Hari sabtu ini pabrik memiliki jam kerja pendek yakni sampai jam 3 sore saja, dan ini merupakan hari terakhir mereka shift panjang di season ini sebelum akhinya masuk low season, Factory akan mengalami perhentian proses produksi sementara atau hanya akan melanjutkan produksi dari order tersisa season ini. Selebihnya akan off sampai pihak customer yang berada di sebagian besar benua Eropa mengirimkan artikel produksi season baru yang kurang lebih berlangsung selama estimasi 1-2 bulan. Hal ini dipengaruhi oleh pergantian musim dari Spring Summer menuju Autumn Winter atau sebaliknya.
Dan dalam fase low season ini, karyawan akan ada yang libur total, ada yang akan masuk dua minggu dalam satu bulan, ada yang bergantian satu minggu masuk satu minggu libur, tergantung dari departemen masing-masing. Emma masih berdiri di depan gerbang A1 menunggu calon suaminya keluar.
"Sayang, gini... hari ini kamu pulang sendiri nggak papa kan? aku juga mau pulang Jember, besok janji aku akan bawa orang tuaku kerumah kamu buat ngelamar kamu." kata Angga.
"Ngelamar..." ucap Emma, terebngong-bengong.
"Iya...kok kamu kaget gitu sih." Angga balik bertanya.
"A...aku kaget aja mas, hehe jadi secepat ini ya, yaudah aku sampein ke mama sama papa, kalau kamu besok bakalan datang sama orang tua kamu mas." jawab Emma.
"Lebih cepat lebih baik... siapa tau kita bisa nikah di low season ini." ucap Angga sambil mengedipkan sebelah matanya.
Emma hanya memonyongkan bibirnya, waktu itu dia bilang mau nabung dulu, sekarang lebih cepat lebih baik.
"Yaudah... yuk aku anter kamu pulang, terus sekalian aku anter kamu ke terminal bus." ajak Angga.
Mereka berdua berjalan beriringan, usai scan, Angga meminta Emma untuk menunggu di depan gerbang saja, karena kalau mengikutinya ke parkir lumayan jauh. Angga nggak mau dong, calon istrinya kecapek an.
Sampai di kos, Emma masuk lalu menganti pakaian kemudian dengaan cepat keluar lagi. Seah yang sedang rebahan karena malam ini dia masuk jam 9, merasa ada yang aneh. Tumben Emma pulang buru-buru, dia melongok sambil membawa sebunngkus camilannya.
"Mau pulang Emm?" tanya Seah.
"Iya Se..." jawab Emma.
"Tumben..." lanjut Seah.
Dia lantas keluar dari kamarnya, lalu melongo melihat Angga sudah duduk manis di kursi dekat gerbang kos.
"Kamu sama Angga Emm?" tanya Seah memastikan.
"Iya Se... habis ini mau dianter ke terminal." jawab Emma.
"Lahhh kamu beneran jadian sama si manusia kulkas?" tanya Seah lagi.
"Mereka bahkan udah mau nikah mbak, duh mbak Seah ketinggalan berita."sahut Alya yang tengah asyik menggoreng telur untuk makan.
"Whatt...kok kamu nggak cerita sih Emm..." gerutu Seah.
"Kok mendadak banget, jangan-jangan kamu... Heh Angga, kamu apain Emma, kenapa tiba-tiba kalian mau nikah?" tanya Seah menginterupsi Angga dengan tatapan sengitnya.
"Udah kamu tuh jangan kebanyakan makan seblak, jadi keracunan seblak kan otak kamu." jawab Angga sekena nya.
"Yeeee... jangan bawa-bawa makan favorit aku dong." sela Seah.
"Yah kamu jahat banget sih Emm... masa iya nikah duluan, tapi menurutku ya bukannya sok tau nih..." ucap Seah yang dengan sengaja menggantung ucapannya.
"Menurut kamu apa?" tanya Emma.
"Menurutku... Kala ku pandang kerlip bintang nun jauh di sana
Sayup kudengar melodi cinta yang menggema
Terasa kembali gelora jiwa mudaku
Karena tersentuh... alunan lagu semerdu kopi dangdut." jawab Seah yang langsung diketok kepalanya oleh Alya menggunakan gagang sendok. "Aduuh payah... emang bener keracunan seblak deh kayanya." kata Alya pada Emma dan Angga. Mereka semua tertawa. "Yaudah aku pamit ya..."ucap Emma. "Okkee ati-ati ya, jangan lupa ntar undangan jangan sampai kelewat di Preparation." teriak Seah, yang hanya dijawab oleh senyuman dan anggukan kepala oleh Emma yang bersiap naik keatas motor. Setelah Emma naik, Angga melajukan motornya menuju terminal. Agak ramai, karena kebanyakan mudik hari ini. "Yahhh.... udah penuh sayang..." ucap Angga. melihat bus yng sudah penuh sesak itu.
"Nggak papa mas, aku udah biasa kok." jawab Emma, sambil melangkah menuju bis. Namun Angga buru-buru menahannya.
"Enggak-enggak, bahaya tau, kamu tuh cewek, kondisi badan lemah, masa iya desek-desakan sambil gelendotan di pintu, nggak kubiarin, kalau kamu jatuh gimana." omel Angga.
"Hmmm... padahal mah Emma udah biasa loh mas, naik di lantai bis cuma sejengkal, dah gitu pegangan di gagang pintu doang." jawab Emma.
Angga terlihat menarik nafas berat lalu menghembuskannya.
"Ya sekarang nggak boleh lagi..itu bahaya sayang, ya kalau kamu nggak ngantuk, kalau ngantuk terus pegangan kamu lepas,kamu bakalan jatuh."lanjut Angga.
"Iya iya... nggak aku ulangi lagi kok."
"Nah itu mas...agak lenggang masih ada beberapa tempat duduk yang kosong." tunjuk Emma pada sebuah bis yang baru saja masuk gate arah Malang.
"Iya kamu hati-hati sayang, kabari kalau udah sampai rumah." ucap Angga tak lupa mencium kening Emma.
"I...iya mas... Assalamualaikum." pamit Emma.
"Waalaikumsalam..." balas Angga, dan dia baru beranjak pulang ketika bus yang ditumpangi Emma sudah benar-benar beralalu dari sana. Setelah memastikan Emma aman dalam perjalanannya Angga pun pulang ke kos nya, tidak berlama-lama, setelah mandi dan mengganti seragam dengan kaos putih berlapis jaket bomber kulit warna hitam, Angga pun memantapkan langkahnya untuk pulang.
---
Sedikit selingan ya Gaiss.. buat yg U 18 MINGGIR YAAA, SKIP AJA, INI MATURE CONTENT!! BED SCENE antara Ulfa sama Rama.
Seperti malam-malam Minggu sebelumnya, Rama selalu mempersiapkan diri menjemput Ulfa di depan pabrik, lengkap sudah dengan membawa sekantong penuh Snack dari minimarket. Bukan tanpa alasan dia baik sama Ulfa, melainkan karena si adik kecilnya sudah minta jatah buat diservis sama kekasihnya yang berdada sekal itu.
Setelah Ulfa keluar dari gerbang, Rama langsung menghampirinya. Rama yang melihat wajah berkeringat Ulfa semakin hard, dia menyuruh Ulfa untuk segera naik ke motornya. Rama membawa Ulfa ke kawasan villa dan motel di daerah tempat biasa Rio CS party.
Setelah check in dengan meninggalkan KTP, Rama membimbing Ulfa mencari kamar sesuai dengan ku ci yang dia pegang. Kamar itu berada di ujung lantai 3. Begitu masuk Rama langsung mengunci pintu. Kali ini imajinasi nya terlalu tinggi, dia bosan main yang sudah terlalu mainstream, jadi di belilah sebuah obat perangsang, yang kemudian dia masukkan kedalam minum Ulfa.
Rama masih duduk santai di sbuah kursi sambil menyelonjorkan kakinya yang pegal karena seharian bekerja dengan berdiri. Dia menyulut rokoknya sambil memperhatikan Ulfa yang mulai meneguk minuman nya, sambil scroll feed i********:.
Awalnya tak ada yang aneh, namun lama-kelamaan Ulfa merasakan ada gelenyar aneh yang merayapi tubuhnya. Dia merasakan sensasi luar biasa pada tubuhnya. Udara terasa panas, hingga membuat Ulfa membuka dua kancing baju seragamnya. Namun perasaan itu justru semakin liar, dia merasakan putingnya tegak menantang. Dia benar-benar mengharapkan sentuhan dan elusan Rama di sekujur tubuhnya.
Ulfa mulai gelisah, dia merapatkan paha untuk menjepit bibir organ intim nya, dia blingsitan sambil sesekali meremas dadanya. Rama tersenyum miring melihat pemandangan itu. Dia mendekat, dan langsung disambut oleh rekahan bibir Ulfa.
Hanya mengecupnya karena dia sengaja mempermainkan Ulfa yang sudah di ujung tanduk, dia bahkan mendesah sambil menggesekkan tangan Rama pada pangkal pahanya.
"Iiisshhh setan lu Ram..." ucap Ulfa tertahan.
Rama hanya menahan tawa setannya.
"Udahhhh sekarang aja Rama.." Ulfa menanggalkan satu persatu pakaiannya lalu menarik Rama.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan lagi, Rama langsung menindih dan melesakkan batangnya pada surgawi Ulfa yang sudah merintih-rintih.
Diluar hujan turun dengan derasnya, jendela kamar mereka mengembun serupa lapisan es yang akan mencair. Rama mengakhiri penyatuan mereka. Dia berjalan ke toilet untuk membersihkan diri. Sementara Ulfa menyusulnya sambil membawa tumpukan pakaiannya yang tadi berserakan di mana-mana.
Setelah mereka berdua mandi dan kembali harum, Ulfa menyalakan televisi. Sedangkan Rama rebahan sambil matanya fokus pada layar game di depannya.
"Ram..." panggil Ulfa.
"Hmmm..."jawab Rama.
"Kamu tuh ada niat serius nggak sih sama aku?" todong Ulfa dengan pertanyaan yang sukses membuat tangan Rama away from keyboard.
"Ya tentu lah Fa... yakali aku cuma nidurin kamu tanpa mau tanggung jawab." jawab Rama. Namun jawaban itu tak kunjung membuat Ulfa lega.
"Kapan kamu mau ngelamar aku, kamu tau, papa aku udah berulang kali coba jodohin aku sama anak temennya." lanjut Ulfa.
"Ya bentar sayang... Ini aku juga masih ngumpulin modal, nikah tuh gak segampang itu, biayanya banyak banget loh, aku juga masih merintis usaha buat dirumah, karena kalau kita udah nikah nggak mungkin kan terus-menerus kerja dipabrik gini, kamu yang sabar dong." ucap Rama.
"Aku takut hamil Ram... Kamu pernah nggak sih mikirin perasaan aku, kamu cuma nganggap aku sebagai tissu kamu doang." kesah Ulfa. Dia kesal karena pembahasan mereka tentang masa depan hanya berakhir sebagai perdebatan saja, Ulfa memilih telungkup menyembunyikan wajahnya. Dia menangis dibalik bantal.
Rama meletakkan ponselnya lalu memeluk wanitanya dari belakang. Dia berbisik di telinga Ulfa.
"Aku sayang banget sama kamu, aku sama sekali nggak pernah ada niatan buat nyakitin kamu, jangan pernah berpikir seperti itu." bisik Rama. Dia lantas membalikkan tubuh Ulfa, didapatinya wajahnya yang sembab dan mata basah dan memerah karena menangis barusan. Rama mendekap Ulfa dengan erat, dia hapus airmata kekasihnya.
"Baiklah... Kita akan menikah di waktu dekat. Kamu jangan khawatir, perasaan aku ke kamu tak pernah berubah dari pertama kali kita ketemu sampai sekarang, maafin aku yang gak gentle jadi laki, harusnya aku udah berani berkomitmen dari dulu." ucap Rama.
Ulfa yang terisak tambah intens mengusap airmata yang makin deras keluarnya.
"Bohong..." bantah Ulfa.
"Enggak sayang... Ini, aku sebenarnya udah siapin ini sejak lama, tapi aku tau latar belakang keluarga kita sangat berbeda, aku takut keluarga kamu menentang hubungan kita." Rama mengeluarkan sebuah cincin dari dalam kotak beludru berwarna merah.
"Jahat banget sih kamu Ram... Papa aku itu, udah minta kamu kerumah, dia minta kejelasan dari hubungan kita, kamu aja yang softboy." omel Ulfa.
"Iya-iya besok pagi pulang dari sini, aku langsung kerumah kamu, beneran aku janji aku akan bawa keluarga aku buat ngelamar kamu hari berikutnya." janji Rama pada Ulfa.
"Benerann... " tandas Ulfa.
"Ya Allah gak percaya banget nih anak... Asal ada syaratnya." ucap Rama.
"Kok pakek syarat sih?" kesah Ulfa.
"Udah deh nurut aja, toh syarat nya gampang kok..." sahut Rama.
"Emang apa syaratnya?" Tanya Ulfa.
"Mau nenen..." ucap Rama, yang tangannya langsung menangkup pada bukit kenyal Ulfa dan mulai meremasnya lagi.
"Dasar mesum..." batin Ulfa.