3

2441 Kata
Minggu Inilah hari dimana Rania ingin mati berdiri saja. Bayangkan! Diumurnya yang baru saja menginjak 16 tahun, ia sudah harus menikah. Menikah muda. Hal yang tak pernah terpintas diotak kinclongnya. "Pengantinnya coba senyum dong. Masa dari tadi cemberut mulu" ucap sang perias Rania mulai menunjukkan senyuman paksanya. Inget gengks, paksa. Rasanya ingin sekali ia lari sekarang juga dari kenyataan. "Loh, kok senyumnya ga ikhlas gitu sih" ucap perias tsb "Mbak, mbak mau bantu saya gak?" tanya Rania "Bantu apa?" tanya perias tsb "Bantu saya kabur mbak" ucap Rania memohon "Loh, kok malah mau kabur?" tanya perias tsb kaget "Mbak, saya gamau nikah" ucap Rania dengan wajah sedihnya. Pura-pura sedih biar dibantuin. Emang licik si Rania mah. "Kamu dijodohin ya?" tanya perias tsb Rania mengangguk lesu. Buaya emang si Rania. Sok-sok an sedih pula. "Kalo gamau kenapa diterima?" tanya mbak-mbak perias. 'yaelah, banyak tanya nih orang-_-' batin Rania jengkel. "Ya saya gaada nerima mbak. Cuma salah paham doang itu. Saya lagi benerin kancing baju malah dikira ngangguk setuju. Kan ga asik banget yekan" ucap Rania jengkel "Loh?" ucap mbak-mbak perias sambil terkekeh "Ih mbak, kok malah ketawa sih" ucap Rania malas "Hahhah... Abisnya lucu banget" ucap mbak-mbak perias membuat Rania jengkel setengah idup "Ih, mbak mah gaasik" ucap Rania malas "Hehee.. iyaiya" ucap mbak-mbak perias meredakan tawanya "Jadi mbak mau bantu sayakan?" tanya Rania memohon "Enggak ah, dosa" ucap mbak-mbak perias 'BANGKEEEE!!!!' batin Rania kesal "Rania, gimana? Udah siap?" tanya mama Rania yang baru saja memasuki kamar Rania Rania melotot, 'mbak jangan bilang sama mama ya' kodenya pada mbak-mbak perias Mbak-mbak perias tsb tampak berfikir. "Mm, nyonya" panggil perias tsb kepada mama Rania Rania melotot. "Iya, kenapa?" tanya mama Rania. Ini emaknya si Rania lagi seneng, jadi dia lagi kalem-kalem manja gitu. Ga kek sehari-harinya yang cem cewek pms. "Tadi pengantinnya bilang---" ucapan perias tsb terpotong "Ma, udah rame ya?" tanya Rania mengalihkan pembicaraan "Ih, kamu suka banget nyelonong-nyelonong pas orang lagi ngomong" ucap mama Rania heran "tadi apa mbak?" tanya mama Rania pada mbak-mbak perias tadi "Tadi katanya---" ucapan mbak-mbak perias kembali terpotong "Ya itu, Rania nanya udah rame belom. Yakan mbak" ucap Rania dan melotot pada mbak-mbak perias "Beneran mbak?" tanya mama Rania "Mm... Bukan sih nyonya" ucap mbak-mbak perias "Loh. Kan. Tadi. Saya. Bilang. Gitu. Mbak. Terus. Apa. Lagi!" ucap Rania penuh penekanan disetiap kata-katanya "Ehehee.. itu nyonya. Katanya, pengantinnya pengen cepet-cepet nikah biar bisa ngasih nyonya cucu" ucap sang perias dengan muka tanpa dosa, yang ingin sekali Rania tenggelamkan dirawa-rawa serta ia kuburkan didalam mulut gunung krakatau. Untung Rania masih inget dosa. Rania terdiam. "Oh gitu ya Ran. Kan kamu masih SMA, masa udah mau buru-buru punya anak. Selesein dulu sekolahnya ya" ucap mama Rania sambil tersenyum 'yaelah, tau kan gue SMA? Masih aja dinikahin. Keburu punya anak gimana? Kan gue suka khilaf. Salah lagi. Serba salah gue mah kek Raisa' batin Rania makan ati sendiri *** "Bagaimana para saksi? Sah?" ucap papa Rania "SAH!” "Alhamdulillah, alfatihah..." 5 detik kemudian... "Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri" ucap papa Rania tersenyum "sekarang Aldo silahkan pasangkan cincin pada Rania" ucap papa Rania memberikan perintah Aldo dan Rania mulai memasangkan cincin. "Cium kening istrimu" perintah papa Rania kepada Aldo Aldo menoleh Rania sedikit ragu. Oh no! Kening gue masih suci! Teriak dari dalam diri Rania. Ia menunduk tanpa menoleh kepada Aldo. "Ayo Aldo" ucap ayah Aldo dari sebelah Aldo menarik nafasnya. Ia langsung menangkup wajah Rania dengan kedua tangannya dan langsung mencium jidat Rania. 'bangkee!! Kening gue ga suci lagiii ya Allah' batin Rania mendramatisir keadaan 20.23 wib Ruang Makan "Jadi besok kalian udah bisa pindah ke rumah kalian sendiri" ucap bunda Aldo sambil tersenyum senang "Loh? Emang besok ga sekolah?" tanya Rania dengan terkejut. "Sok rajinlu" celetuk Randi "Heh, lu ga masuk ke dalam urusan ini ye" ucap Rania jengkel "Gue kan juga anak mama" ucap Randi "Ya sabodo. Ga nanya gue" ucap Rania malas Randi langsung menoyor kepala Rania. "Bangke" umpat Rania sambil bersiap-siap untuk membalas Randi "Ekhem..." dehem mama Rania dengan tatapan tajam yang seperti mengisyaratkan diem ato mati ditempat. Hal itu justru sukses membuat Rania dan Randi mati kata, kutu, dan ketek eh kagak deng. Aldo sedari tadi hanya diam. "Jadi gimana Aldo? Rania?" tanya bunda Aldo Krik krik... "Ekhem... Rania" panggil mama Rania "Eh? Iya ma? Rania mah ngikut Aldo aja" ucap Rania reflek dan langsung melotot saat menyadari perkataannya "e-eh.." Aldo langsung menatap ke arah Rania. Heran. Ya heran dia. Tumben-tumbenan tuh anak mau ngikut omongan dia (?). "Jadi gimana Aldo?" tanya bunda Aldo "Hm.. iya bun" jawab Aldo santai "Nah.. kalau begitu besok Aldo sama Rania udah bisa pindah" ucap bunda Aldo "Mati gueee!! Salah ngomong, anjir!" Batin Rania menyesal Kamar Rania Rania sibuk memainkan handphone nya diatas kasur tanpa menghiraukan siapapun. Termasuk Aldo yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah ia selesai membersihkan tubuhnya dan memakai baju tidur. Aldo duduk disofa yang ada dikamar Rania. Ia belum berani untuk seranjang dengan Rania, atau lebih tepatnya, canggung. Yaa you know lah, orang cem Aldo kan kuat iman. Rania melirik Aldo yang masih tenang memainkan handphone nya. Ada sedikit rasa takjub yang tersirat difikiran Rania ketika ia melihat wajah tampan Aldo yang dihiasi rambut basah sehabis mandi. Duh... Cobaan. Yekan cogan sekolah. Rania langsung menepuk jidatnya. “Woii ingett!! Dia bukan selera lo b**o! Orang dia hobi banget ngehukum lo!” Batin Rania mengembalikan pikirannya. "Ehm.. lo ngapain disitu?" tanya Rania. Aldo menegakkan kepalanya dan menatap Rania. "Gapapa" ucap Aldo datar dengan mulut yang hanya sedikit terbuka saat bicara. “Diihhh sok cool bat lu njir!” -batin Rania. Senin 06.13 wib Rania mulai membuka matanya. Tumben? Pagi banget Rania bangun? Kesambet kali ye? Lupakan... Alangkah terkejutnya abang terheran-heran, eh maksudnya Rania ketika ia bangun dengan posisi dipeluk oleh Aldo. What?!!! Dipeluk Aldo?!!! Astagaaaa rejekiiii! eh? Bukan gaes bukan. "Woiii anjeerrrr!" teriak Rania dan langsung mendorong d**a bidang Aldo menjauh darinya. Aldo terkejut, cowok itu langsung berdiri dengan nyawa yang belum terkumpul penuh. "Lo ngapain peluk-peluk gue?!" teriak Rania kesal sambil melemparkan bantal, guling, selimut, kasur, stnk, bpkb, ktp, sim, surat tanah, atm, dll. Tapi boong. Rania hanya melemparkan barang-barang yang ada dikasur. "Eh apa-apaan sih. Gue? Gue peluk elo? Ga salah?" tanya Aldo dengan jengkel. "Heh, lo ga sadar?! Barusan lo abis peluk gue! Ngomong! Lu ngapain aja semalem?!" teriak Rania kembali melemparkan barang-barang yang ada didekatnya. "Akh! Enak aja. Gue gaada ngapa-ngapain lo juga," ucap Aldo. "Ngaku lo!" Aldo tak merespon Rania, ia langsung masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Rania yang masih marah dan kesal setengah hidup. "Berarti yang tadi malem gue peluk bukan guling dong?" gumam Aldo. -Meja makan. "Rania.. kok duduknya disitu? Duduk disebelah Aldo dong" ucap mama Rania "Enggak,” balas Rania. Gadis itu tetap duduk dikursi yang berada disebelah Randi. "Loh? Kenapa?" tanya Mama. "Paling gara-gara malem pertama ekhem kan. Jadi lagi sensitif dia, Ma." celetuk Randi yang membuat Rania memelototi dirinya "Enak aja lo!" teriak Rania sambil menendang kursi yang diduduki Randi "Eh anjirr!" hampir saja Randi terjatuh. "Lo gila ya dek! kalo tadi gue jatoh gimana?" tanya Randi kesal "Sukurin. Ibadah gue tujuh hari tujuh malem" ucap Rania dengan nada sengit "Eh elu" ucap Randi sambil menoyor kepala Rania "Ih! Lo apa-apaan sih!" ucap Rania sambil menampol wajah Randi "Eh-" ucapan Randi terpotong. "Ekhem..." kode mama Rania mulai keluar. "Abang tuh" ucap Rania mengadu "Ih mainnya ngadu sama mama. Ngadu sama suami dong" ucap Randi membuat Rania semakin kesal. Rania kembali menendang kursi yang diduduki Randi dengan kuat hingga membuat kursi dan Randi terjatuh bersamaan. Bruk! "Rania!" teriak Randi dan kembali berdiri. "Rania! Randi!" ucap papa Rania tegas. Kalo udah kek gini siap-siap aja. Mati mati dah lu sono. "Rania, duduk disebelah Aldo" ucap papa Rania. "Lho, Pa?! Yang bikin masalahkan abang. Kok Rania yang disuruh pindah sih? Bang, lu duduk dise-" ucapan Rania terpotong. "Rania" ucap papa tak terbantahkan. "Fine!" ucap Rania dan langsung pindah duduk disebelah Aldo. Aldo sedari tadi hanya diam. "Ambilin makanan suami dong" ucap Randi kembali meledek Rania "Randi" ucap mama Rania sambil mencubit lengan Randi "Aw! I-iya mah" ucap Randi sedikit terkekeh "Rasain lu,” balas Rania meledek Randi. 09.15 wib "Ma, Rania pergi dulu. Salam aja buat abang sama papa" ucap Rania sembari memeluk mamanya sebelum ia pindah. "Iya hati-hati disana. Nurut kata suami. Jangan suka keluar malem lagi. Jangan nakal-nakal, ntar Aldo jadi repot. Belajar yang rajin. Jangan males-malesan. Kerjain kewajiban kamu sebagai istri. Inget, kamu udah nikah loh" ucap mama Rania panjang × lebar × sisi "Iya ma.. tapi,” Rania menggantungkan ucapannya. "Tapi apa?" tanya mama Rania heran "Transfer duit ya ma jangan lupa" ucap Rania nyengir "Enak aja. Kamu sekarang duitnya bukan tanggungan papa, tapi sekarang Aldo yang bakalan kasih kamu jajan. Jadi kalo perlu apa-apa ngomong sama Aldo. Tapi Aldo, kalo dia minta jajan buat macem-macem jangan dikasih ya" ucap mama Rania membuat Rania kesal "Iya ma" ucap Aldo singkat. "Ish mama mah" ucap Rania malas "Yaudah sana. Nanti kalo udah sampe kasi tau mama ya" ucap mama Rania "Ya. Rania pergi dulu. Assalamualaikum" ucap Rania sambil cipika-cipiki sama mamanya "Waalaikumsalam" ucap mama Rania sambil tersenyum Aldo langsung menyalimi tangan mama Rania. "Assalamualaikum ma" ucap Aldo "Waalaikumsalam. Hati-hati ya" ucap mama Rania sambil tersenyum Rumah 09.59 wib Rania meletakkan barang-barangnya dilantai dan langsung berbaring ke atas sofa yang ada diruang tv. Aldo masuk tanpa menghiraukan Rania yang berada disofa. "Woii kamar dimana?" tanya Rania malas "Atas" jawab Aldo singkat, padat, jelas "Iya dimananya anjir?" tanya Rania berusaha setenang mungkin. Rania kalo sama Aldo bawaannya pengen nabok mulu. "Ya cari sendiri. Kalo gue jelasin lo ga bakal ngerti juga" ucap Aldo kembali berjalan menuju kamar mereka "Maksud lo apa anjirr!" ucap Rania ngegas "Tuh kan. Itu aja ga ngerti" ucap Aldo tanpa menghiraukan Rania "Astagaaaa. Sabar Rania, sabarr. Orang sabar rejekinya lancar. Aamiin" ucap Rania berusaha setenang mungkin "oh iya hampir lupa gue" Rania langsung mengambil handphone nya dan memberitahu Mama-nya bahwa dirinya telah sampai dirumah barunya. Skip... 12.03 wib "Allahu Akbar Allahu Akbar... La ilahaillallah..." Adzan telah selesai berkumandang, tetapi Rania masih saja tertidur diatas sofa tsb. "Woii bangun" ucap Aldo sembari membangunkan sang putri tidur. Siapa lagi kalau buka Rania? "Ih berisik dah" ucap Rania jengkel karena tidurnya diganggu oleh Aldo "Bangun woii. Sholat dzuhur" ucap Aldo "Bacotlo. Kalo mau sholat sholat aja sana. Jangan ganggu gue" ucap Rania jengkel dan kembali melanjutkan tidurnya "Elo juga harus sholat. Kalo lo nggak sholat nanti gue yang nanggung. Ogah" ucap Aldo "Ya sabodo. Yang nanggung kan elu bukan gue. Emang gue peduli?" ucap Rania malas "Eeh... Ogah gue. Udah cepetan bangun" ucap Aldo sambil menarik lengan baju Rania "Ih ogah ah! Udah sanalu!" ucap Rania jengkel "Cepetan bangun" ucap Aldo "Enggak ih! Udah deh sana! Ganggu banget" ucap Rania jengkel "Mau dikasarin?" tanya Aldo "Bacotlo. Udah deh sana!" usir Rania "Fine!" ucap Aldo dan langsung menarik pergelangan tangan Rania hingga Rania terbangun dan menyeret Rania naik ke lantai atas "Eh anjirr!! Apa-apaan sih lo! Woii bangkeee!!!" teriak Rania yang tak dihiraukan oleh Aldo Toilet "Ambil wudhu cepet" ucap Aldo "Gak" ucap Rania membantah "Cepetan" ucap Aldo "Enggak! Jangan maksa deh" ucap Rania jengkel "Ambil sendiri ato gue guyur?" ancam Aldo "Enggak! Maksa banget sih!" ucap Rania dan mulai berjalan keluar dari toilet Aldo langsung menahan pergelangan tangan Rania, "ambil" ucap Aldo "Enggak!" bantah Rania "Sekali lagi. Ambil sendiri ato gue guyur?" ucap Aldo memberikan pilihan "Oke!" ucap Rania sambil melepaskan tangan Aldo dari pergelangan tangannya "keluar lo" perintahnya "Emang masalah kalo gue disini?" ucap Aldo. "Keluar!" ucap Rania keras sambil mendorong d**a bidang Aldo dan menutup pintu kamar mandi dengan keras. Brak! Skip.. Malam. Rania merubah posisinya dari rebahan menjadi duduk. Ia haus. Rania melirik ke arah Aldo yang sedang mengotak-atik handphone disebelahnya. Rania mulai berdiri menuju pintu kamar. Ceklek... Gelap. “Dih gilak serem amat dah. Mana aus lagi,” batin Rania sambil menelan salivanya Rania mulai berjalan keluar kamar. Ia memberanikan diri untuk terus berjalan keluar. Saat sudah mendekati tangga, ia langsung berlari kembali ke kamar. "Hufft.. huftt.. hufft.." Rania menarik nafasnya "Lo kenapa?" tanya Aldo dengan heran "Hufft eng-enggak.. hufftt" ucap Rania terbata-bata. Yaelah.. udah mah aus, tambah aus ini mah. Rania berjalan mendekati Aldo. Aldo melirik Rania sambil menaikkan sebelah alisnya. "Do.. temenin gue yuk" ucap Rania memohon "Kemana?" "Ke bawah.” "Mau ngapain?" tanya Aldo. "Gue mau ambil minum, aus.." ucap Rania memohon "Ya ambil aja sendiri sana" ucap Aldo kembali memainkan handphone nya "Yaelah. Kalo gue ga takut ya ga bakalan gue minta temenin samalo" ucap Rania kesal "Takut? Takut apaan coba" ucap Aldo heran "Ih udah jangan banyak tanya. Ayok temenin" ucap Rania "Gak ah. Ambil sendiri aja sana" ucap Aldo sambil meletakkan handphone nya dan mulai menarik selimut untuk tidur "Do.." panggil Rania "beneran gamau nemenin?" tanya Rania "Aldo ih" ucap Rania sambil menggoyangkan tubuh Aldo "Ambil sendiri aja deh Ran. Takut apa sih? Gaada apa-apa juga" ucap Aldo kembali ke posisi semula. Mulai tidur "Oke fine!" ucap Rania dan dengan cepat keluar kamar dan turun ke lantai dasar. Oke Rania.. relax. Gaada apa-apa. Santai. Dengan cepat Rania mencurahkan air ke dalam gelas dan berbalik untuk kembali ke kamar. "AAAAAAAAAA!!!!" teriak Rania memenuhi satu rumah mewah&elit itu Ting parrr puarrr Gelas yang ada digenggaman Rania langsung terjatuh dan pecah berserakan dilantai keramik tsb. Aldo langsung berlari memeluk Rania. "Hiks... Hiks..." isak tangis Rania terdengar begitu keras dengan getaran yang terasa diseluruh tubuhnya "Al--hikss... Do.." teriak Rania didalam dekapan suaminya Rania memang tidak tau, bahwa dari atas saat ia keluar dari kamar Aldo mengikutinya. Mengetahui bahwa Rania begitu ketakutan. Dan saat Rania berbalik ingin kembali ke kamar, ia kaget melihat seseorang yang ada dibelakangnya yang tak lain tak bukan adalah suaminya sendiri, Aldo. "Shuuttt... sorry,” bisik Aldo sambil menepuk-nepuk punggung Rania. "Hiks... Hiks..." Rania masih saja terisak. Bagaimana tidak? Saat ia sudah sangat ketakutan seperti itu, dan tiba-tiba ada orang dibelakangnya? Untung saja jantungnya masih dibuat oleh Yang Maha Esa. "Udah ayo naik," ucap Aldo "Terus hiks.. gelas? hiks.." tanya Rania masih dengan isakannya "Udah itu besok aja diberesin" ucap Aldo "Do.. hiks.. gue aus.. hiks.." ucap Rania "Sini biar gue ambilin" ucap Aldo dan berusaha melepaskan pelukannya Rania menggeleng. "Gue takut," ucap Rania sambil memeluk Aldo lebih erat. "Jadi gimana gue ngambilnya?" tanya Aldo "Ke hiks.. depan aja hiks.." ucap Rania "Loh? Jauh banget" ucap Aldo heran "Disini bahaya.. hiks.. ada gelas pecah," ucap Rania dengan sisa isakannya. "O-okey.." ucap Aldo sambil memeluk Rania Kamar "Tidur aja." "Hm" gumam Rania sambil menarik selimut hingga menutupi seluruh badannya kecuali mata dan jidatnya Aldo yang melihat Rania masih ketakutan langsung memeluknya, membuat Rania terkejut. "Gue ga bakal ngapa-ngapain lo kok" ucap Aldo dan mulai tertidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN