PART 5

1611 Kata
"Kau senang melirik orang lain seperti itu ya?" Eh? Dia sadar? Astaga tatapan dinginnya itu sungguh horor, sejak kapan dia nyadar coba aku perhatiin? Aku hanya bisa diam menatapnya dengan tatapan yang susah ku gambarkan, wajahnya didekatkan ke wajahku hingga dalam jarak beberapa senti, aku sampai benar-benar terpojok sekarang. Ya Tuhan buat Ana pingsan sekarang... Sepertinya aku bakal kena serangan jantung Dadakan, dia masih memandangku dengan wajah dinginnya, bisa kurasakan nafasnya, ku pejamkan mataku tak berani menatap matanya yang seolah ingin mengulitiku. Ku rasakan tubuhnya menjauh, perlahan kucoba buka mataku, ia hanya menampilkan seringainya, ku atur kembali detak jantungku yang joging sejak tadi. Huh, ingin rasanya ku jitak kepalanya. Ia nampak senyum meledek, walau ekspresi datarnya belum juga hilang "Apa yang lucu?" Tanyaku sebal. "Nope," jawabnya dingin. Mobil mulai memasuki komplek perumahanku, sesampainya didepan pagar aku segera membuka pintu mobil. Saat akan turun tangannya menahan lenganku, 'mau apalagi sih dia? ngga puas ya buat aku hampir tewas gagal jantung?!' Ku lirik dia sebal "apa?!" "Sorry soal tadi" ucapnya datar, sepertinya dia tulus. "Oke," aku segera turun, dan Geo segera melajukan mobilnya begitu aku masuk ke rumah. 'Aaaaaaaaaaaaarrrggghhhh Geooooo bodooooooohhhhh' pekikku dalam hati, ku gigit-gigit gemas bantalku saat aku duduk di kasur, demi kakakku yang super ganteng, kejadian tadi benar-benar absurd!!       Ntah apa yang ada diotaknya 'you make me crazy Geo!!' Kenapa sih dia bisa buat aku terkunci tadi, padahal biasanya kalau ada cowo yang ngeselin kayak tadi langsung ku keluarin ilmu beladiri sabuk hitamku waktu SMP, tapi dia berhasil buat aku beku tadi. "Ada apa nih princess Mom kok cemberut?" karena memikirkan hal tadi aku sampai ngga sadar Mom masuk ke kamarku. "Ngga apa kok Mom," sebenarnya banyak apa apa Mom hueee… "Ya udah jangan cemberut mulu, yuk makan, Mom udah buatin sop ayam kesukaan Ana." "Waaaahh!" aku langsung tersenyum sumringah dan mengikuti Mom semangat ke ruang makan. ***   Jam menunjukan pukul tujuh malam, aku baru saja selesai mengerjakan tugasku yang tidak terlalu banyak, kemudian Mom masuk ke kamarku, "Sayang siap-siap yah kita mau makan malam diluar, sekalian Daddy ada janji sama teman lamanya katanya." "Oke Mom!" Setelah Mom keluar aku segera memakai bajuku apa adanya, toh hanya makan malam aja. Dress simple biru tosca selutut tanpa lengan dengan pita putih manis kecil di bahu ku rasa cocok untuk makan malam keluarga, rambut panjangku kubiarkan tergerai rapi Setelah siap aku segera turun, ku lihat Daddy dan Mom juga udah siap, kak Alan absen dulu katanya menginap di rumah temannya si Dio, walau sebenarnya sedikit kurang tanpa saudara kembarku itu hihi.   Kira-kira 20 menit perjalanan, kami sampai di sebuah restoran, Dad nampak melambaikan tangan ke seorang pria yang sepertinya sebaya dengan Dad, pria tersebut datang bersama istrinya, setelah Dad dan Mom saling bersalaman dan cipika cipiki dengan dua orang tadi yang setahuku adalah Mrs dan Mr Widiyanto. "Ah ini pasti Alana kan? Wah sudah besar ya, cantik lagi, ngga kalah sama kembarannya yang ganteng," sapa tante Clara (Mrs Widiyanto) ramah dan aku hanya tersenyum. "Oh iya Steve, dimana anak kembar kalian satu lagi, Alan?" Tanya Om Dewa Widiyanto pada Daddy. "Sedang tidak bisa datang, biasalah anak sekolah hahaha…" sekilas mereka tertawa bersama dan akhirnya sama-sama duduk di meja yang sudah dipesan. "Ngomong-ngomong anak kalian dimana?" kali ini Mom yang bertanya pada sepasang suami istri Widiyanto ini. "Oh lagi dijalan, tadi habis ada urusan katanya mungkin sebentar lagi datang," jelas tante Clara. "Oh itu dia!" ucap tante Clara dengan matanya memandang ke arah belakangku, panjang umur, baru diomongin udah datang anaknya, tante Clara mempersilahkan duduk anaknya di kursi kosong di hadapanku, Tak ku perhatikan anaknya karena aku sedang mengecek pesan dari Dea, biasalah dia sudah seperti ibuku, memastikanku mengerjakan semua tugas sekolahku. "Nah sayang masih ingatkan sama Alana?" Sontak aku sadar dari kesibukanku membaca pesan Dea saat namaku disebut tante Clara, mataku tepat melihat ke seseorang yang sudah menempati tempat di hadapanku Dan, Deg Deg Geo!! Anak tante Clara??! OhMiGod!!! Kenapa harus ketemu coba?? Aku sampai sulit menelan ludahku saat menatap cowo dingin dihadapanku, "Ya ma kenal kok.." ucapnya dingin seperti biasa. Oh hell tidak bisakah berubah sikap disaat ini saja, maksudku dihadapan orang tua?? Mungkin bukan hal penting buat dia disituasi apapun, oke lah .. "Kenal lah Ma, kan mereka satu sekolah, satu angkatan," om Dewa bersuara. "Oh iya Mama lupa hehe…" semua terkekeh kecuali aku dan Geo yang masih begitulah, "Bagaimana kalau mereka kita jodohin aja?" Ucap tante Clara asal yang berhasil membuatku mendelik. Aku melihat ke arah Mom dengan tatapan minta penjelasan, namun sepertinya Mom sedang tidak peka. "Bagaiman Steve?" Uhh Daddy help me.. "Hahaha… aku sih bagaimana merekanya," aaahhh Daddy pasrah amat sih, buset dah anak masih bau kencur jahe lengkuas atau apalah namanya gini udah main jodoh-jodohan, mungkin sepasang orang tua ini salah makan. Permasalahan jodoh-jodohan masih belum selesai, kupingku masih panas apalagi Dad dan Mom yang ikut menanggapi seolah setuju. AKU NGGA MAU DIJODOHIN! apalagi sama orang muka datar yang ngga pernah melihat aku. NO WAY!! Aku langsung berdiri dari tempat dudukku, semua melihatku termasuk Geo, ya Geo.. "Mom, Ana pulang duluan banyak tugas, Om, Tante, Daddy, semua pamit," pamitku sambil menundukan kepala. "Diantar Geo yah," pinta tante Clara. "Ngga usah tante, naik taxi juga cepet, permisi," aku segera berlari kecil keluar restoran. Ahh andai ada kak Alan sekarang, kakak, Ana butuh kakak. Ku berhentikan sebuah taxi, baru kubuka pintu sebuah tangan menarik tubuhku dan menutup pintu taxi setelah sebelumnya meminta maaf kepada supir taxi, "GEO!!" pekikku kesal pada cowo yang seenaknya ini. "Gue antar lo balik, permintaan nyokap lo sama gue," perintahnya dan bersiap menarikku ke parkiran, namun aku menolak. "Gue bisa balik sendiri!" Aku yang biasa sopan sama dia sekarang memanggilnya dengan gue lo, Dia ngga bergeming tetap menarikku ke arah mobilnya "masuk!" perintahnya tak ingin dibantah, bodohnya aku menurut masuk seolah dihipnotisnya. "Gue bisa balik sendiri, ga perlu repot-repot nganterin!" ucapku dengan nada kesal. "Nyokap lo yang nyuruh gue nganter lo balik," alibinya. "Tinggal bilang aja kalo gue udah duluan balik sebelum lo cegah, mudah kan??!!" Nada suaraku meninggi. "Udah berhentiin aja gue disini, lo balik aja ke restoran tadi!!" Dia hanya diam ngga menanggapi ocehanku sambil fokus menyetir, aku semakin ķesal 'Lo selalu buat gue gugup dan kesal diwaktu bersamaan, kenapa sih lo giniin gue Geo??!!' Teriak batinku, mataku mulai panas karena aku terlalu kesal, namun ku tahan untuk ngga menangis, aku ngga mau dibilang cengeng. Yah beginilah aku, kalau kesalku mulai memuncak aku bisa menangis setidaknya sampai perasaanku lega. "Lo denger ngga sih turunin gue!!" Aku semakin kesal karena tidak digubris olehnya, kesal,  sungguh kesal, perasaanku campur aduk, kesal karena orang tua kami bicara seenaknya, kesal dengan cowok disampingku yang sulit kutebak, kesal kenapa aku harus menyukainya!! Geo sepertinya tidak tahan dengan ocehanku, ia menepikan mobilnya, segera ku buka pintu mobil namun argh masih dikuncinya, "Buka Geo!!" nadaku sedikit membentak. Dia masih menatapku dingin, namun kali ini tidak membuatku gugup karena perasaan kesalku yang besar, "GEO!!" bentakku. "GE... mmppm.." mulutku dibungkam cepat sampai aku tidak sadar, terlalu cepat membuat aku terpaku ditempatku. Aku tersadar, ia tak membungkamku dengan tangannya namun dengan 'BIBIRNYA??!!' dia mencuri first kissku.. Geo.. Nafasku mulai sesak, air mataku mulai membasahi kedua pipiku Geo melepaskan ciumannya lalu memelukku, "Maaf.." bisiknya lembut ditelingaku, aku hanya bisa menangis dalam diam. Seketika emosiku menguap ntah kemana, aku yang sejak tadi meminta turun langsung terdiam, dan Geo melajukan mobilnya kembali, namun tak ku lihat wajah dinginnya lagi, hanya ada wajah sendunya, apa dia menyesal tadi? Ya dia memang menyesal mencium perempuan yang dia pandang sebagai adik sahabatnya.   Sesampainya dirumah aku turun dari mobilnya, "Thanks," hanya itu yang aku katakan tanpa melihat ke arahnya, segera aku masuk ke rumahku dan dia pergi. Mengunci pintu kamarku dan berbaring dibawah selimutku merutuki kebodohanku yang tak dapat melawannya tadi, menangis, ya hanya itu yang dapat aku lakukan sekarang sampai aku terlelap. . . Pagi ini setiap alibiku untuk tidak masuk sekolah ditolak mentah-mentah oleh Mom, ya Mom memang bukan orang yang mudah percaya dengan alibi klasik, "Udah jangan banyak alasan berangkat sekolah!" aku hanya bisa pasrah. Karena kak Alan semalam menginap jadi aku diantar Daddy ke sekolah. Jujur aku sedang ngga mood ke sekolah sekarang apalagi kalau bukan karena Geo, kejadian semalam membuat aku takut ketemu sama makhluk itu. 'Hufft' aku membuang nafas pelan. Jam istirahat Dea memaksa ke kantin, terpaksa kuikuti dari pada diintrograsi ditanya ini itu kenapa ngga mau ke kantin Dan disinilah aku dikantin, mataku menyelidik diam-diam takut manusia es itu ada disini juga, jujur aku belum siap melihatnya. Mataku tidak menangkap tanda-tanda kehadirannya di kantin, syukurlah aku bisa bernafas lega.   Tapi kelegaanku ngga bertahan lama sampai kak Alan muncul, "Hallo sweety kakak kangen!" kak Alan muncul duduk di hadapanku setelah mencium puncak kepalaku, aku hanya tersenyum seadanya, Dea masih sibuk menikmati baksonya. Tak lama Dio dan Jacob muncul, perasaanku mulai ngga enak, "Mana Geo?" Tanya kak Alan pada dua sohibnya. "Bentar lagi datang Lan." Deg Aku harus cari alasan untuk keluar dari kantin ini sebelum manusia itu datang. Namun baru saja aku akan pamit, "GEO..!!" What the... Pandangan kami sempat bertabrakan sebentar lalu ku alihkan ke jusku yang masih setengah gelas, no, aku ngga boleh terpengaruh sekarang. 'Oke relax.. Ana relax.' Aku berusaha memasang wajah 'AKU-RAPOPO.' Namun pertahananku sedikit goyah saat ia sesekali menatapku dingin saat yang lain sedang bergurau menggoda Dio dan Dea. 'Srek,' Aku berdiri dari kursiku, semua memandangku termasuk manusia es itu, "A–Ana ke toilet dulu," pamitku lalu beranjak dari sana tanpa menunggu izin dari yang lain, ya aku ngga bisa disana berlama-lama sekarang untuk saat ini dan entah sampai kapan. Mungkin kalau hanya karena masalah perjodohan aku masih bisa berada disekitarnya sekarang, namun untuk kejadian semalam aku ngga sanggup. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN