Tia pun langsung naik dan langsung melingkarkan tangannya dengan erat dan menyandarkan kepalanya dipundakku, membuat para cowo iri melihatnya dengan adegan ini
Sambil menikmati perjalanan aku coba bertanya tentang apa yang terjadi dengannya hari ini sampai jadi hobi ngambek
"yank, kamu kenapa sih hari ini, kok seneng banget ngambek, bahkan kaya dah jadi hobi" (fariel) sambil mengendarai motornya
"gak kenapa-kenapa kok" (Tia) jawabnya dengan sedikit menutupi sesuatu
"yakin, tapi kok kamu kaya menutupi sesuatu" (fariel)
hanya diem dengan memelukku sedikit mengendurkan tangannya dari pinggangku, tapi masih dengan kepala yang menyender dipundakku
"kalau ada masalah cerita jangan dipendam, kan sayang yang bilang kalau aku calon ayah buat anak-ankamu nanti" (fariel)
"tapi ini berbeda, maaf" (Tia)
"oke deh, tapi bukan masalah dari teman-teman mu atau sahabatmu kan atau dariku" (fariel)
"gak kok, ini pribadiku masalahku sendiri" (Tia)
"ok deh, akan ku tunggu sampai kapanpun kamu mau cerita sama masalahmu dengan ku" (fariel)
"iya, jangan sekarang ya" (Tia)
"iya, yaudah pegangannya yang benar yang kuat, biar gak jatuh, karena jalananya menanjak" (fariel)
"iya pangeran" (Tia)
membuat ku tersenyum
"nah gitu, senyum dong, kan mau lihat pemandangan indah, kalau ga senyum pemandangan nya juga gak akan menarik karena ada bidadari yang lagi cemberut, jadi langit pun ikut cemberut" (fariel) ucap panjang lebar untuk menggodain nya
"iiih apaan sih, dasar gombal" (Tia) lalu tersenyum
"nah gitu dong tersenyum, kan langit jadi ikut tersenyum, karena takut kalah manis senyumnya dari bidadari yang sedang memelukku mesra ini" (fariel)
"iiiihhh, gombal" (Tia) sambil mencubit pinggang ku
"ihhh sakit loh yank, kalau jatuh gimana" (fariel)
"makanya jangan gombal mulu, mau jadi raja gombal apa" (Tia)
"iya gak gombal lagi, tapi emang bener senyummu meluluhkan duniaku" (fariel) sambil tersenyum melihatnya dari spion
"ih tuh kan gombal lagi" (Tia) lalu mencubit lagi
"jangan cubit-cubit mulu dong yang, harusnya tuh dielus-elus di sayang-sayang, kan kamu yang suka meluk-meluk tubuhku" (fariel)
"iya pangeran ku tersayang" (Tia)
lalu ngelus-ngelus pinggang dan perut sixpack ku ini di balik kaos
"nah gitu dong" (fariel)
Tia tersenyum sangat lembut dan manis
"adududuh senyumnya bikin terasa indah duniaku lebih indah dari pemandangan manapun dengan melihat senyumnya yang sangat manis" (fariel) lalu tersenyum
"jangan gombal, entar kucubit lagi" (Tia)
"iya bidadari ku, udah ngusap-ngusapnya, pegangan aja yang bener, apa suka ya dengan ngusap-ngusap perutku biar bisa meraba perut kotak-kotak ku ini" (fariel) dengan senyum jahilnya
"iya dong, tau aja pangeran ku, kapan lagi coba bisa merasakan perut kotak-kotak kaya roti sobek (Tia) yang sedang mengusap perutku lalu nyubit lagi tapi dengan cubitan sedikit pelan, karena gak bisa di cubit mungkin tuh perut
akhirnya kita diem untuk beberapa menit, karena sudah sampai di gapura, jadi sekitar 20 meter lagi sampai ditempat tujuan yaitu dibukit
banyak banget yang berliburan kemari jika sore hari apalagi hari minggu seperti ini, bahkan orang yang dari luar kotapun sampai kemari hanya ingin melihat pemandangan Kota Dibalik Awan, hingga membuat jalannya sedikit lambat karena macet karena banyak kendaraan yang terpakir dipinggir jalan
Akhirnya dengan perjalanan yang cukup lama sekitar 2jaman lebih sampai juga di tujuan, karena memang aku mengendarainya tidak ngebut, dan jalanannya juga banyak menanjak jadi memakan waktu yang cukup lama
ku parkiran motorku dipinggir jalan sesuai arahan dari tukang parkir disini, dan tak lupa pula langsung bayar uang parkir, memberikan nomer plat, dan nama kendaraannya untuk dicatat, biar lebih aman, sesuai peraturan parkir yang mereka buat. karena baginya yang punya kertas parkir jika kendaraan kita hilang mereka tanggung jawab, dan bagi yang tidak memiliki kertas parkir jika terjadi dengan kendaraannya mereka tidak bisa membantu karena diluar tanggung jawabnya
Setelah selesai kita berjalan menuju cafe untuk memesan minuman karena cukup haus, tapi ternyata tempatnya begitu penuh, jadi terpaksa nyari makanan seperti kue, atau cemelian di aneka kue di sebrang jalan yang saling berhadapan dengan cafe
setelah didapat apa yang dimau kita lanjut bejalan kaki mencari tempat yang bisa untuk duduk berdua walau dengan sepatu untuk alas duduknya,
setelah didapat tempat yang pas untuk duduk kita pun langsung duduk berdua diatas kayu yang cukup besar tapi sudah dibuat macam tempat untuk duduk para wisatawan yang ingin menikmati suasana bukit, apalagi pas dipinggir tebing yang begitu pas banget untuk melihat pemandangan kearah kota dibawah sana dan pepohonan yang hijau membuat pemandangan terasa semakin indah dipandang. tapi tenang walaupun tebing, tapi sudah di buat dengan pasangan batu dan besi-besi supaya tidak terjadi longsor, karena kalau longsor jalan-jalan yang dibawah sudah pasti tertutup