Kisah 4 - Partner

1292 Kata
Dua tahun lalu CEO? Bagi sebagian orang akan merasa tersanjung dengan posisi tersebut—tapi tidak bagi seorang Rian Putra kresna. Semenjak dia semester empat—Rian merasa hidupnya sudah terrampas. Tidak ada waktu senang-senang karena dia harus banyak belajar dan berlatih mengenai perusahaan keluarga. Rian tidak mengerti mengapa perusahaan keluarga malah harus diserahkan pada anak ingusannya sepertinya? Padahal masih ada Pamannya yang bisa meneruskan perusahaan induk keluarga. Rian dipaksa harus mempelajari semua seluk-beluk perusahaan yang langsung dibimbing oleh sang Kakek—Arga Direja. Rian sendiri tak langsung melesat pada posisi tertinggi. Saat pertama kali masuk di perusahaan ia harus mennyamar di salah satu hotel bintang lima milik keluarga menjadi bagian pantry. Rian bertahan hingga dua tahun saat ini ia bisa naik posisi menjadi general manajer. Saat ini posisi CEO masih dipegang oleh sang kakek yang tentu saja usianya semakin tua. Maka Rian sudah harus menyiapkan diri bahwa dia harus siap satu tahun ke depan akan menempati posisi sang kakek. Sebagai pelepas penat dan lelah—kini Rian telah berada di salah satu pusat hiburan malam elite yang terletak di kawasan Kemang. Semakin malam tempat hiburan malam seperti ini akan semakin panas. Saat masuk ke dalam Rian sudah disuguhi dengan musik dari romantis nan lembut membelai telinganya. Lagu John Legend yang berjudul All Of Me begitu syahdu terdengar. Rian menatap ke dance floor di bawah—tampak banyak pasangan sedang saling berdansa erat, berpelukan bahkan berciuman. Hingga Rian melihat seorang laki-laki tengah berlutut secara tiba-tiba di hadapan perempuan. Laki-laki itu mengeluarkan kotak beludru yang sudah pasti berwarna merah. Rian menyeringai geli. So Tricky and mainstream! Ejeknya. Lagu romantis, cincin, have to kneel down dan sang perempuan akan menangis. Sungguh Rian tidak mengerti mengapa masih banyak melakukan proses lamaran atau pernyataan cinta yang bagi Rian that’s too much and crazy. Rian masih percaya cinta. Hanya saja saat ini ia belum menemukan. Sudah Rian coba beberapa kali sejak SMA hingga kuliah dia berpacaran dengan banyak perempuan. Tapi yang Rian dapat hanya sekadar memenuhi rasa ingin tahunya bukan memenuhi kebutuhannya akan cinta itu sendiri. Karena itu sejak dia disibukkan dengan belajar perusahaan maka yang Rian lakukan adalah hanya bersenang-senang tanpa mau terikat dengan siapa pun. Setelah menonton adegan menggelikan tersebut—Rian menghampiri meja bartender. Dia suka dengan minuman yang diracik oleh Bondan. “Vodka or mocktail?” tawar sang bartender. “Vodka,” jawab Rian singkat. Kemudian sang bartender pun segera menyajikan minuman pesanan Rian. Bondan mengernyit—menatap Rian yang masih tampak memperhatikan ke arah dance floor. “Elo kenapa?” “Gue cuma geli sama cewek bule itu. She is stupid girl. Paling bentar lagi juga cowoknya berkhianat.” Kemudian Rian tertawa sembari meneguk vodka-nya. “Belinda,” ucap Bondan. “Siapa?” tanya Rian tidak mengerti karena Bondan tiba-tiba menyebut nama Belinda. “Dia Belinda Hopkins. Elo pasti tahu kan nama Hopkins.” Rian mengangguk mengerti. “Oh … Princess Hopkins, toh.” Kemudian Rian kembali melihat si gadis tersebut. Senyum gadis bernama Belinda tersebut sungguh menawan. Rambutnya yang agak ikal gantung berwarna coklat gelap tergerai hingga punggungnya. Wajahnya perpaduan wajah khas pribumi dan kaukasoid semakin menambah kesan cantik. Sekali lihat pun Rian bisa menilai. “She is look smart and sexy,” puji Rian. “Hey, dude, she has a boyfriend.” Rian menoleh ke arah Bondan dan menatapnya dengan alis kanan yang terangkat. “Siapa juga yang bakal ngerebut dia. Cuma memberi penilaian. Enggak salah kan.” “Ya, enggak. Tapi kilat mata lo udah keliatan nafsu sama itu cewek.” Cibiran keras Bondan membuat Rian tergelak. Ada-ada saja pikir Rian. Rian hanya tertarik dan menilai. Karena penilaian Rian tak pernah salah. Dia banyak belajar dari sang kakek bagaimana agar bisa menilai orang dengan baik dan benar. Dalam bisnis tentu saja ini sangat penting dalam menentukan kepercayaan pada orang yang ditemui. “Elo tahu gue lah.” Rian mengangkat gelasnya meminta Bondan kembali mengisi. Kemudian Rian berjalan menuju meja teman-temannya yang sedang asyik bercakap-cakap. Sembari kepala mereka tampak bergoyang mengikuti irama lagu The Chainsmokers yang kini mengalun riang di telinga para pemuja hiburan malam. Kadang Rian merasa penat dengan aktifitasnya. Selalu sama. Ritme hidup yang sama. Hiburan yang sama. Bertemu dengan orang yang sama. Rian merasa hampa. Ia tahu ia akan menjadi penerus perusahaan keluarga. Ribuan orang akan menggantungkan hidupnya di pundaknya. Tapi rasanya ada yang kurang. Apakah itu? Cinta? Memikirkan cinta entah mengapa Rian malah kembali menatap gadis yang masih bergelayut manja di pundak kekasihnya. Belinda Hopkins. Rian tersenyum kala menggumamkan nama sang gadis. Entah mengapa Rian merasa dirinya akan bertemu kembali dengan gadis tersebut. *** Jika ini adalah takdir maka Rian akan berterima kasih pada Tuhan. Dua bulan setelah ia melihat gadis itu pertama kali. Kini Rian malah bertemu dengan cara yang tak terduga. Belinda tampak berantakan. Eyeliner-nya tampak memudar memunculkan jejak bercak hitam di sekitar kedua mata Belinda. Mata bulat gadis itu tampak sebab. Bibir mungkin nan penuhnya masih sesenggukan. Jika Rian tadi melajukan mobilnya dengan kencang bisa dipastikan gadis ini tak akan selamat. Dan kecelakaan pun tak akan bisa terhindar. Thanks God! Karena Rian tidak mabuk malam ini. Segera ia keluar dari mobil sedan warna putihnya. Ia ingin murka pada gadis yang tiba-tiba saja menyeberang sekakan sengaja ingin menabrakkan diri. Saat Rian sudah siap menyemburkan amukannya—Rian malah tertegun melihat wajah cantik itu yang kini terlihat begitu terluka. “Hei … Elo gila, ya? What would you do?” tanya Rian yang agak sedikit cemas melihat penampilan gadis itu yang kacau. “Let me,” jawab Belinda lirih. Tak dihiraukan ucapan Belinda. Kini jutrsu Rian malah menarik lengan Belinda. Sontak Belinda membeliak kaget dan semakin marah. “Do you hear me? Let me!” bentak Belinda sambil berusaha lepas dari belitan tangan kanan rian yang masih memegang lengannya. Rian dengan paksa memaksa Belinda masuk. Mendorong gadis itu dengan kasar kemudian menutup pintu penumpang dengan keras. Hingga menimbulkan bunyi dentuman yang membuat Belinda terperanjat. Rian mengendarai mobilnya dengan pelan. Beberapa saat tak ada suara yang keluar dari kedua bibir mereka. Rian masih sibuk menyertir. Sedangkan Belinda mengalihkan pandangannya ke arah jendela mobil. Sesekali ia mengusap air matanya yang jatuh. Ia membuka sedikit kaca jendela yang membuat angin malam yang dingin dan menusuk itu menerpa kulit Belinda dan Rian. Rian pun sigap menurunkan suhu pendingin mobil. Melihat Belinda yang kacau—Rian pun akhirnya bersuara. “Jika kamu patah hati jangan pernah terlihat bodoh. Just healing with your self.” Belinda pun segera menoleh—menatap Rian dengan gamang. “I saw him, and that’s hurt me.” Belinda menundukkan wajahnya. Bayangan kekasihnya yang dua bulan lalu berlutut dan memasangkan cincin masih terbayang. Saat itu Belinda begitu senang. Tapi apa yang barusan ia lihat di apartemen kekasihnya yang sedang bersenggama dengan gadis lain membuat Belinda terkejut hingga rasanya ingn mati. “Sudah biasa. Elo liat cowok lo lagi ML, kan?” Rian bukan bertanya namun terkesan menuduh. Belinda kembali menatap Rian. Ia bertanya apakah pria di depannya ini cenayang. Mengapa bisa tahu bahwa kekasih Belinda itu sedang melalukan hubungan intim. “Forget him. Okey, Partner?” Rian menyodorkan tangannya. Belinda semakin terkejut. Partner? Mengapa cowok yang ia saja belum tahu namanya malah menyebutnya dengan partner. Tapi entah mengapa justru Belinda malah membalas uluran tangan Rian. Jabatan erat membuat Belinda yakin ia bisa percaya pada laki-laki ini. “Yes, Partner!” balas Belinda dan tersenyum. Sedetik kemudian pun mereka tertawa. Entah hubungan seperti apa mereka kelak. Hanya saja baik Belinda dan Rian yakin bahwa mereka akan menjadi teman yang saling menyenangkan. *** Hai perkenalkan aku Sidsaft. Happy Reading yaa dengan kisah Rian dan Ricon. Silakan Komen dan tap love. Next Chapter kita akan ketemu dengan Uda Ricon dan Gina. tunggu cerita ini setiap harinya yaa. hatur Tengkyu
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN