Alexa Bringasan

1106 Kata
"Nangis aja, orang hidup butuh ekspresi. Kalau bahagia ya tertawa, kalau sedang sedih ya menangis. Semuanya ada porsinya masing-masing, jangan memaksa lebih untuk jadi kuat. Menangis bukan berarti lemah, sedih bukan berarti kalah." Alexa menoleh ke belakang. Dia terkejut saat tiba-tiba terdengar suara seseorang dari arah belakangnya. Orang itu bersedekap d**a, "Simpel kan? Nangis selagi masih punya air mata dan rasa iba. Itu berarti tandanya kamu normal." Alexa masih diam, dia tidak menyangka kalau sejak tadi ada orang yang menyaksikan sesi curhat pada dirinya sendiri. "Gak usah sok malu-malu, kamu gak malu-malu aja uda malu-maluin kok," ujar Brayn itu dengan santainya. Ya, orang itu adalah Brayn. Alexa melotot, matanya membelakak lebar, "Enak aja bilangin aku malu-maluin!! Aku sunat juga lidah kamu nanti, selangcang itu menghina orang cantik." Alexa mengancam Brayn, dia sudah mengeluarkan wajah garangnya. "Tuh kan, baru aja menye-menye, tapi sekarang uda kumat lagi bringasannya," Brayn langsung berbalik badan, dia pergi meninggalkan Alexa sendirian. "Eh tunggu!! tungguin aku dong!!" Dengan sigap Alexa langsung mengejar Brayn. ***** "Kamu-- eh, lo ngapain di situ?" Bryan bertanya pada Alexa yang sedang duduk santai di sofa empuk yang biasanya Brayn duduki saat menonton tv. "Kok manggilnya lo gue sih?" Alexa memprotes Brayn. Brayn menaikkan sebelah alisnya, "Lah emang kenapa? kamu bukan rekan kerja saya yang harus saya hormati. Lo gue itu cukup." Alexa langsung berdiri menghampiri Brayn dengan raut wajah tak terimanya. "Mana bisa gitu! kan kita uda di jodohin, uda mau nikah juga. Panggilannya tuh yang romantis lah, sayang kek, beb kek, cinta kek, honey kek, pokoknya yang romantis-romantis lah. Kok malah lo gue, gak romantis sama sekali, tau gak sih," Alexa benar-benar protes pada Brayn. Dia benar-benar tak suka mendengar Brayn memanggil dirinya dengan sebutan lo-gue. Brayn tercengang. Dia benar-benar tak menyangka kalau Alexa akan bereaksi seberlebihan ini. "Lo pikir gue alay bin lebay apa? terus kalau kita uda dijodohin juga mau bilang apa? lo suruh gue manggil lo dengan sebutan alay gitu?" Brayn bertanya pada Alexa. Dengan tak tau malu dan tak tau dirinya Alexa, Alexa langsung mengangguk mengiyakan. Brayn tertawa jahat, "Jangan mimpi lo ya! jangan ngira mentang-mentang gue menyetujui pernikahan ini, terus gue mau jadi bucin alay lo. Enggak!! Gak mau gue!!" Brayn menolak mentah-mentah permintaan Alexa. Alexa menelan ludahnya, dia menatap Brayn tak percaya. Brayn ini memang benar-benar garang juga rupanya. Alexa maju selangkah mendekati Brayn. Lalu dengan waktu sekejap, Alexa langsung memeluk Brayn dengan waktu singkat, hanya beberapa detik saja. Lalu kemudian Alexa lari menuju dapur. Brayn yang dipeluk Alexa masih diam mematung, dia belum bisa mencerna keadaan yang sedang terjadi. "I love you, mas galak! Alexa padamu selalu!!" jerit Alexa sambil berlari menuju dapur. Brayn mengerjap, kesadarannya mulai kembali, "Dasar cewek gila!" umpat Brayn yang masih kesal dengan tingkah laku Alexa yang sesuka hatinya. Sepeninggal Alexa, Brayn langsung berjalan menuju sofa. Dia duduk dan langsung menyalakan televisi. Tingkah laku Alexa tadi masih membekas dipikiran Brayn. Tak ada satu pun orang yang pernah selancang itu padanya. Alexa benar-benar bisa membuat dirinya keluar dari zona nyaman. "Arghhh!!! ...," Brayn menggeleng-gelengkan kepalanya frustasi. "Terngiang-ngiang terus," Brayn menjambak rambutnya. "Mendingan gue nonton TV aja lah," Brayn fokus melihat dan mendengar televisi yang sedang menyala itu. Walaupun pikirannya tetap tak kesitu, Brayn tetap berusaha fokus nonton agar tak terngiang-ngiang pelecehan yang dilakukan Alexa padanya tadi. "Mas galak!!! aku bawain jus nanas buat kamu!!! ...," Alexa berteriak kencang. Alexa juga sedikit berlari untuk sampai ke tempat duduk Brayn. Brayn menghela nafasnya kasar. Geram, yang dirasakannya sudah geram level akut malahan. "Apa lagi sih?!! Lo bisa gak sih jangan ganggu gue terus? Sana pergi!! Cari kegiatan yang berfaedah! Bersihin kolam renang kek, manjat dinding kek, nyuci baju kek, nyabuti rumput kek. Banyak yang berguna, jangan ganggu gue terus!" Brayn mengusir Alexa. Dia benar-benar tak suka kalau Alexa terus saja mengganggunya. Bukannya takut ataupun sedih, Alexa malah menyengir lebar. Menampakkan gigi-gigi rapih nan putihnya pada Brayn. "Tenang, mas sayang. Jangan emosi-emosi dulu. Ini yang dinamakan cobaan dalam suatu hubungan. Jangan benci-benci gitu ahhh ... benci ujung-ujungnya jadi cinta lohh ...," Alexa mencolek dagu Brayn. Brayn langsung mengelak terkejut. Dia benar-benar takut pada Alexa yang selalu saja melecehkannya dengan cengiran khasnya. "Jangan sentuh-sentuh gue!!! Jangan melecehkan gue!! Gue masih suci!! Lo gak pantas menorehkan noda di tubuh gue," Brayn menjauh dari Alexa. Dia mundur beberapa langkah. Alexa yang melihat Brayn menjauh langsung saja menampilkan senyum jahilnya. Alis Alexa dinaik-turunkannya, "Kenapa kamu, mas sayang? kamu mau aku kejar biar romantis kayak di film India gitu?" tanya Alexa dengan memainkan matanya. Brayn yang ketakutan dengan Alexa yang menurutnya benar-benar bringasan, langsung saja mundur kembali. Brayn kembali mundur beberapa langkah agar jauh dari Alexa. Alexa diam, dia memasang wajah cemberutnya. Bibirnya manyun kedepan, seolah-olah Alexa sedang merajuk. "Kok kamu malah semakin jauh sih, mas? kan aku capek ngejarnya," Alexa menundukkan kepalanya lesu. Beberapa detik suasana hening, Brayn tetap mematung di tempatnya. Dengan waktu cepat, Alexa langsung mengangkat kepalanya, dan Alexa langsung berlari cepat ke Brayn. Alexa langsung memeluk tubuh Brayn dengan erat. Brayn yang belum siap karena dipeluk Alexa tanpa aba-aba pun langsung diam mematung, bukan hanya mematung, Brayn bahkan tahan nafas. Dia benar-benar tak tau harus melakukan apa saat ini. Alexa memeluk Brayn dengan erat, dia mendusel-duselkan kepalanya ke d**a bidang milik Brayn. "Eumm ... sayang ... uda gak sabar deh pengen sah sama calon suami yang tampannya gak ketulungan," Alexa masih menikmati wangi parfum di tubuh Brayn. Sementara Brayn benar-benar tersiksa, dia bahkan menahan nafas saat Alexa memeluknya. "Say-" "Astaga!!! Gila sih ini gila!! Ternyata kalian uda saling suka dan uda saling jatuh cinta?!! Ini benar-benar progres yang baik untuk hubungan kalian!! Kalian nikah minggu depan!!" Tiba-tiba Alice datang bersama Bella. Alice benar-benar sangat senang dan exited melihat Alexa dan Brayn sedang berpelukan. Karena kepergok oleh mamanya, Brayn langsung ingin melepaskan pelukannya dengan Alexa. Tapi Alexa menahannya. Alexa memeluknya semakin kuat. "Duhh ... gak mau dilepas pula itu. Uda sesayang itu ya kalian berdua ...," Alice menggoda Alexa dan Brayn yang masih dalam posisi berpelukan. Alexa tersenyum lebar, lalu perlahan dia melepaskan pelukannya pada Brayn. "Hehehe ... iya nih tante. Maaf banget ya, Brayn emang suka gitu. Suka banget peluk-peluk aku dari tadi," Alexa menjelaskan pada Alice. Brayn melotot lebar saat mendengar kebohongan yang keluar dari Alexa. "Enggak ma-" "Enggak salah lagi kan, sayang," Alexa langsung memeluk lengan Brayn dengan kuat. "Kamu gak usah malu-malu, kan bentar lagi juga kita sah. Iya kan, tante?" Alexa bertanya pada Alice. Alice tersenyum lebar, lalu dia mengangguk cepat, "Lusa nikah juga gak apa-apa, mama yang urus semuanya," balas Alice dengan raut wajah gembiranya. "Dasar cewek gila!! Benar-benar bringas sekali dia!" Brayn mengumpat dalam hati. Dia benar-benar kesal melihat Alexa yang sangat-sangat tak tahu malu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN