Bagian 1
"Sayang, jangan lupa kita mau nyari undangan nanti siang," ucap antusias seorang gadis bernama Mila.
Ia tengah asik mengobrol lewat ponsel sembari berjalan menuju kantornya.
"Iya sayang, nanti siang aku jemput kamu. udah dulu ya, aku mau lanjutin kerjaan aku."
"Iya,"
telepon pun dimatikan.
Mila duduk seraya melanjutkan pekerjaannya yang sudah menumpuk diatas meja kerjanya. tengah asik bergelut dengan berkas berkas itu, tiba tiba..
"Mila?" terdengar suara yang tidak asing lagi memanggil namanya, Mila pun melihat ke arah suara
"Iya, kenapa lun?"
Luna sahabat Mila sejak duduk di bangku SMU, hubungan mereka sangat dekat. bahkan keluarganya pun sudah menganggap Luna seperti anaknya sendiri.
"Mil, bantuin aku dong! pliss!" ucapnya tiba tiba seraya langsung duduk disampingnya.
Mila menatap bingung sahabatnya itu,
"Emang ada apa?"
"pliss! kamu harus bantuin aku!" Luna terlihat sedikit panik
"Iya, tapi ada apa? kamu tenang dulu, trus cerita ada apa?"
Luna menarik nafas perlahan, mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Aku, mau minta bantuan dari kamu Mil."
Mila menghembuskan nafas kasar sedikit kesal dengan sikap sahabatnya seraya mengalihkan pandangannya dari Luna dan menatap kembali layar datar yang berada didepannya.
"Kamu mau pinjam uang?" ucap Mila tanpa menatap ke arah Luna.
"Ih, kamu buruk sangka sama aku tau gak?"
Mila melirik ke arah Luna, "trus, apa?"
Luna melengkung kan bibirnya sehingga terlihat senyuman diwajahnya.
"Kamu.. bisa gantiin aku gak ke acara perjodohan yang udah diatur orang tuaku?"
"APA?" Mila terkejut dengan permintaan sahabatnya itu
"E-eh, kamu tenang aja! orang tua aku gak akan tau koq, begitupun orang tua kamu, calon suami kamu juga orang yang mau dijodohin sama aku, gak akan ada yang tau kalau sebenarnya kamu yang jadi aku!"
"GAK!" Mila mengalihkan pandangannya kembali ke layar laptop
Luna melipat kedua tangannya seraya memohon,
"pliss!! kalo aku gak datang, orang tuaku bakal marah besar!"
"ya udah, kamu tinggal datang aja, temuin cowok itu!" ucap Mila tanpa menatap Luna.
Kedua mata Luna pun berkaca kaca, "pliss! kamu cuman perlu bertingkah gaje biar dia illfeel sama kamu! dan akhirnya dia ngebatalin perjodohan ini."
Mila menatap ke arah sahabatnya,
"Kenapa gak sama kamu, bilang aja kalo kamu gak mau dijodohin! beres kan?" ucap Mila yang menganggap enteng permasalahan Luna.
Luna pun tertunduk,
"kamu bener, aku seharusnya ngelakuin itu. Tapi jika aku bersikap kayak gitu, keluargaku akan kehilangan investornya."
Mila terdiam,
"Tapi jika pria itu yang membatalkannya, maka semuanya akan baik baik saja. karena itu aku mengandalkan kamu buat gantiin aku, pliss! sekali ini aja!"
Untuk beberapa saat Mila terdiam, hingga ia dikejutkan oleh suara Luna
"Miill!" Luna menggoyangkan badan Mila hingga membuat Mila tersadar dari lamunannya.
"Ya udah,"
"Ya udah apa?"
"Ya udah, aku mau gantiin kamu! tapi ini pertama dan terakhir aku bantu kamu soal yang kayak gini ya!"
"Janji!" Luna mengulurkan kelingkingnya dan disambut oleh Mila.
***
Di sebuah Cafe, Mila sedang menunggu seseorang seraya memainkan minumannya. sudah 15 menit berlalu, namun tidak terlihat sosok pria yang ia tunggu.
Mila pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang,
"Halo, Lun?"
"Iya Mil!"
"Ini udah 15 menit lho, tapi cowokmu itu belum dateng dateng!"
"Eh ralat ya! dia bukan cowokku! dia cuman cowok asing!"
"Ya.. ya.. ya! trus gimana? aku pulang aja ya? kalo kelamaan ntar jamuran!"
terdengar suara tawa Luna dari sebrang sana,
"kamu lagi ngerjain aku ya Lun?"
"gak lah!"
"trus?"
"gini aja, kamu tungguin bentaran lagi aja. kalo tetep gak ada, kamu pulang! siapa tau, emang itu cowoknya yang rada rada agak laen!"
"Ya udah,"
telepon pun dimatikan.
10 menit berlalu, Mila yang mulai bosan pun memutuskan untuk pulang. Namun, baru saja berdiri dari duduk nya, ia dihampiri seorang pria dengan wajah dingin dan datarnya.
"Halo? Apa kamu Luna?" ucap pria tersebut seraya mengulurkan tangan kanannya.
Mila menyambut uluran tangan itu, dan mengangguk pelan.
"s-silahkan duduk,"
dengan wajah datarnya, pria itu pun mulai membuka obrolan,
"langsung saja, aku akan menolak perjodohan ini! aku rasa, kamu juga pasti mengerti kenapa aku menolak perjodohan ini?"
'mana mungkin aku ngerti, aku kan bukan Luna! lagian, siapa yang mau dijodohin sama pria modelan kayak dia?' batin Mila
pria berwajah dingin itu pun berdiri dari duduk nya dan hendak melangkah pergi.
"e-eh, tunggu!"
pria itu pun melihat ke arah Mila, "ada apa?"
"tidak apa apa! tapi lain kali, lebih sopan lah pada perempuan!" Mila pun berjalan melangkah pergi.
***
Mila baru saja tiba di rumahnya, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur. namun tak lama kemudian terdengar suara yang memenuhi rumah.
"Mila!!" teriaknya sahabatnya yang masuk begitu saja kedalam kamarnya
"Apaan?"
"Gimana tadi?"
"Gak gimana-gimana,"
Mila pun melangkah menuju dapur
"eh?" ucap heran Luna
Luna pun mengikuti langkah Mila,
"Maksudnya gimana?"
Mila mengambil segelas air dan meminumnya,
"hey, jawab!" Luna sedikit kesal
"Aku udah bilang gak gimana-gimana Luna! Dia datang trus langsung duduk di hadapanku, setelah itu dia bilang dia nolak perjodohan ini dan udah, dia pergi gitu aja." jelas Mila
"gitu doang?"
Mila mengangguk,
"Aneh," Luna mengernyitkan dahinya
"Ya gak aneh lah! bukannya harusnya kamu bersyukur, ini kan yang kamu mau?"
"I-iya sih, tapi..."
"Udah! yang penting masalahnya udah selesai, ok?"
Luna tersenyum dan mengangguk,
"Makasih ya,"
"Sama-sama, oya.. kamu kenal pria kayak gitu dari mana?"
"Emang kenapa?"
"Gapapa, cuman cara ngomongnya tuh cowok nyebelin sumpah!"
"Ah? masa sih?"
"Iya! dia sok kegantengan banget,"
Luna tertawa,
"Hati hati lho Mil! salah-salah kamu yang jatuh cinta sama tuh cowok!"
Mila menyimpan gelasnya kasar diatas meja hingga membuat Luna sedikit terkejut.
"Jangan sembarangan ya! kamu lupa? bentar lagi aku itu jadi istri orang tau!"
"Iya maaf,"
***
Hari pun berganti,
"Yang, kamu kapan ada waktunya buat nemenin aku fitting baju pengantin?" ucap Mila melalui ponselnya
"Maaf ya, ada banyak hal yang harus diberesin sebelum kita nikah! aku gak mau sampai keteteran, lagian ukuran baju kan udah ada, nanti kan bisa langsung dipake."
"Iya, tapi kan..."
"Udah dulu ya? aku mau meeting dulu."
Telepon pun dimatikan sepihak.
Mila terlihat sedih dan kecewa dengan sikap calon suaminya,
"Aku merasa aku sendiri yang menikah, sedangkan kamu sibuknya gak habis habis." gumam Mila
Ia pun melanjutkan langkahnya menuju ke sebuah tempat yang menjual baju pernikahan.
Dilain sisi,
"Ditelepon lagi sama calon istri kamu ya?" ucap sinis seorang gadis muda yang duduk disamping seorang pria tampan bernama Rendy
Rendy meletakkan ponselnya diatas meja seraya memasang senyuman manisnya, ia menggenggam tangan gadis cantik bernama Deva itu,
"Kamu jangan marah ya! Aku janji, aku akan cari cara untuk batalin pernikahan ini,"
tangan Rendy pun membelai lembut pipi Deva, Deva pun mengukir senyuman tipis di wajahnya.