BANDIT 7

1586 Kata
Menghitung hari menuju pelaminan, Adis sudah merasa gugup. Lusa, dirinya resmi menjadi istri seorang Kevan Wijaya. Perasaan senang, bahagia, sekaligus nervous campur aduk saat ini dalam hatinya. "Tenang saja Dis, wajar kalau calon pengantin tegang menjelang hari H" Citra terkekeh kecil dibalik gaun pengantin yang di pegangnya, Citra merasa melihat dirinya beberapa waktu lalu sebelum acara pernikahannya dengan Adit, sama seperti Adis, sangat gugup. Adis ikut terkekeh mendengar penuturan kakak iparnya ini. "Cepet banget kayaknya, tau-tau udah hari H, Cit," Adis menghela nafasnya pelan. Citra sangat paham apa yang Adis rasakan saat ini. Keduanya sedang berada di butik untuk mencoba gaun pengantin Adis yang sudah dipesan beberapa waktu sebelumnya. Butik yang sama saat Citra memesan gaun pengantin. "Ayo dicoba dulu Dis gaun pertamanya," Citra menyerahkan gaun putih yang lumayan berat pada Adis. Adis segera membawa gaunnya ke kamar ganti, tak lama Adis keluar dengan sedikit kerepotan karena bagian bawah gaunnya cukup panjang dan mengembang. Gaun yang Adis pakai melekat pas ditubuh mungilnya, tanpa lengan hanya menutup dari dadanya sehingga mengekspos bahu putih miliknya. "Kamu cantik banget Adis, pasti Kevan pangling deh nanti di altar," ucap Citra dengan nada kagum, Adis hanya tersenyum tersipu, ini pertama kalinya dalam hidupnya memakai gaun cantik seperti ini mengingat bagaimana karakter Adis. "Nah sekarang coba gaun kedua untuk resepsi," Citra kembali menyerahkan gaun dengan warna berbeda pada Adis, warna merah. Kembali Citra dibuat kagum saat Adis keluar dari kamar ganti memakai gaun yang sama panjang dengan gaun sebelumnya. Gaun dengan warna merah yang kontras dengan kulit putihnya melekat pas di tubuh Adis, "Cantik banget Dis," Adis kembali tersenyum mendengar pujian Citra. Setelah merasa semua gaunnya pas, Adis dan Citra melanjutkan mencari makan siang karena tadi pagi Adis tidak sempat sarapan. Hari ini dirinya memang tidak ke rumah sakit karena harus menyelesaikan semua persiapan pernikahannya, maka Ana sengaja memberinya libur sampai acara pernikahannya selesai. Undangan sudah disebar dari dua hari lalu, saat ini Kevan juga masih mengurusi gedung resepsi pernikahan mereka, Kevan yang turun tangan sendiri memantau persiapan dekorasi gedungnya, sedangkan Adis hanya membantu beberapa bagian saja. "Ngga sabar deh lihat kamu jadi ratu semalam Dis," ujar Citra saat keduanya tengah menikmati makan siang di satu restaurant usulan Adis. "Akunya yang deg degan Cit," Adis menepuk pelan dadanya, Citra tersenyum kecil melihat kegugupan adik iparnya, "ngga apa Dis, wajar kok," Citra terkekeh kecil, begitu pula Adis. Keduanya kembali menyelesaikan makan siang mereka karena setelah ini masih ada hal yang harus mereka kerjakan lagi. ....... "Bagaimana persiapannya semua?" tanya Ana pada putri bungsunya setelah Adis sampai di rumah, setelah makan siang tadi Adis sempat menemui Kevan ikut melihat gedung yang akan mereka pakai, setelah itu dirinya sempat ke salon lalu mengantarkan Citra pulang setelah sebelumnya mampir makan malam lebih dahulu. Cukup macet dijalan sehingga jam 10 malam Adis baru sampai di rumah. "Hampir selesai semua Ma, Mama belum tidur?" tanya Adis ikut duduk bersama Mamanya di ruang keluarga, "Nungguin Adis, ya sudah bersihkan badan lalu tidur, besok masih banyak yang harus dikerjakan lagi," Ucap Ana, "Oke Ma," Adis mencium pipi Ana lalu beranjak ke kamarnya. Rasanya baru kemarin melihatnya masuk Taman Kanak-Kanak, sekarang sudah melihatnya akan menjadi seorang pengantin. ......... "Adiiis ayo bangun sayang!" pekikan Ana mau ngga mau membuat Adis terbangun, diliriknya weker kecil di samping tempat tidur, pukul 5 pagi. "Ng, ada apaan sih Ma," Ucap Adis setengah menguap saat membukakan pintu kamarnya, "pagi banget mama udah mandi," lanjut Adis saat melihat Mamanya yang sudah wangi. "Kamu mau gaya seperti itu sayang naik ke altar nanti?" sela Geo yang lewat di belakang Ana, Mata Adis seketika terbelalak, menepuk keningnya lalu masuk ke kamar mandi, "b**o! Kok gue pikun!" umpatnya pada dirinya sendiri, Ana hanya terkekeh kecil sambil menggelengkan kepalanya lalu pergi ke kamarnya untuk kembali bersiap-siap. Pukul 8 pagi, Adis sudah di dandani oleh kenalan Ana yang memang ahlinya dalam make up. Gaun putih yang dua hari lalu dicobanya sudah melekat di tubuh Adis. Rumah Adis nampak ramai dengan beberapa kerabat jauh keluarganya. Adis semakin tegang saat ini, hanya tinggal menghitung jam sampai dirinya menjadi istri sah Kevan. ..... Pukul 11 pagi, acara sakral pernikahan Adis dan Kevan telah selesai. Dengan lancar dan yakin Kevan dan Adis berhasil mengucapkan janji suci pernikahan mereka. Ada rasa lega dihati keduanya, acara tersebut ditutup dengan Kevan mencium Adis sebagai istri sahnya. Ana tidak dapat menahan haru melihat anak bungsunya kini sudah menjadi istri orang. Disampingnya, Geo, hanya dapat mengusap sayang punggung Ana yang terlihat menangis bahagia. Acara resepsi dilaksanakan nanti malam, Adis dan Kevan kini sudah berada di hotel tempat pelaksanaan resepsi. Tangan Kevan tidak pernah lepas dari pinggang Adis, ia tahu bagaimana susahnya Adis berjalan dengan gaun seperti itu, sehingga Kevan harus mengikuti kecepatan jalan Adis sambil membantu gadis yang beberapa waktu tadi sudah resmi menjadi istrinya. "Kamu mau mandi dulu?" tanya Kevan begitu keduanya sudah duduk di atas tempat tidur king size di kamar yang mereka pakai. "Iya, mandi dulu baru tidur sebentar, persiapan tenaga untuk nanti malam Van," Adis terkekeh kecil, begitu pula Kevan, "Baiklah, kamu mandi duluan Dis, aku berbaring sebentar," lanjut Kevan, setelah mengiyakan ucapan Kevan, Adis langsung menuju ke kamar mandi. Usai mandi, giliran Kevan yang membersihkan badan. Adis merasa segar setelah membersihkan tubuhnya, sambil menunggu Kevan, dirinya berbaring di kasur. Namun tak lama Adis pun terlelap sebelum Kevan menyelesaikan acara mandinya. "Dis, kamu ma-" ucapan Kevan terpotong saat keluar dari kamar mandi ketika melihat Adis sudah tertidur, Kevan tersenyum simpul, berganti pakaian lalu duduk di samping Adis berbaring. Dengan lembut Kevan mengusap rambut coklat panjang Adis, sangat perlahan karena takut membangunkan Adis. "Hai istriku," bisik Kevan sangat pelan sehingga hanya dirinya yang dengar. Kevan mengambil tempat di sisi lain tempat tidur yang kosong untuk menyusul Adis ke alam mimpi. ....... Ketukan pintu kamar membangunkan Kevan, dengan setengah mengantuk dirinya membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang. "Mama?" terlihat Ana sudah dengan kebaya merahnya berdiri di depan pintu kamar yang ditempati Kevan dan Adis, "Lha kalian kok belum siap? Ini sudah jam 3 lho, acaranya kan jam 5, mana Adis? Suruh bangun Van, sebentar lagi mau di make up itu," ucap Ana panjang lebar, Kevan hanya memberikan cengiran sambil mengusap tengkuknya, "iya ma, Kevan bangunin," Kevan menutup pintu setelah Ana pergi, lalu membalikan badan melihat istri tercintanya masih tidur nyenyak. Sebenarnya Kevan ngga tega membangunkan, tapi mau tidak mau karena mereka harus kembali bersiap untuk acara resepsi. .......... Tamu sudah berdatangan memenuhi ballroom hotel tempat acara resepsi dilaksanakan. Instrumen piano dimainkan menyambut masuknya kedua mempelai ke dalam gedung menuju kursi pelaminan yang sudah disediakan. MC segera mengambil alih memimpin serangkaian acara yang sudah diatur untuk resepsi Adis dan Kevan. Banyak hadiah yang diterima kedua mempelai, salah satunya kejutan untuk Adis yaitu datangnya sahabat semasa kuliahnya, Laura, di Jerman tanpa mengabari lebih dulu sebelumnya. Adis memang mengundangnya sesuai janji, namun Laura belum memastikan akan datang. Yang paling membuat keduanya terharu adalah saat banyak yang memberikan ucapan sepatah dua patah kata untuk keduanya. "Rasanya baru kemarin melihat putri bungsuku mengenakan seragam sekolah dasarnya, pulang dengan wajah penuh debu karena bertengkar dengan teman cowo sebangkunya di lapangan bola, tertawa meski kaki penuh lecet karena jatuh dari sepeda, dan kini ia terlihat sangat cantik seperti seorang putri bersama pendamping hidupnya, Papa harap Adis selalu mendapatkan kebahagiaan bersama Kevan, tetap kuat walau apapun yang kalian hadapi nanti ketika berumah tangga, Papa selalu sayang Adis," air mata Adis lolos saat mendengar ucapan Geo, setelah Geo duduk, Ana maju ke tempat MC untuk memberikan ucapan kepada mempelai. "Hai sayang," sapa Ana membuka ucapannya, "jagoan kecil mama sudah dewasa sekarang, mungkin setelah ini rumah akan sepi tanpa celotehan Adis, Mama akan selalu mendoakan kebahagiaan Adis, Mama percaya Kevan adalah pria terbaik untuk menjadi pendamping hidup Adis. Mungkin sekarang tanggung jawab Papa dan Mama untuk merawat dan membesarkan Adis sudah selesai karena kini ada Kevan yang akan menjaga Adis, tapi bagi kami Adis tetap putri kecil kami yang selalu kami cintai. Love you so much princess, selamat berbahagia sayang," Adis hanya tersenyum terharu mendengar penuturan sang Mama, betapa ia juga sangat menyayangi mamanya. "Selamat berbahagia bu ketua, langgeng terus sama Kevan, jujur gue bakal kangen banget sama lo nantinya, lo yang selalu paling dewasa diantara para bandit, lo yang selalu turun tangan kalau ada diantara sahabat lo yang susah, gue inget banget bagaimana lo yang menyadarkan gue saat gue bertindak salah, meski lo selalu galak sama gue tapi gue selalu sayang sama lo Dis," -Al- "Gue punya beberapa wanita berharga dalam hidup gue, Mama, kak Stephie, tunangan gue dan lo Dis, semoga lo selalu bahagia nantinya, dan juga lo Van, gue percaya lo yang terbaik untuk Adis," -Edo- "For my lovely twins, adik, sahabat sekaligus partner in crime, bagi gue Adis tuh adik yang dewasa, meski gue kakaknya, tapi Adis lebih dewasa dari gue dalam banyak hal. Walau begitu Adis tetap adik kecil yang selalu ingin gue jaga dan menjadi tanggung jawab gue selama ini, meski sekarang lo udah berkeluarga Dis, gue bakal tetap menjaga lo lewat Kevan, karena gue percaya Kevan sangat mencintai lo Dis, tetap kuat dalam menjalani kehidupan berdua, kita akan selalu saling support satu sama lain, ngga akan ada yang berubah dari dulu hingga sekarang. Love you adik kecilku," -Adit- Adis sangat bahagia malam ini, banyak sekali cinta yang ia dapatkan, Adis menyandarkan kepalanya di bahu Kevan setiap kali ingin menangis terharu mendengar setiap ucapan yang ditujukan pada dirinya. Sungguh Adis merasa bahagia karena selama ini ia dikelilingi oleh orang-orang yang selalu mencintainya dengan sangat tulus, termasuk pria yang berada disampingnya sekarang, Kevan, yang akan menjadi pendamping hidupnya hingga maut memisahkan mereka. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN