma terbangun dia meraih ponselnya lalu mematik alarm, tak lupa milik Angga juga.
"Mas... Bangun." ucap Emma lirih.
"Kok mas Angga pake Hoodie? Semalam dia keluar?" pikir Emma.
"Mas..." ulang Emma.
Angga hanya mengeliat lalu menarik Emma kembali ke pelukannya.
"Bentar masih jam 5." jawab Angga.
"Mas Angga semalam kemana? Kok pake Hoodie?" tanya Emma.
"Nggak dari mana-mana sayang, dingin aja, mandi kemaleman terus yaudah ambil Hoodie ini." jawab Angga dengan malas karena kantuk.
"Sayang ..." panggil Angga.
"Iya kenapa mas?" tanya Emma.
"Kamu ikutan nggak event di pabrik yang berhadiah banyak banget itu?" tanya Angga.
"Ehmmm emang kamu ikut mas?" tanya Enma.
"Ikut, aku pingin dapat hadiah, buat kamu. Grandprize nya mobil sayang." ucap Angga.
"Ya udah aku juga mau ikut." ucap Emma.
"Kalaupun nggak dapat mobil gak papa mas, dapat uang juga lumayan mas, bisa buat checkout Shoope." jawab Emma.
"Hehehehe..." tambahnya.
"Jadi kita cuma tinggal daftar, terus ikutan event nyanyi random sesuai yang dipilihin panitia, skor terbaik berhak mendapatkan nomor undian gitu?" tanya Angga.
"He em kayanya sih gitu." ucap Emma.
"Berarti ini nanti kita off day ya?" tanya Angga.
"Iya... Sampek 2 hari, tiap ultah perusahaan selalu bikin acara gede." jawab Emma.
"Yaudah ah, ayo bangun mas." ajak Emma.
"Bentar sayang, kamu jangan masuk hari ini ya, perasaan aku nggak enak." pinta Angga.
"Lahhh kenapa mas, tega banget kamu, masa di pabrik rame-rame aku suruh di kos sendirian." protes Emma.
"Enggak gitu sayang, cuma feeling aku nggak enak banget." ucap Angga.
"Pasti ada sebabnya mas, apa emang yang kamu pikirin, kamu bilang sama aku, biar aku pertimbangin mas." ucap Emma.
"Eng...nggak tau juga sih sayang, cuma nggak enak aja perasaan, apa takut kalau nanti pas di event kamu dapat misi nya sama cowok lain, dan aku bakalan cemburu." Angga sendiri menerka-nerka pikirannya.
"Aduuh mas .. kamu ini nggak masuk akal banget deh, yakali cuma nyanyi doang, sambung nada doang nggak ngapa-ngapain kan, masa kamu cemburu?" tanya Emma.
"Soalnya aku cinta nya sama kamu pake banget. Tau nggak kamu itu 1,3,4?" tanya Angga.
"Apa tuh 134?" Emma balik bertanya.
"Nggak ada duanya." jawab Angga sambil mengecup bibir Emma.
"Hmmmm gomballll." ucap Emma tersipu.
"Ya emang ngga ada dua nya kok." kata Angga.
"Iya-iya percaya." jawab Emma.
"Yaudah mas... Aku mau nyetrika seragam bentar ya, punya kamu juga sekalian mas." ucap Emma.
"Iya udah... Makasiih sayang." ucap Angga.
"Ehh kita sarapan apa sayang?" tanya Angga.
Dia bangkit menuju pojok dapur mereka.
"Ada super bubur nih, kita makan ini aja nggak papa kan?" tanya Angga.
"Enggak masalah mas, toh nanti di pabrik juga banyak banget jajanan, kita bisa makan sepuasnya." kata Emma.
"Iya udah... Aku masak bubur nya dulu ya." ucap Angga.
"Masih jam berapa mas, masih lama, nanti ada deh, tapi kalau mas udah lapar ya udah nggak papa." ucap Emma.
Dia mengambil seragam mereka dari dalam almari kemudian mulai menyetrika.
"Ehh Nemu hehehhe..." ucap Emma, dia mengeluarkan sebuah uang kertas 20 ribuan dari saku celana Angga.
"Waahh rejeki istri Sholehah nihhh.. aku ambil ya mas." lanjut Emma.
"Iya buat kamu sayang." kata Angga.
"Kurang?" tanya Angga pelan.
"Enggak mas... Saking seneng aja, beda rasanya Nemu sama dikasih." jawab Emma, dia melanjutnya setrika nya.
"Kalau kurang bilang ya, nanti aku tambahin uang bulanan nya." kata Angga.
"Enggak mas... Lagian juga, semua gaji mas Angga udah di kasih ke aku, aku juga disuruh bawa ATM nya. Udah cukup mas." jawab Emma.
"Kalau misal kamu pingin beli sesuatu kamu bilang ya, biar aku yang beliin, gaji kita, kamu tabung aja, nanti kalau kita punya anak, bisa buat anak kita juga kan." kata Angga.
"Iya mas... Makasih." ucap Emma.
"Tapi aku belum pingin beli apa-apa kok mas." jawab Emma.
"Ya udah kalau pingin kamu bilang ya!" kata Angga.
"Siapppp..." ucap Emma.
Usai menyetrika Emma berangkat mandi dan mengambil wudhu mengejar waktu subuh yang masih tersisa juga Angga.
Sudah hampir setengah 6, Angga juga sudah mandi, dia mengganti baju kemudian menyiapkan sarapan untuk mereka.
Bukannya Emma tidak mau menyiapkan makanan untuk mereka, namun memang Angga yang melarang Emma mengerjakannya. Toh juga masakan Emma nggak karuan rasanya.
"Waahhhhhh enakkk, suka banget. Sayang kamu banyak banyak mas." ucap Emma begitu melihat semangkuk bubur tersaji di depannya.
"Yaudah... Di makan, keburu dingin sayang." ucap Angga.
Namun bukannya makan, Emma justru memeluk Angga dari samping, dan menggelayut di lengan nya dengan manja.
"Hmm... Mau disuapin?" tanya Angga.
Emma menggelengkan kepala.
"Enggak aku bisa makan sendiri mas." jawab Emma masih dengan senyumnya yang menggemaskan.
"Terus... Tumben kamu tiba-tiba meluk, biasanya aku yang meluk. Ada apa nih?" tanya Angga.
"Enggak ada apa-apa, lagi kepingin meluk mas aja, kangen rasanya." jawab Emma.
"Hmmm padahal juga tiap malem aku peluk, kamu aja yang molor nggak ngerasain." kata Angga.
"Hehehhe... Aku tidurnya jelek banget ya mas, pasti nggak estetik. Hahahha." kata Emma.
"Sleeping beauty." jawab Angga.
"Hmmmmm gombal... Yaudah ayo sarapan dulu mas!" ajak Emma.
Mereka berdua lantas menikmati sarapannya.
"Mas... Aku pingin pulang, kapan-kapan kalau libur kita pulang ya, ke rumah aku, terus lanjut kerumah kamu." ucap Emma di sela-sela makannya.
"Siappp sayang." ucap Angga.
Jam setengah tujuh, usai mematikan televisi, mereka berdua berangkat ke pabrik, walaupun off day namun sesuai instruksi mereka tetap dianjurkan memakai seragam kerja. Untuk menghindari non karyawan yang masuk kedalam untuk ikut serta memperebutkan hadiah.
Matahari semakin meninggi, banyak sekali acara di gelar untuk memperebutkan nomor undian.
"Yaaa kali ini saya udah ambil 10 nomor, berdoa saja semoga ini nomor kalian ya, okke nomor satu, Rio gudang semi A, selanjutnya ada Angga Skiving A, Kiki gudang semi A, Seah Preparation A, Hinbi bottom, Alya Assembly B, Emma Stitching A3, Riya Assembly B, Fadhil Cutting dies, Ryan Cutting Dies." ucap Host 1 membacakan nama itu.
"Okkkee yang namanya udah dipanggil silakan naik ke panggung." sambung host 2.
Mereka pun naik satu persatu.
"Nggak nyangka Emm..." bisik Seah.
"Iya se... Nggak nyangka kita bakalan selangkah jadi calon pemenang." balas Emma.
"Ehh suami kamu juga tuh." tunjuk Seah.
"Iya Se... Wahh seneng banget deh." ucap Emma.
Mereka menuruti instruksi host untuk memperkenalkan diri.
"Okke jadi seperti peserta sebelumnya pilih satu pasangan buat sambung lagu, random ya. Kalian pilih sendiri, dan dalam hitungan ketiga kalian harus sudah menentukan pilihan." jelas host 2.
Setelah di persilakan memilih, Angga langsung meraih tangan Emma. Dia tidak mau Rio keduluan mendapatkan Emma.
"Wahhh gercep banget nih, kalian saling kenal?" tanya Host 1.
"Iya ..." jawab Angga.
"Hmmmm gebetan, pacar, atau gimana nih?" tanya Host 2, sementara wajah Emma sudah memerah, karena Angga justru merangkulnya di depan orang segitu banyak.
"Dia adalah... My Duchess." jawab Angga, yang langsung di sambut tepuk tangan dan sorakan meriah dari mereka.
"Kalian udah nikah?" tanya Host 1.
Emma mengangguk.
"Cieeeeee emang ya kalau rejeki nggak akan kemana, mereka ucah cocok banget, ehhh ternyata pasangan halal. Dan rejeki lagi dapat kesempatan barengan diatas panggung." kata host 2.
"Yaudah Angga dan Emma kalian dari divisi apa tadi?" tanya Host 2.
"Saya Skiving, Emma transfer A3." jawab Angga.
"Oooooowww pantesan cinlok, sering minta di block ya?" tanya host 1.
"Iya mas Angga sering bantuin saya." jawab Emma.
"Ooooooo..." sambut mereka.
"Yaudah challenge kalian nyanyi lagu yang asli bikin baper. Dan disambung lagu yang nggak kalah bikin baper juga." ucap Host 2.
"Siapp jadi penampil pertama nggak nih?" tanya Host 1.
"Okke siap." ucap Angga.
"Tadi apa... Lagu yang bikin baper?" ulang Angga.
"Iya bener banget." jawab kedua host.
Angga manggut-manggut. Setelah memilih lagu dan berkoordinasi dengan pemain musik, akhirnya Angga mulai bernyanyi.
"Kok aku yang deg-degan yah." ucap Emma yang terdengar oleh kedua host.
"Looh kok bisa?" Tanya host 2, saat intro Angga mulai terdengar.
"Dia nggak pernah nyanyi soalnya." jawab Emma.
"Kita lihat aja ya, gimana nih hasilnya beneran bikin baper nggak?" ajak host 1.
Here we are under the moonlight
I'm the one without a dry eye
'Cause you look amazing
I'm sorry for whatever I've caused
Before today I knew I felt lost
But now you're my lady
So take my hand now, see me
'Cause you've made me into this man
I promise I'll treasure you, girl
You're all that I've needed
Completing my world
You
You're my love, my life, my beginning
And I'm just so stoked I got you
Girl, you are the piece I've been missing
Remembering now
All the times I've been alone, showed me the way
Led me here, led me home
Right through that door straight to
you
You're my love, my life, my beginning
It's you
Someone needs to come and pinch me now
I just can't believe what I have found
Standing here by me
Giving me the greatest gift you can
Saying yes and now our life begin
Choosing you daily
So take my hand now, see me
'Cause you've made me into this man
I promise I'll treasure you, girl
You're all that I've needed (all that I need)
Completing my world
You
You're my love, my life, my beginning
And I'm just so stoked I got you
Girl, you are the piece I've been missing
Remembering now
All the times I've been alone, showed me the way
Led me here, led me home
Right through that door straight to
you
You're my love, my life, my beginning
It's you
I will never give up on you, girl
Treat you right every night
Make my move, just for you
Wanna do, do this right
You
You're my love, my life, my beginning
And I'm just so stoked I got you
Girl, you are the piece I've been missing
Remembering now
All the times I've been alone, showed me the way (you showed me)
Led me here, led me home
Right through that door straight to you
You're my love, my life, my beginning
It's you
Dia bahkan menyanyikan lagu itu dengan tulus dengan memandang hanya kearah Emma.
"Wahhhh...." gumam Emma sambil menggelengkan kepala tak percaya.
"Wwwwuuuuuu kerennn nggak tuh, ada yang baper gak niiihhh, atau malah pada baper liat pasangan ini?" Tanya Host 2.
"Kita tunggu balesan dari Emma, dia mau bales lagu yang kaya gimana." tambah host 1.
Akhirnya Emma menyanyikan lagu to the Bone, dan baper parah sih.
Mereka mendapat kan next nomor untuk pengundian hadiah, dan bisa dikatakan masih beruntung walau tidak mendapatkan hadiah besar lainnya, Angga masih mendapatkan uang sebesar 2 JT rupiah, yang tentu saja dia berikan langsung kepada Emma.
Acara sendiri berlangsung meriah. Sampai selesai. Mereka berangsur mengurai dari keramaian sampai akhirnya benar-benar sepi.
"Sayang kamu tunggu disini ya, aku ambil motor dulu!" Pinta Angga.
"Iya... Oh iya mas, ini uangnya kamu simpenin ya, aku nggak bawa tas." ucap Emma.
"Oh gitu... Yaudah aku biar aku bawa ya." kata Angga, menerima uang itu dan memasukkan kedalam saku jaketnya.
Setelah itu Angga meninggalkan Emma untuk pergi ke tempat parkir di area gedung B. Sepeninggal Angga, sekitar Emma benar-benar sepi.
Samar-samar dia mendengar suara beberapa orang pria dan tangis wanita diantara mereka.
Emma lantas melongok ke sekitar. Dia berjalan perlahan mengendap ke belakang pos security.
Dan betapa kagetnya dia melihat Mika tengah digangbang oleh Rio dan kawan-kawan nya. Tanpa pikir panjang Emma segera berlari ke arah mereka untuk menolong Mika yang menangis pilu.
Emma membawa pentungan satpam untuk memukuli mereka berlima.
Rio, Kiki dan Fadhil menoleh, begitu melihat Emma yang melakukan itu, dia langsung menarik Emma, dan melecehkan bersama-sama. Dia ditarik dan dilucuti jilbabnya, tak peduli Emma sudah berteriak mereka tetap melakukannya sebagai balas dendam karena tak pernah bisa memiliki Emma selamanya.
"Mika... Tolong." ucap Emma meraih tangan Mika yang bernasib sama seperti dirinya.
Mereka menjamah seluruh tubuh Emma tanpa terkecuali, berbeda dengan Mika yang memilih diam digarap kedua teman Rio lainnya, Emma berteriak histeris dan berusaha melepaskan diri.
Rio justru memukulnya dengan keras hingga membuat bibir Emma berdarah. Seragam Ema sudah tak berbentuk lagi.
Dia meraih pentungan yang tadi dia bawa dan memukul ke arah Rio. Pertahanan mereka melonggar karena berfokus pada Rio yang kesakitan.
Emma mendorong Kiki dan juga Fadhil yang sudah siap dengan rudal mereka.
Emma berteriak histeris sambil lari sekencang mungkin meninggalkan Mika yang ditolongnya, tak peduli pakaiannya sudah nyaris terlepas semua kancingnya.
Dia hanya ingin berlari menjauh dari mereka. Tanpa ia sadari dia sudah berada di jalan raya di depan pabrik, sebuah Taxi online yang tengah melaju kencang untuk menjemput penumpangnya seketika mengerem mendadak dan menghantam tubuh Emma dengan keras.
Angga yang baru saja keluar dari tempat parkir, begitu histeris melihat tubuh kecil istrinya tertabrak mobil.
Dia melajukan motornya dengan kencang dan menghapiri Emma ketempat Emma berada.
"Tadi mbak ini lari-lari dari dalam mas, sambil teriak histeris dan ketakutan, melihat kondisi seperti ini mungkin dia diperkosa orang di dalam, hingga dia ngga sadar ada taxi ini lewat." jelas seorang saksi mata yang merupakan pedagang cilok.
"Emma...." ucap Angga lirih.
"Anggaaa... Apa yang terjadi?" tanya Aji yang menjemput Seah.
"Ji... Bantuin Ji." pinta Angga.
"Kita bawa kerumah sakit." Ajak Seah.
"Mari mas naik taxi saya, saya minta maaf, saya tidak menyadari kedatangan mbak ini, dia muncul begitu saja mas." ucap sopir Taxi.
"Bawa motor kalian, biar aku yang jagain Emma." kata Seah.
Mereka dengan cepat membawa Emma kerumah sakit.
Angga melepaskan jaketnya untuk menutupi pakaian Emma.
Sampai dirumah sakit terdekat, Emma segera mendapatka pertolongan darurat.
"Beruntung pasien tidak mengalami luka fisik yang parah, mungkin satu ja lagi akan siuman, dan akan kami beri tindakan selanjutnya." jelas dokter.
"Makasih dok." ucap Angga.
"Siapa yang udah ngelecehin kamu sayang." gumam Angga.
"Maafin aku, harusnya aku nggak ninggalin kamu sendirian." lanjut Angga.
"Kamu tenang aja Ngga, aku akan bantu urus masalah ini." ucap Seah.
"b*****t emang, aku nggak tau kalau Emma tadi ada di dalam, aku duduk sendirian di depan pos, tau-tau Emma muncul sambil nangis aku juga kaget, aku panggil dia, nggak notice terus akhirnya ketabrak tadi." kata Seah.
"Aku telpon mama sama papa nya dulu ya." ucap Angga.
"Kamu yang sabar ya." ucap Aji.
Angga seperti kebas, dia ingin membunuh pelaku pelecehan itu.
Namun dia akan mengurusi perawatan Emma lebih dulu.
Satu jam kemudian papa dan mama Emma datang, pasangan polisi dan dosen itu begitu syok.
"Maafin Angga ma, Angga gak bisa jagain Emma." ucap Angga.
"Apa yang terjadi Angga? Kenapa bisa begini?" tanya mama Emma.
"Tante... Yang sabar ya, semoga kondisi Emma lekas membaik." Seah menenangkan mama Emma.
"Pa... Angga ingin bicara sebentar sama papa." ajak Angga, mereka sedikit menjauh dari lainnya.
"Apaaaa... Ya ampun Angga, gimana kamu menjaga istri kamu dengan baik hah..." bentak papa Angga.
"Maafin Angga pa, Angga hanya ninggalin Emma sebentar mengambil motor di tempat parkir dan Emma nunggu di depan seperti biasa." ucap Angga.
"Yaudah kamu tunggu sini, biar papa yang urus." ucap papa Emma.
"Ba... Baik pa." ucap Angga.
"Kalau ada apa-apa kamu telpon papa ya." ucap papa Emma.
Tanpa berpamitan pada mama Emma, polisi berpangkat perwira tinggi itu akhirny meninggalkan rumah sakit.
Sementara mama Emma masih berpelukan dengan Seah dalam tangisnya.
"Kamu nggak pernah ajak Emma pulang Angga, mama kangen, tau-tau kamu minta kamu kesini udah kondisinya seperti ini." ucap mama Emma dengan pilu.
"Maafin Angga ma, Angga yang salah." ucap Angga.
Dan benar saja, tidak lama kemudian Emma tersadar, dokter kembali memeriksa keadaan Emma. Namun Emma tiba-tiba berontak dan menangis saat sorang perawat memegang lengannya untuk di periksa tekanan darahnya.
"Sayang... Bentar ya diperiksa bentar." ucap mama Emma berusaha membantu perawat memegangi tangan Emma.
Sementara Angga mendekat untuk menenangkan Emma dengan duduk disebelah Emma sambil menggenggam jemarinya.
Emma justru makin memucat, badannya tegang kemudian mulai berteriak histeris. Dia meronta-ronta untuk melepaskan diri. Tak peduli selang infus masih menancap di tangannya.
"Sayang kamu tenang ya, dokter masih mau memeriksa." ucap Angga sambil mendekap Emma.
Emma yang sudah tidak sanggup lagi meronta akhirnya kembali pingsan.
Mereka semua tertegun.
"Apakah mbak Emma, baru saja mengalami trauma fisik yang berat, apakah dia baru saja mendapatkan penganiayaan atau pelecehan seksual?" tanya dokter.
"I... Iya dok, saksi mata mengatakan kalau Emma keluar dari pabrik sambil menangis dan histeris, sebelum akhirnya tertabrak mobil." jawab Angga.
Jawaban Angga benar-benar membuat mama Emma syok, dia tak bisa berkata apa-apa selain makin menangis.
"Pasien mengalami trauma yang sangat berat, bisa jadi hapephobia, untuk itu kami akan memeriksa lebih dalam lagi, pasien mengalami ketakutan terhadap sentuhan sebagai imbas dari pelecehan yang dia alami." jelas dokter.
"Untuk itu tolong minimalkan kontak fisik dengan pasien agar tidak stres dan kembali pingsan." pinta Dokter.
"Baik dok." jawab mereka.
"Mama kecewa sama kamu Angga." ucap mama Emma sambil menangis.
Aji mengisyaratkan Seah untuk meninggalkan mereka untuk memberikan waktu berbicara pada Angga pada mama mertuanya.
"Hukum Angga ma... Sesuka hati mama." ucap Angga sambil berlutut di hadapan mama Emma.
Tangan mama Emma bersiap menampar Angga dengan kuat. Namun alih-alih menampar justru berhenti di pundak Angga dengan lembut.
"Mana mungkin mama menghukum laki-laki yang dicintai putri mama. Berdiri Angga, mama izinin kamu, kalau kamu mau membalas perbuatan berandal yang sudah merusak mental istri kamu. Berdirilah." ucap mama Emma.
Mama yang bijaksana, dia sadar tak ada gunanya melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya kepada Angga, toh dia juga tidak menginginkan hal ini terjadi pada istrinya.
Angga berdiri kemudian membungkukan setengah badannya.
"Saya janji, saya akan membalas mereka seadil-adilnya ma." kata Angga.
Begitu Emma kembali tersadar, mereka cukup puas melihat tatapan kosong Emma yang masih terus menangis setiap saat tanpa bisa menenangkan nya.
Hati Angga terasa teriris-iris melihat hal ini, ingin sekali dia membiarkan Emma menangis dalam pelukannya, namun apa daya, Emma tidak akan bisa menerima sentuhan itu.
Menurut dokter, fobia spesifik yang tidak mendapat perawatan bisa menimbulkan komplikasi. Pertama, pengidapnya cenderung melakukan isolasi sosial sehingga membuat mereka kesepian, bermasalah dalam menjalin hubungan, pekerjaan, dan pendidikan. Bahkan, bermasalah dalam mengembangkan keterampilan sosial seperti orang lain seusianya.
Kedua, mereka juga berisiko tinggi mengalami penyakit mental lainnya, seperti depresi dan gangguan kecemasan lainnya. Stres hidup dengan fobia yang dimiliki juga bisa mendorong mereka melakukan penyalahgunaan obat-obatan atau kecanduan alkohol. Ketiga, semakin parah kondisinya, semakin besar risiko mereka untuk melakukan tindakan bunuh diri.