Kini Segalanya Berbeda

1210 Kata
Sudah tiga hari aku tidak masuk kerja, dan hari ini kuputuskan untuk masuk kerja. Demi untuk menghindari kecurigaan orang, aku turun dari mobil Kak Edo agak jauh dari kantor dan selanjutnya jalan kaki. Sebenernya Kak Edo keberatan, tapi dengan berbagai alasan yang aku kemukakan dia akhirnya setuju. Setelah memasuki gedung pencakar langit itu, aku disambut dengan tatapan sinis bu Ajeng. "Renata, aku hanya mengijinkanmu melihat adikmu bukan bolos kerja, apa kamu mau dipecat, hah!" suara bu Ajeng yang keras membuat orang yang lewat menoleh. "Ikut ibu keruangan!" Lanjutnya tidak memberiku kesempatan menjawab. Setelah puas mendapat ceramah pagi dari bu Ajeng diruangannya, aku bergegas menuju ruang ganti, berganti pakaian dan mendorong alat tempurku berupa pel dan bak berisi air ke loby. Hukuman yang kuterima akibat tidak masuk kerja selama tiga hari tanpa kabar dan datang kesiangan, aku harus membersihkan ruang loby sendirian tanpa bantuan dari siapapun dan berlanjut membersihkan tolet. huft kuhembuskan nafasku kuat, memandang area kerjaku yang sangat luas dan banyak orang berlalu lalang. Kusingsingkan bajuku dan tidak lupa kukuncir rambutku ke atas. Sang putri siap mengepel cayyooo , semangatku dalam hati. Belum begitu lama pekerjaanku kulakukan, ada terdengar suara sedikit gaduh lalu menjadi tegang, aku mendongak. Rupanya sang CEO lewat . Aku berdiri tegap dan membungkukkan sedikit badanku tanda hormat, seperti yang staff lain lakukan. Dia berjalan angkuh, jangankan menoleh, melirikpun tidak. Huft... coba kek aku ditolongin. Katanya cinta tapi liat istrinya menderita cuek aja, coba kek ditarik teriak marah sama yang memberi hukuman, itu... seperti diadegan film korea yang kutonton. Tapi ini, padahal aku ga masuk juga gara gara dia, aku telat kerja juga gara gara dia. Ga ada tanggung jawabnya memang. Aku ngedumbel ga jelas dalam hati. Kuhentakkan keras keras pel kelantai. "Kenapa ,Ren? kamu marah karna dihukum bersihin loby sendirian, hah!" aku kaget mendengar suara bu Ajeng menegurku. Aku menoleh rupanya bu Ajeng sudah berdiri dibelakangku. "Eh, enggak, bu, ini kotorannya susah ngilanginnya" jawabku sedikit gugup. "Ya sudah cepet selsaikan, setelah itu jangan lupa toilet wanita dibersihkan" perintahnya sambil berlalu. "Baik, bu, siap" ah lega dia tidak ngomel berkepanjangan. *** Waktu sudah menunjukkan jam dua belas siang, pekerjaanku sedikit lagi selsai. Setelah istirahat siang aku bisa membersihkan toilet wanita. "Wes, mbak Ren, istirahat dulu. Ben aku yang melanjutkan" logat medok Bayu mengagetkanku. "Nanggung, Yu. Tinggal depan lift itu yang dibersihkan selsai sudah, Tunggu sepi biar ga licin. Sudah kamu istirahat dulu sana nanti diliat bu Ajeng, malah hukumanku ditambahnya lagi" jawabku. "Wes, mbak, rapopo, kasian mbak Renata sudah keliatan capek betul" direbutnya alat pelku. Tiba tiba blukkk, suara benda jatuh mengagetkanku dan Bayu, aku menoleh bersamaan. Kak Edo menatapku tajam. Aku melengos. "Ehmmm..." Rudi berdehem sambil tersenyum. "Sodara Renata, tolong ambil hp saya dan bawa keruangan saya" Edo memerintahkan dengan nada dingin. "Tapi pak, saya masih ngepel dan tangan saya sangat kotor untuk memegang hp bapak" jawabku kesal, ada ada aja perintah bos, ga tau apa kalo aku lagi dihukum. Rudi menatapku dan memerintahkan untuk menuruti perintah sang bos. Setelah meminta Bayu untuk menyelsaikan tugasku, aku memungut hp mahal itu dari lantai dan ngekor dibelakang Rudi. "Mana Hpnya" Pinta Kak Edo begitu sudah masuk ruangannya, nadanya terlihat kesal. Kuserahkan hp itu dan berbalik hendak pergi menyusul Rudi yang telah keluar terlebih dulu. "Siapa yang memintamu keluar, mulai hari ini kamu makan siang bersamaku disini" "Hah, kak Edo ini ada ada aja, nanti kalau diliat orang gimana" jawabku asal "Terserah kamu cari alasan apa, yang penting kamu harus makan siang denganku, tidak ada penolakan" "Baiklah, tapi jangan hari ini pliese..." aku memelas. "Tidak, perintah itu terhitung hari ini, oh ya, siapa laki laki yang bersama kamu tadi? Aku ga suka liatnya" Kak Edo sedikit menekankan kata katanya sambil berjalan mendekatiku. " Oh dia Bayu, rekan kerjaku, Emang kenapa? jangan bilang kak Edo cemburu?" selidikku. Dia kibaskan tangannya "Jika dia menggodamu, aku akan suruh HRD untuk memecatnya" tiba tiba Kak Edo menarik dan memeluk pinggangku. Aku terperanjat. "Kak, nanti kalau Rudi masuk dan melihat kaya apa? malu tau" kataku berusaha melepaskan pelukannya. "Biarkan, dia sudah dewasa tak usah kau hiraukan" balasnya. Tiba tiba "cekrek", suara pintu terbuka dan benar saja Rudi berjalan masuk membawa makanan dan menatanya dimeja dan berlalu pergi tanpa peduli pada kami, tapi tetep saja aku malu. Kucubit pinggang Kak Edo keras hingga dia melepaskan pelukannya. Segera aku duduk dikursi dan mulai melahap makanan. "Hei... kamu tak menungguku" kata Kak Edo sambil mengikuti duduk didepanku "Aku lapar, sedari pagi aku ngepel loby sendirian, ada yang lewat menegurpun tidak" Omelku. Kak Edo hanya terkekeh, diletakkannya banyak lauk keatas piringku. "Makanlah, kamu butuh banyak tenaga untuk melanjutkan hukumanmu" lanjutnya sambil tersenyum. Aku berhenti mengunyah dan mendongak menatapnya. "Kakak tau aku dihukum?" tanyaku tak percaya "He'eh" cuma itu jawabnya. "Ini perusahaanku, tentu aku tau segala sesuatu tentangnya sekecil apapun itu termasuk hukuman untuk pekerja yang bolos tiga hari apa lagi dia belum sebulan bekerja" terangnya Aku hanya mengangguk angguk. Terlalu lapar aku untuk memprotes karena tidak masukku juga karena dia. *** "Mbak Ren" panggil Bayu sambil berlari mensejajariku ketika hendak pulang kerja. "Mbak Ren, wes dipanggil bu Ajeng hurung?" lanjutnya. Aku menghentikan langkahku dan menggeleng. Kupandang wajah laki-laki hitam manis yang terlihat ngos ngosan itu. "Tadi aku dipanggil, mbak. Jare mulai besok kita ditugasne bersihin ruangane pak Edo, mbak" "Hah..." Aku melongo. Ini pasti kerjaannya si Edo itu, huft. "Yo opo, mbak? aku kok Wedi yo? opo karna tadi pas didepan lift itu?" kadang aku sedikit ekstra untuk mengartikan setiap kata kata si Bayu ini , selain medok ya itu tadi, dicampur campur sama bahasa daerah asalnya. "Udah ga usah dipikirin, Yu. Besok ya besok aja, yang penting kita hari ini pulang dulu istirahat" Aku coba menenangkan sedikit kekhawatiran Bayu sambil menepuk bahunya, saat tak sengaja mataku menangkap sosok Kak Edo yang mengawasi dari jauh didekat mobilnya. Aku pura pura tak melihatnya. "Ngebakso yok, Yu. Aku yang traktir" Ajakku "Ayok, mbak Ren. Biar Bayu wae seng traktir ga usah mbak Ren, kan mbak Ren habis kena musibah" "Baiklah..." Aku berjalan beriringan menuju warung bakso yang tak jauh dari kantor. "Wah neng Renata, lama ga keliatan" kata mang Encep penjual bakso. "Iya, mang. Renata sibuk banyak urusan" jawabku sambil tersenyum dan duduk "Sana, Yu. Racikkan bakso neng Renata!" perintah mang Encep. Mang Encep itu pakdenya Bayu, karena mang Encep nikah dengan kakak ibunya Bayu. "Enggih, Mang" bergegas Bayu membuatkan aku bakso. "Makasih, ya..., kamu ga sekalian makan, yu?" tanyaku yang melihat Bayu hanya menghidangkan satu mangkok bakso saja. " Bayu arep bantui pade Ecep disek, mbak, kasian tuh banyak pelanggane datang" jawabnya. Aku menoleh, benar saja ada tiga orang lelaki dewasa yang datang membeli bakso dan akan duduk disebelahku. Aku beringsut menepi. Diurungkannya niat membantu pakdenya dan tidak jadi pergi, dia duduk disebelahku. Aku hanya tersenyum. "Ojo ngguyu, mbak. Nanti jatuh cinta loh aku" katanya dengan mimik serius. Aku tesedak, cepat aku minum dan akupun tertawa "Sudah ga usah macem macem, kerja yang rajin, biar sering kirimin uang ibumu dikampung" kataku sambil tersenyum. "Aku serius loh, suka sama mbak Renata" katanya lagi "Weleh... mana mau neng Renata sama kamu, yu. Neng Renata gelis pissan, lah kamu hitam, yu" kata mang Ecep menimpali sambil terkekeh. Menjelang magrib aku selesai makan bakso, Bayu ingin mengantarku tapi aku tolak, karna diujung jalan sana ada terparkir mobil sport putih yang kutahu siapa pemiliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN