The New Boss

2050 Kata
Happy Reading . . . *** Tidak ada satu pun yang mengetahui apalagi merasa curiga akan sebuah aktivitas yang sangat berani di salah satu bilik toilet kantor tersebut berada. Karena selain keadaan sekitar yang memang sepi dan tidak adanya satu orang pun di dalam toilet tersebut, kecuali dua insan yang sedang memadu kasih dan mengejar pelepasan dari hal yang sedang keduanya kejar dan ingin capai itu. Sebuah percintaan yang begitu terburu-buru di tengah jam kantor yang sedang berlangsung dan keduanya pun juga sedang disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Tetapi, tidak adanya waktu yang keduanya miliki sejak pagi tadi, membuat Savannah dan Dylan memutuskan untuk mencuri sedikit waktu di jam kerjanya untuk bercinta sejenak di dalam toilet kantor, sebagai bayaran atas janji yang sudah wanita itu ucapkan semalam bahwa ia akan membayar janjinya itu siang hari ini juga. Di saat banyak pegawai lain yang sedang disibukkan karena acara penyambutan pemimpin baru perusahaan mereka akan tiba dalam waktu beberapa menit lagi. Kedua insan itu seakan tidak peduli akan waktu yang terus berpacu, yang sama dengan detak jantung Savannah yang sedang berdegup dengan cukup cepat karena sangat ekstrim dan begitu rawannya aktivitas tersembunyi keduanya yang bisa saja diketahui oleh orang lain, keringat pada tubuhnya pun juga sudah membasahi beberapa titik di tubuhnya. Dan kondisi tersebut pun tidak jauh berbeda dengan sang pria di belakang sana yang terus menggerakkan tubuh dan juga miliknya, di dalam milik Savannah yang selalu bisa membuatnya merasa mabuk kepayang setiap merasakannya. Sudah lima belas menit tidak terasa waktu berlalu, dan dengan memegang masing-masing kedua pinggul Savannah dari belakang, Dylan pun semakin mempercepat gerakannya hingga membuat wanita itu semain menutup mulutnya dengan tangan berusaha menahan suara desahan dan lenguhan yang sesungguhnya tidak bisa ia tahan. Tetapi Savannah bisa apa? Jika tidak ingin perbuatannya itu diketahui oleh orang lain yang kapan saja bisa masuk ke dalam toilet ini, ia harus benar-benar menutup mulut dan menguncinya serapat mungkin agar suara-suara aneh yang sangat ingin dikeluarkannya itu tidaklah sampai keluar dari bilik toilet yang menjadi saksi bisu dimana ia sedang memadu kasih itu. Walau rasanya sangatlah mustahil kegiatannya itu tidaklah dicurigai oleh siapaun orang yang masuk ke dalam toilet ini, setidaknya Savannah sudah berusaha menahan suaranya. Kondisi yang sangatlah tidak nyaman dan juga tidak menyenangkan bagi Savannah. Karena selain ia yang harus mengontrol suaranya itu, Savannah juga harus tetap mempertahankan posisinya yang berdiri menghadap pintu bilik tepat di hadapannya, yang juga menjadi tempat Savannah bertumpu. Ia pun yang membelakangi Dylan harus tetap mempertahankan posisi berdirinya yang terasa sangat melelahkan itu agar tidak mengecewakan Dylan karena sudah mendapatkan posisi yang tepat untuk mengejar pelepasannya itu. "Ohh..., sial! Percepat, Dy. Aku akan terlambat dalam acara penyambutan kedatangannya nanti," ucap Savannah yang tersadar bahwa ia sedang berpacu dengan waktu. "Persetan dengan penyambutan. Kau tidak akan dipecat hanya karena sedikit terlambat, Savee." Tidak banyak yang bisa dilakukan wanita itu, selain semakin terus memberikan gerakan yang bisa membuat Dylan semakin cepat mendapatkan pelepasannya. "Waktuku tinggal sepuluh menit lagi." "Sedikit lagi, tahan teriakanmu, Sayang." Pikiran Savannah sudah tidak bisa konsentrasi lagi. Ia sedang berpacu dengan waktu agar tidak terlambat, sedangkan di sini Dylan masih juga belum mendapatkan pelepasannya. Memikirkan dua pikiran di kepalanya itu, membuat Savannah benar-benar langsung tidak bisa merasakan kenikmatan dalam bercinta tersebut. Bahkan rasa pelepasan yang beberapa saat lalu sudah ia rasakan dan hendak ia lepaskan, langsung menghilang dengan begitu saja entah kemana. Ia pun juga tidak perlu memikirkan akan dirinya yang tidak bisa mendapatkan pelepasan, asalkan pria di belakangnya bisa mendapatkan hal yang sudah sejak kemarin diinginkannya itu. Hingga beberapa saat waktu berlalu, Savannah pun sedikit terpekik karena tubuhnya yang tiba-tiba saja dihimpit oleh Dylan pada pintu di hadapannya bersamaan dengan pelepasan yang di dapatkannya. Rasa hangat yang terus Savannah rasakan di dalam miliknya sebagai bukti dari pelepasan yang diraih Dylan, membuatnya hanya bisa mencengkram kuat lengan pria itu yang memeluk pinggangnya dengan erat. "Aku sangat mencintaimu, Savee." Bisik Dylan yang membuat secercah senyuman kecil terbit di wajah wanita itu. "Aku tahu." "Hanya aku tahu? Tidak ada balasannya?" "Kita bicarakan hal ini nanti lagi, okay. Aku sudah terlambat, Dy. Kau tahu Daddy-mu itu tidak suka keterlambatan salah satu pegawainya, bukan?" "Baiklah, baiklah. Kau bisa merapikan pakaianmu," ucapl pria itu sambil mengeluarkan miliknya yang baru saja mendapatkan kepuasan dari dalam milik Savannah untuk bisa langsung merapikan kembali pakaian keduanya masing-masing. "Hei, maafkan aku yang lupa tidak membawa pengaman." "Tidak masalah. Aku minum pil, Dy. Jadi kau tidak perlu khawatir," balas Savannah yang dengan cepat sedang membersihkan miliknya dengan tisu toilet yang berada di dekat kloset. "Baiklah. Setelah pulang nanti, aku menunggumu di lobby, okay? Aku ingin membuatkanmu makan malam yang istimewa." "Jadi, aku diundang untuk makan malam?" "Ya, di apartemenku hanya berdua saja denganmu. Terdengar romantis, bukan?" "Kau memang nomor satu jika masalah romantis atau tidak romantis." "Tetapi kau bisa, bukan?" "Hmm..., kita lihat apakah atasan baruku itu nanti benar-benar menyebalkan atau tidak? Karena dari dialah kunci kepulanganku berada. Tetapi sesungguhnya aku pun menginginkannya, Dy. Aku merindukan makanan istimewa yang dibuatkan olehmu. Aku sungguh ingin merasakan masakanmu yang sudah lama tidak aku coba." "Kalau begitu, selarut apapun aku akan tetap menunggumu. Aku ingin malam ini kau mencoba makanan yang sudah lama tidak aku buatkan untukmu." "Kau tidak mempermasalahkannya?" "Tentu saja. Untukmu, apapun akan aku lakukan, Savee milikku." "Baiklah. Sampai jumpa nanti. Dan jika kau ingin keluar, tunggu beberapa menit setelah aku keluar dari sini, okay?" "Ya, baiklah." "Sampai jumpa." Sebuah kecupan pun Savannah berikan tepat di bibir Dylan, sebelum ia yang langsung bergegas melangkah keluar dari bilik toilet tersebut untuk mengejar waktu agar ia tidak terlambat dalam acara penyambutan tersebut. Dengan sedikit berlari, ia melangkah menuju meja kerja miliknya untuk secepat mungkin ia merapikan penampilan yang terlihat sedikit kacau. Namun baru saja wanita itu mendudukkan dirinya, atasannya pun datang menghampirinya dan membuat Savannah langsung beranjak berdiri dari duduknya. "Kau dari mana saja? Dan mengapa penampilanmu terlihat berantakan seperti ini?" "Maaf, sir. Tetapi saya..., tadi sehabis dari lobby. Dan juga liftnya tadi sedikit ada kendala pada saat saya berada di lantai tiga puluh lima, jadi saya memutuskan untuk naik tangga darurat agar bisa cepat kembali ke sini. Dan, pada akhirnya penampilan saya menjadi sedikit berantakan seperti ini karena saya merasa sedikit lelah naik sampai ke lantai ini. Dan saya meminta maaf jika penampilan saya ini membuat anda terganggu, sir." Balas Savannah yang sebelumnya merasa bingung harus menjawab apa atas pertanyaan yang dilayangkan oleh sang atasan tadi. "Tangga darurat?" "Ya, sir." "Lalu, apakah semuanya sudah selesai kau persiapkan?" "Sudah, sir. Sebentar lagi semua perwakilan departemen akan berkumpul di ruang pertemuan utama, dan kami siap menyambut kedatangan sir Duke McCarter." "Kau memang asisten yang sangat bisa diandalkan, Savannah. Duke pasti juga akan merasa beruntung memiliki asisten seperti dirimu. Kau benar-benar saya rekomendasi kepadanya." "Terima kasih atas kepercayaan anda, sir. Saya benar-benar sangat mengapresiasinya," ucap Savannah dengan sangat hormat dan rendah hati. "Baiklah, kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu yang masih harus kau lakukan sebelum penyambutan nanti." "Apakah anda sedang membutuhkan sesuatu, sir? Saya bisa membuatkan atau mengambilnya." "Tidak perlu, lanjutkan saja pekerjaanmu." "Baik, sir. Sebentar lagi saya akan pergi ke ruang pertemuan." Setelah sang atasan langsung pergi meninggalkannya, Savannah pun langsung kembali merapikan penampilannya dengan cepat sebelum ia yang akan bergegas menuju ruang pertemuan. *** Suara tepukan tangan yang terdengar dari pegawai-pegawai yang berada di dalam ruang pertemuan itu, mengantarkan sosok Jamie McCarter yang melangkah menuju podium yang berada di bagian depan ruangan tersebut. "Sudah tiga puluh tahun, perusahaan ini sudah berdiri dan tetap akan terus bertambah besar dalam tahun ke tahun berikutnya. Sudah banyak perubahan besar juga yang terjadi, selama saya menjadi pemimpin. Tiga puluh tahuh adalah waktu yang tidak sedikit. Dan saat ini, sudah waktunya bagi saya untuk menyerahkan kepercayaan saya, kepada seseorang yang sangat yang percaya juga, dan siap terjun langsung dalam sebuah kepemimpinan. Setelah baru saja menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar magister dengan nilai terbaik, saya sangat bangga dengan anak saya ini. Dan sekarang, kalian bisa menemui pemimpin baru kalian. Dengan sangat bangga saya memperkenalkan, Duke McCarter." Jamie, sang pemilik McCarter & co., yang akan menurunkan takhtanya sebagai pemimpin dan juga pemilik perusahaan tersebut terhadap sang anak tercinta, Duke McCarter. Dan posisi berdiri Jamie di belakang podium itu pun langsung digantikan oleh sosok sang anak. Sosok yang sejak pria itu melangkahkan kakinya memasuki ruang pertemuan tersebut, sudah memberikan rasa angkuh, arogan, begitu kaku terhadap pegawai-pegawai yang berada di sana. Termasuk dengan Savannah yang bisa merasakan sendiri dengan sangat jelas terhadap suasana seperti itu. Sikap yang begitu jelas disampaikan oleh atasan barunya itu, membuat Savannah terus memikirkan bagaimana nanti nasibnya yang akan bekerja untuk pria seperti itu. Pria yang sudah terlihat tidak memiliki sifat yang bersahabat itu, akan setiap harinya ia temui. "Tidak banyak yang ingin saya sampaikan kepada kalian. Hanya satu hal, bekerjalah sebaik mungkin jika kalian tidak ingin karir yang kalian miliki berakhir sampai di sini saja." Sungguh pemimpin yang sangat arogan, satu hal yang Savannah nilai dan ketahui bahwa ia sangat tidak menyukai seorang pria yang memiliki sifat seperti itu. Dan setelah beberapa saat pesan singkat yang disampaikan oleh Duke, acara penyambutan sekaligus perkenalan pimpinan perusahaan tersebut yang bersifat sederhana itu pun telah berakhir. Terlihat juga beberapa pegawai yang menghadiri penyambutan tersebut menghampiri pemimpin barunya itu untuk memberikan selamat. Tetapi tidak dengan Savannah. Wanita itu lebih memilih untuk bergegas keluar dari ruangan tersebut dan segera menghampiri sosok Dylan yang sempat dilihatnya tadi berada di ruangan pertemuan namun dengan cepat langsung keluar kembali di saat Jamie dengan bangga menyebut Duke adalah anak yang dibanggakan dan sangat disayanginya itu. Dan sedangkan di saat Savannah dengan jelasnya langsung bergegas keluar dari ruangan tersebut, Duke dapat melihat dengan jelas bahwa asistennya itu memilih untuk keluar entah dengan keperluan apa. Namun Duke mengetahui bahwa asistennya itu lebih memprioritaskan suatu hal yang tidak berhubungan dengan dirinya maupun pekerjaannya. Dan dengan begitu, pria itu pun langsung mengibarkan bendera penyiksaan yang akan ia berikan terhadap sang asisten selama wanita itu bekerja untuknya, karena sudah beraninya Savannah melakukan hal lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya. Dan sudah sangat jelas di sini bahwa Duke sangat tidak menyukai jika ada salah satu pegawainya yang tidak profesional seperti itu. Apalagi saat ini status Savannah adalah salah satu pegawai terdekatnya, yang tidak lain adalah asistennya. *** "Dylan..." Panggil Savannah dari kejauhan di saat ia sudah menemukan keberadaan pria yang sejak tadi ia cari-cari. Savannah sudah tahu jika pria itu sedang berada dalam suasana hati yang buruk, maka satu tempat yang pasti hanya akan pria itu tuju. Yaitu, rooftop yang berada di lantai paling atas gedung kantor tersebut. Namun panggilan yang wanita itu berikan hanyalah dianggap angin lalu saja, karena Dylan terlihat hanya mesandarkan kedua tangannya pada pagar pembatas di tepi rooftop tersebut. Melihat Dylan yang menjadi seperti itu, membuat Savannah melangkahkan kakinya menghampiri keberadaan pria itu dan ia yang langsung memeluk tubuh Dylan dari belakang dan mengeratkan pelukannya tersebut pada pinggang pria itu. "Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Savannah yang mencoba untuk mengajak bicara Dylan. "Menurutmu, bagaimana?" "Hmm..., menurutku..., perasaanmu sedang tidak jelas, tidak bisa digambarkan, dan tidak baik-baik saja." "Aku benci hidupku." "Dy..., jangan berbicara seperti itu. Aku tidak suka mendengarnya." "Sesungguhnya aku pun tidak ingin memikirkannya. Tetapi, mendengar kalimat ucapan itu tadi, entah mengapa hatiku tetap merasa sakit." "Aku mengerti." Tidak lama setelah mendengar balasan dari wanita itu, Dylan pun memutar tubuhnya dan kembali mendekap tubuh wanita itu dengan erat di pinggangnya. "Bagaimana menurutmu? Dia sangat menyebalkan, bukan? Angkuh, arogan, dia adalah seorang diktaktor." "Ya. Dan aku akan bekerja untuk orang seperti itu." "Apakah kau akan tahan?" "Aku belum tahu, karena aku belum menjalaninya." "Dari pandanganmu saja. Apa yang kau bisa lihat?" "Sepertinya aku akan masuk ke dalam pintu gerbang penyiksaannya. Tetapi aku bisa melakukan apa, Dy? Aku masih ingin tetap memikirkan karir milikku. Aku baru membangunnya selama dua tahun, dan aku sadar itu tidak mudah. Aku sudah kerja keras dengan semua itu." "Sekalipun ada masalah besar di hadapanmu, kau tetap akan mempertahankannya?" "Aku akan berusaha untuk terus tetap mencoba mempertahankannya." "Kau ini sangatlah keras kepala, kau tahu?" "Tetapi kau sangat mencintaiku, bukan?" "Sangat, Sayang. Bolehkah aku menciummu?" "Sejak kapan kau mulai meminta izin seperti ini, hah?" Tanya Savannah dengan nada sedikit sindiran di dalamnya. Senyuman yang terbit di kedua bibir itu pun mengiringi mulainya ciuman kecil yang bermula dari sebuah kecupan, dan lama kelamaan berubah semakin menjadi lumatan hingga keduanya mulai sedikit melupakan dimana saat ini mereka sedang berada. *** To be continued . . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN