Malam ini Ata dan keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam. Dan juga tangan Ata sudah tidak di infus lagi. Memang tadi pagi dia di infus. Dan sekarang ia sedang meminta penjelasan pada maminya, sebenarnya apa yang telah terjadi.
"Jelasin dong mi"
"Ok, mami jelasin ya. "
16 tahun yang lalu
Pagi ini dikediaman mahesa berlalu seperti biasa. Cia itu istri ter the best nya Agam. Dia sekarang sedang mengurus bayi besarnya dulu, ia sedang memakaikan dasi untuk suaminya. Berlanjut dia kekamar putra sulungnya yang masih sekolah, dia juga memakaikan dasinya. Setelah selesai mereka langsung bergabung dengan yang lainnya untuk sarapan. Si bungsu keluarga Mahesa masih tertidur.
Pagi ini sebenarnya Cia tidak enak badan bahkan dia tidak nafsu makan entahlah kenapa. Karena dia tidak mau membuat keluarganya khawatir jadi ia paksakan untuk makan walau pun agak mual juga.
Setelah selesai mereka berangkat untuk mengurus kepentingan masing-masing. Ada yang kekantor, sekolah. Sedangkan mama mertuanya dan kakak iparnya pergi ke butik sedangkan Cia hari ini tidak ikut karena emang gak enak badan.
menjelang siang, Cia bener-bener perut nya sangat mual, ia sudah beberapa kali muntah tapi yang keluar hanya cairan saja. Ia berinisiatif untuk memakai tes pack. Cia juga gak tau kenapa tiba-tiba pikirannya sampai ke situ. Setelah di cek ternyata benar dua garis. Sungguh Cia sangat bahagia. Akhirnya ia menghubungi dokter pribadinya untuk datang ke rumah. Sedangkan si bungsu sedang di asuh oleh baby sisternya. Sebenarnya kakaknya Agam itu dokter. Cia sengaja tidak menghubungi Agim karena dia ingin memberi surprise untuk keluarganya. akhirnya ia menghubungi dokter lain. Dokter itu bisa di bilang dokter pribadi keluarga Mahesa kalau emang sewaktu-waktu Agim lagi pergi ke luar negri. Setelah lama menunggu akhirnya dokter itu pun datang.
"Kenapa nih, kok tumben manggil" tanya dokter itu.
Dokter itu emang udah kenal deket ama Cia.
"Tolong periksa dong takut salah nih"
Dokter itu pun memeriksa Cia tak butuh waktu lama. Selesai sudah dokter itu memeriksa Cia.
"Selamat ya, kamu hamil lagi Ci"
Terlihat raut bahagia tertera di wajah Cia.
"Yaudah, saya harus ke rumah sakit dulu"
"Makasih ya"
"Oke" dokter itu keluar di ikuti Cia. Ia akan menemui putra ke duanya. Ternyata sedang ada di taman.
"Afin"
Anak itu terlihat sangat bahagia kala melihat mami nya berjalan menuju dirinya. Afin umurnya satu tahun. Di udah bisa berjalan. Mami Cia memangku putranya itu dan membawa nya kedalam kamar. Disana mami Cia bercerita kalau dirinya sedang hamil. Entah ngerti atau tidak tapi Afin tiba-tiba mengelus perut rata maminya. Lama mereka bercerita akhirnya mereka berdua tertidur.
Hari menjelang sore, mami Cia baru bangun sedangkan putra bungsu nya itu masih tertidur pulas. Tak lama pintu kamar itu terbuka.
Ceklek.
"Mami! "
Mami Cia tersenyum melihat putra sulungnya itu.
"Ale sini, nak" mami Cia mencium dahi putra nya itu. Ale baru pulang sekolah terlihat di masih memakai seragam sekolah.
"Kamu mandi dulu gih, abis itu langsung istirahat ya"
"Tapi, mau di temenin sama mami ya"
"Iya, kalau udah mandi kesini aja ya"
Ale langsung keluar dari kamar untuk membersihkan badannya. Setelah selesai langsung menuju kamar mami Cua lagi. Di kamar Ale menidurkan kepalanya di paha mami Cia sedangkan Afin masih betah dengan mimpinya. Tak lama pula Ale juga tertidur.
Sekarang seluruh keluarga sedang melakukan makan malam. Dan rencananya Cia akan memberi tahu mereka nanti setelah makan malam.
Sebelum masuk kamar masing-masing, mereka berkumpul dulu untuk sekedar berbincang-bincang.
"Mas ak-"ucapan Cia terpotong saat ada satu bodyguard masuk ruangan itu.
"Maaf, tuan mengganggu"
"Ada apa? "
"Di luar ada yang mencari tuan Agam. Tuan"
"Siapa? "
"Saya tidak tahu tuan. Tapi, dia seorang wanita"
Deg
Apa-apaan ini mami Cia sudah kecewa duluan terhadap suaminya itu. Pikirannya bercabang-cabang memikirkan hal negatif tentang suaminya itu.
Mereka semua segera menemui wanita itu. Dan ternyata wanita itu sedang duduk di ruang tamu.
"Mas Agam"wanita itu langsung memeluk Agam. Mami Cia yang melihat itu langsung menangis. Di gendongannya ada Afin.
Agam segera melepas pelukan itu.
"Apa-apaan sih, kamu ngapain kesini"
"Aku mau kamu tanggung jawab mas... Aku hamil mas hamil anak kamu" sungguh sekarang hati mami Cia sangat-sangat hancur kala mendengar itu.
"Jangan mengada-ngada kamu, saya tidak pernah menyentuh kamu ya"
"Tapi ini buktinya mas, aku hamil" dia memberikan tes pack itu pada Agam. Memang benar disana terlihat dua garis biru.
Mami Cia dan Afin pergi dari sana menuju kamar. Tidak ada yang mengetahui kepergian mami Cia dari sana. Dia mengunci kamar menangis dalam diam. Afin hanya melongo kala melihat mami nya menangis. Lamanya mami Cia menangis, ia bangkit lalu menuju meja yang ada di sana mengambil kertas dan menuliskan surat, setelah itu memasukan nya ke dalam amplop dan juga tes pack itu juga di masukan ke dalam nya. Setelah itu mami Cia membawa Afin untuk ke kamarnya untuk menidurkan Afin.
Setelah rasa Afin tertidur lelap, mami Cia memasukan amplop itu kedalam selipan baju Afin. Ia membawa baju sedikit lalu keluar dari rumah lewat pintu belakang. Tidak ada yang mengetahui kalau mami Cia pergi dari rumah.
Sedangkan di ruang tamu masih ramai beradu mulut. Hingga akhirnya Agam mengambil keputusan akan melakukan tes dna kalau bayi itu sudah lahir. Agam malamnya tidur di kamar tamu, ia pikir istrinya sudah tidur bersama Afin.
Pagi harinya Afin menangis mencari mami nya tidak ada. Setelah di cem cctv oleh Agam ternyata istrinya pergi dari rumah malam itu juga.
Disitulah Agam bersumpah akan membunuh wanita yang membuat istrinya pergi dari rumah.
"Seperti itu kejadiannya, maafin mami ya" ucapnya sambil nangis terus membawa Ata yang juga sedang menangis kedalam pelukan. Bukan hanya Cia dan Ata yang menangis, tapi mereka juga menitikan air mata. Agam lanngsung saja memeluk Cia dan Ata.
Mereka merasa bersalah karena baru sekarang mereka menemukan Cia dan Ata. Dan mereka berjanji akan menjaga Cia juga Ata mulai sekarang.
Setelah mendengar itu Ata tidak marah dengan mami nya begitu juga dengan papi nya, mungkin sudah garis takdir nya harus seperti itu.
Lagi pula mereka sudah berkumpul kembali, tidak akan Ata memperumit segalanya. Ia menginginkan mamanya bahagia berkumpul kembali dengan yang lainnya.
"Gue gak nyangka kenapa gak dari dulu aja sih" batin seseorang.
____________________________________