BANDIT 6

1282 Kata
Pernikahan Adis dan Kevan tinggal menghitung hari, dan hari ini, weekend, para Bandit berencana liburan bersama seperti saat sekolah dahulu. "Udah siap?" tanya Kevan yang sudah tiba sejak tadi menjemput Adis, "Udah yuk," Adis menenteng tas punggungnya mendahului Kevan masuk ke mobil Kevan. Cukup lama karena macet yang lumayan memusingkan, akhirnya keduanya sampai di tempat tujuan, Vila milik keluarga Pradipta. Adit dan istrinya, serta Edo dan Al sudah sampai lebih dulu. "Tuh calon pengantin baru sampai," ujar Edo begitu Adis dan Kevan tiba, "Lama amat Dis," gerutu Al, Adis menjitak pelan kening Al lalu memeletkan lidahnya, "bukannya jawab malah ngeledek," cibir Al namun tak dihiraukan Adis yang terus berjalan menuju kamarnya untuk menyimpan tas miliknya. "Dari mana dulu kalian tadi?" tanya Adit pada Kevan yang masih berada bersama mereka. "Di jalan lumayan macet, jadi mampir dulu beli makan buat Adis tadi," jelas Kevan yang direspon dengan anggukan oleh Adit, "Ya udah masukin tas lo dulu Van," lanjut Adit, Kevan mengacungkan jempol lalu masuk ke kamar yang ditunjuk Adit untuk dirinya. ..... "Adis mana Van?" tanya Edo begitu Kevan datang bergabung dengan yang lain, sudah ada Adit, Citra, Edo dan Al di sana. Kevan menggedikan bahunya, "ketiduran mungkin, coba gue lihat dulu," Kevan beranjak menuju kamar Adis untuk mengecek tunangannya. "Dis," panggil Kevan di depan pintu kamar Adis, namun tidak ada jawaban sama sekali. Setelah tiga kali memanggil dan tidak ada respon, Kevan mencoba membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci. "Dis?" panggil Kevan sambil menyapukan pandangannya ke seisi kamar yang nampak gelap karena gorden kamar yang tidak dibuka serta lampunya dimatikan. Kevan menyalakan saklar lampu, dan benar saja Adis sedang tertidur di kasurnya. Kevan mengusap puncak kepala Adis, menatap wajah polos Adis saat tidur, mencium sekilas kening Adis lalu perlahan keluar dari kamar agar tidak mengganggu istirahat Adis. "Tidur?" tanya Adit begitu Kevan kembali, Kevan mengangguk lalu mengambil tempat duduk di samping Al. "Cape banget kayaknya dia, semalam pulang lewat tengah malam soalnya," jelas Kevan, ya Adis memang baru pulang sekitar pukul 2 pagi, itupun karena salah satu rekannya yang mau menggantikannya dan memintanya untuk pulang. Kemarin Adis memang menangani beberapa pasien gawat hingga lupa istirahat dan hampir menginap di rumah sakit. Hari ini pun Adis dapat ikut serta weekend karena paksaan Kevan yang tidak tega melihat Adis kurang tidur semalaman. ...... Sorenya Adis bangun dari hibernasinya selama beberapa jam, dengan mata setengah memejam karena nyawa yang belum terkumpul, Adis berjalan keluar kamar untuk mencari minum. Baru beberapa langkah berjalan, langkah Adis terhenti karena keningnya terantuk sesuatu yang keras namun tidak membuatnya sakit. "Ng?" gumam Adis mencoba membuka matanya sedikit, "Hei princess, kamu mau cium tembok, hm?" Adis mendongakan sedikit kepalanya, menatap dengan mata yang masih setengah terbuka untuk melihat siapa yang ia tabrak, "Kevan," ternyata yang Adis tabrak tadi adalah d**a bidang Kevan. Kevan tersenyum geli melihat tingkah Adis yang dalam keadaan setengah sadar, "mau ke mana sayang?" tanya Kevan sambil mengusap lembut kedua pipi chubby Adis yang selalu menjadi sasaran cubitannya jika sedang gemas pada kekasihnya ini. "Minum," ucap Adis setengah berbisik namun masih dapat didengar Kevan, Adis menyandarkan keningnya di d**a Kevan karena masih belum benar-benar bangun saat ini. Kevan memeluk erat Adis lalu menuntunnya kembali ke kamar. "Jangan keluar kamar dulu kalau belum benar-benar sadar, biar aku ambilkan minumnya," Adis hanya mengangguk sambil duduk di kasurnya, mengumpulkan kesadarannya. "Cepet nikahin deh dari pada mesra-mesraan mulu," ledek Al yang kebetulan bertemu Kevan saat turun tangga menuju dapur Vila. "Bentar lagi gue, lha lo sendiri kapan," Kevan balik meledek, "haha rese lo," Al meninju pelan lengan Kevan lalu pamit ke kamarnya, sedangkan Kevan kembali ke tujuan awal, mengambilkan minum untuk princess tercintanya. ....... Malamnya, para bandit dan Citra berkumpul di halaman belakang Vila untuk party barbequ. Para pria bagian memasak, sedangkan Adis dan Citra hanya membantu sedikit karena membiarkan para prialah yang memasak untuk mereka malam itu. "Coba deh," Kevan menyodorkan potongan daging ke mulut Adis yang langsung diterima oleh Adis, "enak?" tanya Kevan penasaran, Adis memasang ekspresi berpikir sambil mengunyah daging yang tadi disuapi Kevan. Dua jempol Adis terangkat dihadapan Kevan, "mancaps," ucap Adis membuat Kevan tersenyum sumringah, sekilas Kevan mengecup puncak kepala Adis lalu kembali memanggang daging dengan para pria yang lain. Adis memainkan gitar yang memang sengaja ia bawa, disampingnya, Citra, memandang ke arah Kevan dan yang lainnya sambil menikmati teh hangat yang tadi diberikan Adit untuknya. "Kevan romantis ya Dis," ujar Citra yang membuat Adis mengalihkan perhatian dari gitarnya. Adis menanggapi dengan senyuman, "beruntung deh kamu bisa sama Kevan, semoga kalian langgeng terus yah," Citra memberikan senyuman hangatnya seraya menepuk pundak Adis. Adis membalas senyuman Citra, "thanks Cit, kamu juga yah," Citra mengangguk sekilas masih dengan senyum dan Adis kembali sibuk dengan gitarnya. Sesekali Adis bernyanyi ditemani Citra, sedangkan Kevan dan yang lain masih sibuk memanggang sambil mengobrol ringan antar pria. Begitu masakan selesai, mereka melanjutkan dengan acara makan malam bersama. Obrolan kembali terjadi, suasana yang masih tidak berubah, sama hangatnya seperti saat sekolah dulu, ya itulah yang Adis rasakan saat ini. "Kalian curang nih, tau gini gue ajak pacar gue deh," gerutu Al ditengah percakapan, "Yee yang suruh ngga bawa siapa?" cibir Adis, "Kan ngga bilang kalau boleh, kirain bandit aja," Al masih ngga mau kalah, "Memangnya Kevan bukan Bandit? Dan ngga mungkin kan Adit ninggalin Citra sendirian di apartemen mereka?" Al diam membenarkan, sedangkan yang lain geleng-geleng sambil terkekeh. Masih ngga berubah mereka, setidaknya begitulah pikiran yang lain melihat debat singkat Adis dan Al. "Kapan coba kalian kalau ketemu ngga debat kayak mau pemilu?" sindir Adit, "Ntar kalau Al jadi ibu-ibu kalem," sahut Adis dengan wajah innocent sambil mengunyah daging yang baru saja masuk ke mulutnya, "Bu Ketua sadis," Al menekuk wajahnya, "tapi biarlah, ntar kalau udah nikah juga ngga bakal Adis menyiksa gue lagi," Al tersenyum puas, seolah penderitaannya akan berakhir jika menikah nanti. "Kata siapa?" tanya Adis, "Kata gue lah bu, kalau gue udah punya istri lo ngga mungkin bully gue lagi," Al tersenyum puas, "Yakin lo Al?" sela Kevan, Al menatap Kevan bingung, Adis melirik Al dengan smirk horrornya, membuat senyum Al sekejap luntur, "oke gue kalah, gue rela, gue ikhlas," ucap Al pasrah sambil merantukan pelan keningnya ke meja kayu dihadapan mereka, "apa salah hamba Tuhan?!!" yang lain terkekeh mendengar ucapan Al, sedangkan Adis melanjutkan makannya dengan wajah tak berdosa. "Sabar ya nak," Adit menepuk pundak Al lalu kembali terkekeh. ................. "Belum tidur?" Adis menoleh mencari sumber suara saat dirinya tengah melamun di pinggir kolam renang. "Dit," Adit tersenyum dan ikut duduk disamping Adis. "Citra udah tidur?" tanya Adis saat sadar Adit hanya datang sendirian tanpa istrinya. "Iya udah duluan tidur dia," Adit tersenyum lalu mengusap puncak kepala Adis, "Kevan mana?" Adit balik bertanya, "Tadi sih di sini, tapi udah tidur duluan, soalnya seharian dia kan belum istirahat," jelas Adis, Adit hanya mengangguk. "Lo sendiri ngga tidur?" Adit bertanya lagi, Adis menggeleng pelan, "belum ngantuk," jawabnya singkat. Keduanya hening sejenak menatap langit malam. Adis menyandarkan kepalanya di pundak Adit, Adit merangkul pundak adik kembarnya masih dengan saling diam. "Biar gini dulu ya Dit, kangen gue berdua sama lo," Adis terkekeh pelan begitu pula Adit, keduanya saling menikmati waktu berdua yang mungkin akan sangat jarang mereka dapatkan kembali nantinya. "Jangan berubah ya Dit--" ucap Adis dengan menggantung di akhir kalimatnya, namun Adit tak berniat bertanya, menunggu Adis melanjutkan ucapannya, "keadaan mungkin berubah, tapi kita jangan berubah ya Dit, seperti hari ini ketika semuanya sama seperti dulu, sempatkan waktu untuk berkumpul lagi seperti ini nantinya." Adit mengeratkan rangkulannya begitu Adis menyelesaikan kalimatnya, "ngga akan Dis, ngga akan ada yang merubah kita, di keadaan apapun." Adis tersenyum kecil, tak lama keduanya saling pamit kembali ke kamar masing-masing sebab malam semakin larut. Mereka butuh istirahat karena esok masih banyak hal yang harus dilakukan. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN