PART 4

1736 Kata
"Udah siap?" Tanya kak Alan begitu aku masuk ke mobil. "Iyah," aku mengangguk. Kak Alan mengajakku jalan sambil mencari makan siang, kebetulan mommy sedang keluar, mungkin ke rumah temannya. "Kita mau kemana kak?" Tanyaku saat mobil sudah keluar daerah komplek perumahan tempat tinggal kami. "Ke mall, makan siang, nonton, main, gimana?" Haha kelihatannya seru usul kak Alan, akupun mengangguk semangat. Memasuki kawasan salah satu mall, setelah parkir kami segera turun dari mobil, kak Alan menawarkan lengannya sebelum kami meninggalkan mobil, ku sambut dengan semangat, mungkin akan banyak yang mengira kami pacaran kalau dilihat sekilas tanpa memperhatikan wajah kami yang kembar. Kak Alan mengajakku ke area food court, kemungkinan kami akan jalan seharian, ya begitulah rencana kak Alan, jadi kami mau mengisi perut dulu yang memang belum diisi semenjak pulang sekolah tadi. "Sweety tunggu disini dulu ya kakak ke toilet dulu," izin kak Alan setelah kami memesan makanan. "Oke kak," akupun mengambil meja untuk dua orang, sambil menunggu kak alan kumainkan smart phoneku. "Ana?" Refleks mataku tertuju pada asal suara yang kurasa memanggil namaku. "Jacob?" Wah kebetulan bisa ada nih anak disini, apa janjian sama kak Alan? "Alan mana kok sendirian?" Tanyanya setelah mengambil tempat di depanku -yang harusnya diduduki kak Alan-. "Lagi ke toilet," jawabku dan Jacob hanya ber 'oh' ria. "Kirain sendirian tadi hehe," lanjutnya dengan cengiran. "Kenapa kalau sendirian?" kayaknya sih aku udah tau jawabannya hanya memastikan. "Mau ngajak jalan hehe," tuh kan bener, nih orang sebenarnya lumayan manis cuma yah begitulah lebih asik dijadikan teman. "Heh!" orang yang ditunggu akhirnya datang, kak Alan, sudah berdiri dibelakang Jacob, "Minggir eh kursi gue nih," kak Alan berusaha menarik lengan Jacob agar pindah tempat. "Ya elah masih banyak bangku juga Lan," protes Jacob berusaha bertahan di kursinya. "Ambil kursi lain gih, ini tempat gue sama Ana," kak Alan masih ngga mau kalah, akhirnya Jacob menyerah, ia mengambil kursi lain dan bergabung kembali. "Kakak yang ajak jacob?" Tanyaku setelah mereka kelar rebutan kursi. "Ngga lah sweety, kakak kan emang rencana berduaan aja sama sweety," kak Alan sedikit sewot karena kedatangan tamu tak diundang. "Kirain udah janjian disini," ku lirik Jacob yang sudah duduk di meja yang sama dengan kami, ia memasang cengiran khasnya sambil membuka-buka menu. Tak lama pesananku dan kak Alan datang, begitu juga Jacob yang tadi sudah memesan makanan, kami menikmati makan siang kami dalam diam. Kelar makan, sepertinya makin semangat buat jalan sama kak Alan, tapi Jacob? "Habis ini jangan ngekor yah lu, gue mau jalan berdua sama Ana," kak Alan seolah menjawab pertanyaanku, kasian Jacob. "Ahh pelit nih lo sama sohib sendiri," Jacob memasang wajah cemberut, "Ya lo kemana gitu, biasanya kan suka modusin cewe cakep di mall," kak Alan terkekeh. "Gue deketin adek lo aja yah Lan," hadeh kumat nih anak kelakuannya. "Iya biar gue jotos lu," ancam kak Alan pada sohibnya ini yang ku rasa jadi ngga beres gara-gara kenyang. "Hahaha sorry bro," Jacob terkekeh, kemudian dia beranjak dari kursinya, "ya udah gue pergi duluan bro, mau jemput nyokap," Jacob pamit, setelah memasang senyum padaku yang ngga seperti biasa iapun pergi. Ya senyum yang lebih tulus mungkin bukan modus. Setelah jacob pergi, kak Alan menggandeng tanganku mengajak ke bioskop, yang pastinya hari ini akan menyenangkan. ..... "Sweety sayang bangun," aku mengerjapkan mataku mengumpulkan kesadaran, "Udah sampai kak?" Tanyaku dengan suara parau bangun tidur. "Iya, yuk turun," terasa usapan lembut kak Alan di rambutku. Setelah seharian jalan dengan kak Alan kami pun pulang karena hari sudah gelap, namun dijalan pulang aku tertidur, macet dijalan membuatku ngantuk, dan bangun-bangun sudah didepan rumah. Ku lihat jam tanganku sudah jam 9 malam, kak Alan mengajakku masuk ke rumah dengan menggandeng tanganku. "Baby twin mom udah pulang?" walau kami udah usia 18 tahun tapi masih dianggap baby oleh mommy. "Malam mom dad," sapaku dan kak Alan hampir bersamaan pada mom dan dad yang sedang asik diruang tv. "Kalian udah makan malam?" Tanya dad saat kami sudah ikut duduk disofa yang tak jauh dari daddy. "Udah kok dad tadi sebelum pulang," jawab kak Alan sambil merangkul pundakku, ku sandarkan kepalaku ke pundaknya, yah mata ini masih sedikit mengantuk "Ya udah kalian istirahat, Ana udah ngantuk tuh," mendengar ucapan mommy kak Alan mengangguk dan mengajakku ke kamar. "Sweet dream sweety," kak Alan mencium keningku setelah sampai di depan pintu kamarku, kemudian ia beranjak ke kamarnya yang tepat di depan kamarku. Setelah mengganti piyama tidurku segera ku rebahkan diriku di kasur. Baru beberapa menit aku tidur, "Sweety, kakak bobo sini yah," pinta kak Alan yang ngga tau kapan udah duduk di kasurku,    "Heem," gumamku setengah sadar. Mataku semakin berat, aku cuma rasain kak Alan mengambil tempat disampingku dan memelukku sambil mengusap usap lembut punggungku, membuat aku semakin terlelap. *** Saat pagi aku merasa sedikit berat menggerakkan badanku, ku coba buka mataku, dan yang kulihat kak Alan masih nyenyak tidur dengan posisi memelukku 'pantesan susah gerak hehe' pikirku. "Kak, kak Alan," bisikku mencoba membangunkan kak Alan, "Hmm.." kak Alan hanya bergerak sedikit namun masih betah memelukku. 'Aduh ngga bisa gini terus, bisa telat nanti' batinku sambil berusaha melepas pelukan kak Alan. Beberapa menit mencoba akhirnya kak Alan bangun, setelah mencium puncak kepalaku ia langsung kembali ke kamarnya untuk bersiap sekolah, begitupun aku. "Ana, udah beresin tugas matematika?" Tanya Dea ketika aku baru duduk di bangkuku. "Eh apa? Tugas?" Astaga aku lupa tugasku karena kemarin seharian jalan sama kak Alan, "Pasti belum," ledek Dea. "Hehe," aku hanya bisa nyengir, aku memang lupa, mungkin bakal diusir dari kelas nanti, maklum guru matematikanya agak horor, pasrah deh. "Tenang nih udah gue salinin buat lo, karena ngga terlalu banyak soalnya jadi ngga capek nyalinnya," Dea menyerahkan satu buku baru yang sudah disalinkan tugas didalamnya, demi apa sohibku ini seperti malaikat baik banget, "Makasiiiiiihh Deaaaa!" seruku kegirangan sambil memeluknya. "Iya sama-sama tapi jangan lupa lagi," Dea melepas pelukanku, "Eh tapi tau dari mana gue ga buat tugas?" tanyaku heran, "Nih DP BBM lo, kemarin jalan sama kakak lo kan? Pasti pulangnya kecapean trus langsung ambruk dikasur," Dea menunjukan display picture akun chatku, dia memang tahu kebiasaanku kalau sudah asik jalan sama saudara kembarku, ya bukan pertama kali soalnya. "Hehe," ku pasang cengir ku yang ngga jelas mengiyakan hipotesa Dea "thank you so much Dea, gue traktir deh ntar!" ku peluk lagi sahabatku ini, yang memang 'super sekali' kalau kata salah seorang motivator. Jam istirahat aku mengajak Dea ke kantin, janji akan mentraktirnya karna udah jadi pahlawan pagi ini hoho. "Mau pesan apa de? Apa aja yang lo mau gue bayarin," Dea nampak berpikir "Sekalian penjualnya juga gapapa De, bungkus bawa pulang," aku terkekeh setelah dapat jitakan gemas dari Dea. Setelah memesan makananku dan Dea, kami menyapukan pandangan ke seisi kantin mencari tempat kosong untuk makan. Tidak lama akhirnya kami menemukan tempat yang kami cari. Baru saja makanan kami tiba tamu ngga diundang datang, siapa lagi kalau bukan kak Alan, Dio, Jacob dan Geo tentunya. "Kalian udah kayak boyband yah kemana mana bareng," ucapku setelah mereka duduk manis didekat aku dan Dea. Dio dengan santai mengambil tempat di sebelah Dea, sempat ku lihat wajah Dea sedikit merona menyadari itu, kayaknya akan ada pasangan baru nih nanti, batinku sambil melirik calon sejoli ini. "Hahaha… enak aja boyband," kak Alan terkekeh "Dari pada teletubies?" Ucapku asal yang sukses dapat cubitan gemas dipipiku oleh kak Alan, "Mulai berani yah ledek kakak sekarang" kak Alan mengerling sambil memamerkan seringainya, aku hanya terkekeh geli. Seperti biasa ku perhatikan Geo diam-diam lewat sudut mataku, ia nampak tenang sambil menikmati minuman kalengnya, tak terpengaruh dengan kicauan kami dari tadi. 'Huh orang yang misterius!' celetuk batinku. Yah aku akui dia cukup tampan walau wajahnya dingin dan datar, sebelas dua belas lah sama kakakku atau mungkin bisa ku bilang satu sama? aaahh apa aku mulai suka dengannya, aku ngga pernah seintens ini melihat cowo kecuali Dad dan kak Alan tentunya, 'you make me confused Geo!' "Huft," aku mendesah pelan, atau tidak bisa dikatakan pelan karena satu meja bisa mendengarnya. "Ada apa sweety? Ngga enak badan?" Kak alan tampak cemas. "Hehe ngga apa kak," aku memasang senyum agar kak Alan ngga semakin cemas, ia mengusap lembut pipiku dan tersenyum hangat, yah sampai sekarang kak Alan lah yang bisa buat aku nyaman, 'Love you my beloved brother' aku tersenyum lagi padanya. Pulang sekolah aku mengantar Dea ke gerbang sekolah karena ayahnya sudah menjemput, kak Alan sedang ada tugas kelompok maka aku ngga bisa pulang bareng kak Alan hari ini, namun katanya akan ada yang menemaniku pulang, aku ngga tau siapa tapi sesuai kata kak Alan aku bisa nunggu di gerbang. Setelah Dea berpamitan, aku masih menunggu depan pos satpam dekat gerbang, sambil ngobrol ngga jelas dengan satpam sekolahku ini, aku memang biasa gini kalau lagi nunggu kak Alan yang telat keluar kelas, jadi satpam di sekolah kenal denganku. Tak lama sebuah mobil putih berhenti di depan pos satpam, aku tidak menggubrisnya sampai si pemilik mobil membuka kaca kemudi, "Mau sampai kapan disitu?" Tanya sebuah suara yang sangat ku kenal, suara yang bisa membuatku penasaran, suara yang bisa buat aku gugup setengah hidup, ya dia… Geo… "Eh?" aku yang masih bingung dengan kedatangannya tiba tiba mematung dikursiku seperti orang linglung. "Gue mau mengantar pulang adik dari sahabat gue Alan Joseph Pradipta bukan patung selamat datang gerbang sekolah," ucapnya sinis. Aku yang akhirnya tersadar dari kelinglunganku yang ntah dari mana langsung memasang wajah cemberut, 'enak saja dibilang patung selamat datang!' cibirku dalam hati. "Oke Tuan Geovani," aku tak kalah sinis tapi aku belum tahu nama lengkapnya ternyata, ah nanti saja. Rupanya dia yang diminta kak Alan mengantarku pulang, sepertinya akan jadi perjalanan yang panjang... Setelah aku memasang seatbeltku, ia melajukan mobilnya meninggalkan gerbang sekolah. 'Awkward Moment,' mungkin dua kata itu yang menggambarkan situasiku saat ini. Aku masih terus memperhatikan Geo yang masih fokus menyetir di sampingku lewat sudut mataku, tanpa mengeluarkan kata-kata sedikitpun, sekalipun macet atau lampu merah matanya tidak beralih sedikitpun, memandang lurus ke jalan. Sunyi sepi dan membosankan, bahkan radiopun ikut membisu saat ini, nih orang pake batre yah jadi harus irit bicara biar ngga cepat lowbat? Perjalanan ke rumah jadi sedikit lama, selain karena macet juga karena situasi mencekam di mobil #agak lebay yah hehe… Sudah hampir dua jam di mobil, namun macet masih belum berbaik hati, kepalaku mulai pusing, mungkin karena lelah dan ngantuk, aku berusaha menampilkan wajah sebiasa mungkin ngga mau buat tuan disampingku repot kalau tiba-tiba aku mengeluh. Aku masih sesekali memperhatikannya lewat sudut mataku dalam diam, "Kau senang melirik orang lain seperti itu ya?" Eh? Dia sadar? ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN