Kemarahan Jayden

1015 Kata
“Tuan, maaf--”    “Renata! Bawa dia kemari. Saya tidak mau tahu!” bentak Jayden.    Sang pemilik bar dan kedua pelayan pria yang menemani tidak berani berkutik. Jika mereka salah menjawab, tempat mereka bisa saja diratakan saat ini juga.    “Mana dia? Jawab!” teriak Jayden.    Wanita yang akrab dipanggil mami itu mencoba untuk menenangkan amarah Jayden. Harusnya ia sudah paham jika semua ini pasti terjadi. Karena hal ini memang sangat kerap terjadi, setiap papan nama Renata dinaikkan, beberapa menit kemudian pasti pria kaya itu akan datang.    Sesungguhnya wanita paruh baya itu curiga, ada seseorang yang menjadi mata-mata Jayden di tempat ini. Karena dia selalu tahu apa saja yang Renata lakukan di tempat ini.    “Kalian, mau tetap diam seperti ini? Kalian, mau saya yang langsung masuk ke dalam?” tanya Jayden penuh penekanan.    “Renata sudah pergi, lewat pintu belakang Tuan.” Jawaban dari salah satu pelayan yang berada dekat dengan Jay.    Jayden langsung menatap nyalang ke arah pemilik bar. “Saya pastikan, tempat ini besok rata denagn tanah.”    Pria itu bergegas pergi dengan angkuhnya. Tidak mau peduli dengan teriakan sang pemilik bar yang mengejar dan meneriakkan namanya. Beberapa pengawal Jayden mengambil tugas untuk menghalangi orang-orang yang mengejar tuannya.    Mami menekan kepalanya dengan keras, ia tidak menyangka jika masalah akan serumit ini. “Kita harus gimana ini? Jadi gelandangan kita!” teriaknya.    “Tenang dulu Mam. Nanti, kita minta Renata bujuk tuan Jayden. Dia pasti setuju kalo Rena yang ngomong,” ucap salah satu pelayan mencoba untuk menenangkan bosnya.    “Renata ini sumber duit, tapi kalo pas kayak gini nyusahin banget. Pusing kepala!”    ***    Renata kembali ke bar, dengan wajah sayu dan beberapa luka memar di selangka dan sudut bibirnya. Dia memutuskan untuk tidak pulang ke rumah, takut jika Sergio dan Cecylia mencecarnya dengan pertanyaan yang tak akan bisa ia jawab.    “Ren! Tolong Mami, Ren. Rena, ini Mami harus gimana?” teriak Mami panik.    “Mam, kenapa? Terus, di luar banyak alat berat dan beberapa orang datang. Mereka mau apa? Mami mau renovasi?” tanya Renata penasaran.    Mami menggeleng ribut, “Ren, bar kita mau digusur!”    “Kenapa Mam? Mami punya utang?” Renata semakin panik saat beberapa orang masuk, memerintah untuk mengosongkan tempat itu.    “Ren, bilang ke Jayden. Bilang ke dia, jangan gusur tempat ini. Mami bisa jadi gelandangan nantinya,” pinta Mami.    Renata semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Lalu, apa hubungannya dengan Jayden. “Mam, ini kenapa sih? Terus, apa hubungannya sama Jay?”    “Dia ngamuk Ren. Gara-gara kamu pergi tadi, ayo Ren bujuk dia!” pinta Mami sembari setengah berlutut.    Renata langsung menelepon Jayden, namun tidak ada jawaban sama sekali. Ia mengetikkan pesan, namun hanya dibaca tanpa dibalas.    “Mami, tunggu sini ya. Aku ke apartemen Jay dulu,” pamit Renata.    Wanita itu menari tas yang ia letakkan di kursi, berlari dengan cepat hingga menabrak seseorang yang menghalangi jalannya. Wanita itu hampir saja terpental, jika saja seseorang itu tidak menangkap tubuh mungilnya.    Renata mendongak, ia hafal betul siapa pemilik parfum orang yang menangkapnya. “Jay, jangan kayak gini,” lirihnya.    “Tuan, kita mulai dari sebelah mana?” tanya salah seorang yang baru saja masuk ke dalam.    “Dari pintu belakang. Besok pagi, pastikan semuanya sudah rata!” perintah Jayden mutlak.    Renata berlutut, tepat di hadapan Jayden. “Aku mohon, jangan seperti ini. Aku bakalan ngerasa bersalah seumur hidup, kalau kamu ngelakuin hal ini. Aku mohon,” pinta Renata dengan mata berkaca-kaca.      Jayden mengangkat dagu Renata agar wanita itu menatap manik matanya. “Kamu bebas melakukan apa pun untuk hidupmu. Permintaan saya sangat simple, saat kamu bekerja hubungi saya. Apa sesusah itu?”    “Kamu udah punya istri, tolong ngertiin aku. Aku takut istrimu tahu, kalian ini orang kaya. Kalian bisa aja nyingkirin aku dengan mudah. Kalo aku kenapa-kenapa, adikku gimana?” lirih Renata.    Jayden menegakkan pandangannya, “Kalian semua, stop! Tunggu perintah saya selanjutnya.”    Setelah memberikan titahnya, Jayden kembali memusatkan perhatiannya kepada Renata.  “Apa, jika ada klienmu yang sudah memiliki istri lantas kamu menolak untuk tidur dengannya?”    Renata menggeleng pelan, “Enggak, aku salah. Aku bakalan turutin semua mau kamu, asal jangan apa-apakah tempat ini.”    “Jangan pernah menghindari saya. Jangan menolak pemberian saya. Jika kamu membutuhkan uang, hubungi saya. Hanya saya, bukan yang lain.” Jayden membawa Renata ke pelukannya.    “Maaf, saya harus melakukan ini. Saya tidak tahu harus melakukan apa lagi, jangan pernah pergi. Sayang mencintai kamu. Sangat,” lirih Jayden di sela perpotongan leher Renata.    Semua orang yang menyaksikan mulai mengendurkan ototnya yang menegang. Mereka menghela nafas lega, saat tahu jika tempat mereka mencari uang batal diratakan.    “Anda dengar perkataan saya kan? Jangan memberikan Rena kepada siapa pun, tanpa terkecuali. Jika sampai kalian melakukan kesalahan, bukan hanya tempat ini yang akan rata. Tapi, kalian juag!” ancam Jayden.    Jayden menangkup wajah Renata, ia baru saja menyadari jika wanita itu terluka. “Sudut bibir kamu luka. Tulang selangka kamu, lalu di mana lagi? Siapa yang melakukan ini?”    Renata menggenggam telapak tangan Jayden dengan kedua tangan mungilnya. “lupain tentang ini. Setelahnya, nggak akan ada yang mampu nyakitin aku. Aku janji,” lirihnya.    Jayden mengangguk pelan, pria itu membawa Renata masuk ke dalam mobil. Sebelumnya ia sudah memerintahkan semua anak buahnya untuk membatalkan pekerjaan mereka.    Semua penghuni bar menghela nafas lega, akhirnya ruangan kembali lega setelah mereka semua merasakan sesak di dadanya.    “Kalo Gue jadi Renata, mau dijadiin istri ke empat atau lima juga Gue mau. Dengan senang hati,” ucap salah satu pegawai wanita di sana.    “Tau itu, sok jual mahal banget. Padahal dia juga kotor sama kayak kita-kita,” timpal wanita yang berada di sebelahnya.    Mami memukul pelan bahu karyawannya, “Udah-udah, sana balik kerja. Syirik saja kalian ini!”    Semuanya kembali menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing, meninggalkan Lucas yang sedari tadi berjongkok di belakang meja yang berada di sudut ruangan.    Sekarang ia tahu dengan jelas apa pekerjaan Renata. Wanita itu pasti menyembunyikan fakta sebesar ini dari kedua adiknya. Juga tentang Jayden, adik dari ayah Lucas itu yang menjadi klien tetapnya.    “Pasti, hidup kamu berat banget selama ini.” 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN