Romantisnya Angga

1427 Kata
   3 hari pasca dirawat di rumah sakit, hari ini Angga sudah boleh pulang, begitu baru saja tiba di kos kecil mereka, Emma langsung mengeluarkan pakaian kotor Angga dari dalam tas, dan membawanya ke kamar mandi. Setelah memasukkan kedalam sebuah bak berisi air, kemudian Emma menuang deterjen yang tinggal sekali cuci karena sudah habis. "Alhamdulillah masih cukup." kata Emma sambil mengaduk pakaian itu dan menjadikan banyak buih disana. "Aku udah masak nasi tadi pagi, udah beli lauk... mas Angga waktunya minum obat yang kedua di siang hari." kata Emma dalam hati, dia lantas berdiri meninggalkan rendaman cuciannya lalu mengambil piring juga nasi dan lauk untuk Angga. "Sayang..." panggil Angga yang berbaring di atas tempat tidur mereka. "Hmmm..." jawab Emma, dia berbalik dengan membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya. "Kamu sedang apa sih sayang kenapa sibuk banget, sudah kamu juga lelah, istirahat aja." kata Angga begitu Emma sudah berada di sisinya. "Enggak sibuk mas, cuma ngerendam cucian aja, biar gampang nanti nyucinya." kata Emma. "Dicuci besok aja, kamu juga butuh istirahat sayang. Kamu sama sekali nggak ada waktu buat istirahat jagain aku dirumah sakit nggak pernah tidur, masih sempet pulang buat bersihin kamar kos dan nyuci pakaian kotor." kata Angga. "Ya itu kan emang tugas istri mas.. kamu gimana sih." kata Emma. "Tugas apaan... itu bukan tugas, maaf ya jadi nyusahin kamu..." ucap Angga. "Enggak kok mas... yang penting kamu sembuh, aku sedih banget kamu sakit dan harua dirawat kaya kemarin." kata Emma. "Nih.. makan dulu mas, kamu harus minum obat yang siang hari." kata Emma. "Iya makasih sayang... eh tapi mau disuapin sama kamu..." ucap Angga. "Hmmm... manjanya suamiku. Sini sayang sini...aku suapin." kata Emma. Tidak butuh waktu lama, sampai makanan itu habis tak bersisa, Emma mengambil segelas air juga 4 butir obat yang harus Angga minum siang ini. "Ini mas..." ucap Emma. "Iya sayang makasii..." ucap Angga. Setelah meminum obatnya lantas Angga menahan Emma yang hendak melanjutkan cuciannya. "Sayang... udah, kamu capek, kamu juga harus istirahat, sini temenin aku istirahat." kata Angga. "Iya iya... iyaa..." kata Emma lantas berbaring di sisi Angga. "Kamu jangan sakit lagi mas..." kata Emma. "Iyaaa... sayang." jawab Angga, dia membenamkan wajahnya di ceruk leher Emma dan sebelah tangannya berada diatas perut Emma. Tangan yang semula mengusap perut ramping Emma itu kini tiba-tiba terdiam, dan Angga mengangkat wajahnya. Emma melihat kearah Angga, dalam hati dia bertanya, ada apa... Angga yang yang tiba-tiba teringat akan bayi mereka, kembali membenamkan wajahnya di ceruk leher Emma. Lalu memeluk Emma dengan lebih erat. Rasa bersalah itu kian mendalam dari hari ke hari. Mungkin kepergian bayinya dia bisa mulai mengikhlaskan, namun meninggalkan istrinya dalam keadaan kesakitan dan nyaris tak terselamatkan membuatnya terus dihantui rasa bersalah. "Mas kenapa? apa ada yang salah sama aku?" tanya Emma. "Enggak sayang..." jawab Angga. "Ehmmm yaudah, kamu tidur gih, aku mau lanjut nyuci, kalau kelamaan direndem nanti bau tau..." kata Emma. "Bentar..." tahan Angga sambil masih memeluk dan bermanja pada Emma. "Jangan tinggalin aku, kalau aku belum tidur." kata Angga. "Iya iyaa..." kata Emma dia berusaha menepuk-nepuk lengan bertato yang melingkar diatas tubuhnya. Saat Emma rasa sudah terlalu lama menepuk-nepuk, Angga pasti sudah tertidur, dia lantas berusaha memindahkan tangan Angga perlahan. Angga yang sebenarnya sudah tertidur, langsung terbangun, dia kembali merapatkan pelukannya. "Aku belum tidur sayang, udah kamu istirahat aja." kata Angga. Emma kembali pasrah dan menunggu Angga sampai benar-benar terlelap. Namun lama-kelamaan Emma sendiri yang terserang kantuk, dia mulai memejamkan mata kemudian tertidur. Angga yang mendengar hembusan nafas Emma teratur dan tangannya sudah terjatuh tak lagi memegang tangannya akhirnya tersadar kalau Emma ketiduran. Dia menarik selimut untuk menyelimuti Emma, kemudian membuka jilbab Emma perlahan dan menaruhnya diatas nakas. Dia bangun perlahan, mengecup kening istrinya lalu ke kamar mandi dan mencuci semua pakaian kotor yang tadi telah direndam Emma. Usai mencuci dan menjemur, dia mulai masak beberapa masakan kesukaan Emma. karena sudah memiliki kompor portable dia bisa lebih leluasa masak di dalam kamar sambil memperhatikan istrinya yang tertidur. "Setelah menikah denganku dia jadi makin kurus, apakah sebenarnya dia tidak bahagia dengan pernikahan kami? aku terlalu egois memang, hanya aku yang mencintainya, hanya aku yang menyayanginya, lalu dengan seenak hati memintanya menikah denganku, padahal aku tidak bisa menjamin masa depannya akan menjadi lebih baik." kata Angga dalam hati. Hampir petang dan istrinya belum juga bangun. Setelah mengambil jemuran dan menghangatkan masakannya dia lantas mandi. Usai mandi dia melihat Emma belum juga terbangun. Ada ketakutan tersendiri melihat Emma tidur dengan lelapnya. dia lantas melempar handuk begitu saja dan memeriksa keadaan istrinya. "Suhu badannya normal, detak jantungnya normal, nafasnya juga normal... syukurlah aku terlalu overthingking, Mungkin saja dia lelah karena nungguin aku berhari-hari dan minim jam tidur." katanya kemudian. Dia mengambil ponselnya yang bersebelahan dengan ponsel Emma. Tak sengaja dia melihat pop up, pesan dari Rio. "Emm... sorry ganggu kamu, mau nggak nanti jam 7 malam ketemu bentar di FC, ada yang aku omongin sama kamu, jangan kasih tau Angga ya, bilang aja kamu mau beli apa kek." tulis Rio. "Apaan sih nih anak... ganggu istri orang aja." kata Angga, dengan kesal. "Kamu tuh udah di perioritasin, malah ngelunjak dan lecehin dia, terus sekarang kamu mau ketemu sama dia, enak aja... nggak bisa, aku sebagai suaminya ngelarang dia buat ketemu sama kamu." Angga ngedumel sendiri. "Sorry Yo... aku nggak ngijinin dia buat ketemu sama kamu." Balas Angga pada akhirnya. Tidak lama kemudian Emma menggeliat, perlahan dia membuka mata, dia melihat Angga sudah berpindah tempat dari semula berada di sisi kirinya sekarang berada di sisi kanan. "Mashallah aku ketiduran... mas kamu kok nggak bangunin aku sih, gimana rendemaku tadi aduhh..." Emma langsung melompat ke kamar mandi. Begitu melihat kedalam bak sudah kembali ke tempat semula dan tak ada satupun pakaian kotor disana. Dia melihat ke keranjang pakaian, lalu menghampirinya. "Kok... sudah kering dan harum... mas kamu yang nyuci?" tanya Emma. Sementara Angga senyum-senyum sendiri melihat Emma yang panik bangun dari tidur. "Iya aku tadi nyuci, dan udah masakin kamu... makan sana..." kata Angga. Emma menoleh kearah panci yang masih mengepulkan asap dan aroma menggoda dari dalam masakannya. Setelah menghampiri dan melihat kedalam panci, raut wajahnya langsung berubah... seketika semburat ceria terlukis di senyumnya. "Wahhhhh makasihhh banyak mas... benar-benar suami idaman." kata Emma. "Makan yang banyak sayang..." kata Angga dia mengambil sebuah piring dan sendok juga nasi untuk Emma. "Hmmmm pasti... ini kesukaanku mas." kata Emma sambil menerima piring itu. "Aku tau... makanya aku masak buat kamu." ucap Angga, bukan makanan mahal yang menjadi favorit Emma. Melainkan sayur daun kelor, rempeyek udang dan juga sambal tomat. Menu pilihan Emma tiap kali ke warung ibu Angga. "Makasih banyak mas..." ucap Emma memulai makannya. Usai makan dan mencuci piring, Emma berniat mandi karena sudah petang. "Mas aku mandi dulu ya..." pamit Emma. 'Iya sayang..." ucap Angga yang masih sibuk membalas pesan Rio di hp Emma. Usai mandi dan mengganti pakaian Angga ngajak Emma keluar. "Kemana, mas kamu kan harus istirahat, jalan-jalannya kain kali aja mas.." ucap Emma. "Bentar doang sayang ke FC aja kok, nih baca ada Rio yang wa kamu." kata Angga. "Ngapain?" tanya Emma sambil menerima ponselnya, dia mebacanya sekilas lalu menyerahkan kembali ke Angga. "Lahh kan kamu udah bales mas, yaudah ngapain kita kesana, aku nggak minat keluar mas, apalagi ketemu dia dan anak-anak faktory bikin kesel mas." kata Emma, dia memakai jilbab instan yang masih berada digantungkan baju. "Beneran kamu nggak mau..." kata Angga. yang sebenarnya sih dia berniat pamer kemesraan sama Rio. "Nggak mas... males." jawab Emma. Emma mengambil laptopnya dan mulai melanjutkan naskahnya. "Sayang..." Angga yang penasaran pada tulisan Emma mulai gelendotan manja dipundak Emma sambil matanya mengintip ketik an Emma, Emma justru menutup laptopnya. "Ehmm perut kamu kapan sembuh nya?" tanya Angga. "Kenapa?" tanya Emma. "Ya nggak papa nanya aja, emang kamu nggak kepingin..." tanya Angga. "Enggak..." jawab Emma. "Yahh..."keluh Angga dia menjauh kemudian merebahkan diri lagi. "Bercanda mas... pingin kok, tapi sabar ya, biar sembuh dulu luka operasinya." kata Emma. "Hmmm... kepingin cium tapi takut gak bisa ngerem..." kata Angga. Emma hanya tersenyum melihat tingkah Angga. "Sini cium aja nggak papa..." kata Emma pada akhirnya. "Nggak ah, takut kebablasan kan kamu masih sakit sayang.." Kata Angga. "Sini peluk aja..." lanjutnya. Emma beringsut mendekat, tiba-tiba merasakan kram yang lebih hebat dari sebelumnya pasca kuret. "Aduuh mas... Sakit banget." keluh Emma sambil memegangi perutnya. "Kenapa sayang?" Tanya Angga panik. Emma memekik tertahan sambil memegangi perutnya. "Sayang kamu kenapa?" Angga memegangi Emma, dia nggak tau apa yang harus dia lakukan. Beberapa saat Emma terdiam kemudian memandang kearah Angga. "Udah mas... Tadi tiba-tiba kram, terus mungkin keluar gumpalan darah sisa jaringan janin kaya darah haid gitu, aku mau ke kamar mandi dulu mas." Pamit Emma.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN