Kok aku bodoh banget sih? Aku masih ling-lung karena kejadian satu jam yang lalu di taman. Aku duduk manis di atas tempat tidur dengan muka belo'onku yang dapat aku lihat langsung dari cermin di depan. 'Bodoh kamu Seruni!' tutuk hati kecilku. "Yeah aku memang kelihatan bodoh banget tadi," gumamku putus asa. Seketika aku teringat kembali saat beberapa jam lalu.
"Enggak bisa karena kamu sudah mengambil sepotong hati saya," sumpah deh perkataan Pak Aji atau Darsono buat aku mual tiba-tiba. "Saya serius!" tambahnya dengan muka yang datar-datar aja.
Aku curiga kalau mas-mas bernama katrok satu ini sedang mengerjaiku di acara infotaiment. "Saya rasa Anda sedang katarak!" balasku jengkel.
"Iya saya katarak karenamu," huaaa Ibu anakmu digombalin mas-mas bernama katrok tapi ganteng!!
"Setahu saya Anda dosen manajemen lingkungan, bukan dosen manajemen Gombal!"
"Seruni Anjani! Saya serius, saya tertarik sama kamu!" jawabnya dengan suara yang naik satu volume. Namun, wajahnya tetap datar-datar saja.
"Saya kan gak ngiket situ," balasku sok kalem, padahal nih jantung udah dag dig dug gak karuan.
"Ya udah buruan iket saya di hati kamu!" duh jantungku!! Kalau tadi masih dag dig dug gak jelas, sekarang nih jantung udah lompat-lompat di tempat.
"Boleh!!" jawabku yang langsung membuat Pak Aji menoleh ke arahku. "Tapi ada syaratnya."
Pak Aji mengerutkan keningnya seolah mengatakan 'apa syaratnya?' Aku berfikir sebentar atau lebih tepatnya berpura-pura berfikir untuk mendramatisir keadaan. "Saya mau nilai saya A," gak ada salahnyakan mencari keuntungan diantara kesempatan? Hohoho.
"Gak!! Kamu itu gak disiplin, mana boleh saya sebagai dosen bermuka ganteng dan masih muda serta baik hati disuap seenaknya aja!" balas Pak Aji narsis.
"Kali ini kasusnya beda dengan kasus suap yang lain! Ini kan disuap dengan cinta!!" ujarku ceplas-ceplos. Aku terdiam sebentar, apa yang baru saja aku ucapkan?
"Jadi kamu cinta sama saya?" tanya Pak Aji yang tiba-tiba saja muka temboknya itu berubah menjadi muka jail yang ngebuat dia tambah ganteng aja!
"Eh enggak!" ujarku panik sambil mengibaskan tanganku dengan cepat. "Bapak sana jauh-jauh, kita belum muhrim jangan dekat-dekat!" usirku galak.
"Belum muhrim?" tanya Pak Aji yang sudah menaik turunkan alis hitam tebalnya.
"Eh maksud saya bukan muhrim!"
"Ya sudah ayo kita halalkan segera!" cetus Pak Aji semangat.
"Pak Aji sakit deh kayaknya, kalau gitu Seruni pulang dulu ya. Takut ntar Seruni ketularan Bapak," segera aku melarikan diri dengan jantungku yang masih nari-nari salsa.
Aku bergidik ngeri mengakhiri khayalanku yang terbang ke beberapa jam lalu. "Dosen Aji postif gila!" sungutku kesal saat mengingat kejadian tadi. "Sudah ah ngantuk, tidur aja deh. Bodo amat besok Ibu sama Bapak pasti bakal ngamuk-ngamuk."
∞∞∞
"Mau kamu itu apa sih? Sudah bagus Bapak dan Ibu mau cariin kamu imam!" bentak Bapak pagi ini saat aku baru saja menginjakkan kaki di ruang makan. Aku diam, tidak ada niat untuk membalasnya.
"Seruni Ibu malu punya anak seperti kamu! Gak punya sopan!" perkataan Ibu menghantam tepat di jantungku. Ingin rasanya aku menangis meraung-raung. Namun, tidak untuk kali ini.
"Pak Bu, yang mau kalian jodohin itu Seruni atau Kak Imel? Sepertinya kemarin malam yang kalian promosiin ke orang tua Pak Aji itu Mbak Imel. Secara gak langsung kalian udah ngelukain egoku sebagai seorang perempuan," nafasku terengah-engah oleh emosi yang sudah membludak di ubun-ubun kepalaku. "Bapak dan Ibu sudah pilih kasih terhadap aku dan Mbak Imel, Seruni gak mau jadi anak durhaka yang gak nurut. Bagaimanapun Bapak dan Ibu tetap orang tuaku, serta Mbak Imel kakakku yang sangat aku sayangi," lanjutku. Setelah mengucapkan kalimat tersebut, aku melangkah lebar keluar dari rumah ini.
∞∞∞
"Mukanya kok asem banget Ni?" komentar Ike dan disetujui oleh Hesti dengan anggukkan kepalanya. Sebelumnya aku sudah menyinggung soal kedua temanku yang ratu gosip inikan? Jadi ingatkan aku untuk tetap menjaga mulutku.
"Lagi PMS! Jadi kalian berdua jangan banyak bacot!" jawabku galak. Sial banget hari ini jam pertama harus ketemu dengan dosen Darsono alias Aji. 'Tau deh namanya siapa,' gerutuku di dalam hati.
"Tumben banget Pak Aji telat," celetuk Hesti.
"Iya nih, eh Seru tau gak Pak Aji kemana?" tanya Ike yang masih sibuk menyalin tugasnya.
"Ngapain nanya sama aku? Emang aku bininya apa?" balasku sewot. Tapi tumben banget dia telat? 'Males kali dia ketemu kamu!' ujar hati kecilku dengan nada sindiran. 'Tapi masa iya sih?' tanyaku kepada hati kecilku. Namun, tak ada jawaban yang dapat aku dengar dan dapat aku rasakan.
"Woy!!" teriakan kompak Ike dan Hesti mengagetkanku dari peperangan di dalam batinku.
"Apa sih!"
"Itu HP situ bunyi!" ketus Ike sambil menunjuk ke arah HP-ku dengan dagunya yang runcing. HP-ku masih saja menjerit-jerit di atas meja.
"Hallo Assalamu'alaikum," sapaku kepada penelpon yang tak aku ketahui siapa karena nomornya tidak dikenal.
"Wa'alaikumsallam, Seruni ini saya Aji. Tolong kamu beri tahu kelas kalau kelas akan saya undur hingga nanti jam 2 siang," ujar diujung sana panjang lebar. Aku shock, darimana dosen aneh ini mendapat nomor ponselku?
"Seruni kamu dengar saya?" tanyanya dengan suara dingin miliknya yang sudah sangat aku hapal.
"Iya Pak saya dengar."
"Bagus, kalau gitu Assalamu'alaikum," sambungan diputus secara sepihak oleh Pak Aji.
"Wa'alaikumsallam!" jawabku kepada teleponku.
"Guys, Dosen Aji mengundurkan kelas hingga jam 2 siang nanti!" beritahuku dengan suaraku yang kesal dan menggelegar, mampu membuat banyak pasang mata menatap garang ke arahku, terutama para wanita.
"Itu tadi yang nelpon dosen ganteng?!" teriak Hesti histeris dengan mukanya yang belo'on banget.
"Mmm," gumamku malas.
"Kok bisa?" tanya Ike dengan matanya yang menyipit.
"Jangan bilang kau ada affair sama Pak Aji?!" kembali Hesti bersuara.
Mampus aku, kedua ratu gosip memulai interogasinya yang disaksikan mahasiswi yang masih berada di dalam kelas -kalau para mahasiswa mah sudah pada ngacir-.
"Enak aja!! Aku aja gak tahu itu dosen aneh dapat nomorku dari siapa!" sangkalku jengkel.
"Gak percaya!" Ike memicingkan matanya.
"Terserah sih!" jawabku tak mau tahu. Aku segera keluar dari kelas yang entah kenapa berubah menjadi horor. Gimana gak horor kalau aura mereka udah nyeremin banget?