Definisi hidup itu apa sih?
Hidup milik satu tubuh, satu hati, satu pikiran, satu jiwa dan satu insan yang telah lahir ke dunia.
Ada hidup, ada hak.
Untuk apa seseorang hidup jika bukan dia yang pegang kendali?
Kita hidup untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain.
Kita pemeran utama di kisah hidup kita, bukan orang lain.
Orang lain hanya pegang posisi sebagai pemeran pembantu atau bahkan penonton.
Kita yang menentukan akan dibawa kemana hidup kita.
Dan buat orang lain, kamu harus mengerti.
Sedekat apa pun hubungan kalian, hak dan hidup itu hanya milik masing-masing insan, bukan milik bersama.
Pegang kendali di kehidupan mu sendiri, maka kamu tak akan pernah kesasar dan menyesal.
Dan jangan pernah memakasa untuk pegang kendali di kehidupan orang lain, karena haknya sudah berbeda.
Ingat, hal yang selalu dipaksakan akan berujung kekacauan.
~Daniel Zerios
*****
Daniel masih kurang yakin dengan apa yang dikatakan oleh lelaki yang mengaku kalau Alexa adalah calon istrinya. Sejak mengantar wanita yang sedang bersamanya tadi, Daniel jadi urak-urakan sendiri. Dia masih benar-benar memikirkan Alexa. Apa benar Alexa sudah ingin menikah? Daniel masih kurang yakin akan hal itu.
Daniel memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Dia langsung keluar dengan menenteng plastik makanan yang akan diberikannya pada mama dan papanya.
"Daniel, baru pulang jam segini. Dari mana aja sih?" tanya Santi, mama Daniel yang sedang duduk santai bersama Wawan, papa Daniel.
"Atau jangan-jangan kamu ketemuan sama cewek miskin itu ya?" Wawan langsung menuduh Daniel.
Daniel menghela nafasnya kasar, dia meletakkan makanan yang dibawanya ke atas meja.
"Maksudnya papa itu apa sih? kenapa papa selalu aja curiga sama Daniel? gak bisa apa papa percaya sama anak sendiri," Daniel menghempaskan tubuhnya ke atas sofa yang letaknya tak jauh dari posisi mama dan papanya.
"Kamu ngelawan sama papa, hah?" bentak Wawan pada Daniel.
Daniel menatap tepat pada manik mata Wawan, "Siapa yang melawan sih, pa? Daniel cuma bertanya dan menyampaikan isi hati Daniel. Apa itu salah?" tanya Daniel pada Wawan.
"Ya salah lah!! Kamu itu harusnya gak usah banyak tanya! Kamu itu seharusnya nurut aja sama papa dan mama! Apa yang papa dan mama bilang harus kamu lakukan! Jangan ngebantah!!!" Wawan semakin membentak Daniel sejadi-jadinya.
"Iya pa, terserah papa aja. Dunia Daniel dan kehidupan Daniel kan milik papa dan mama. Mana bisa sih Daniel ngebantah papa dan mama, kalian kan yang mengatur semuanya. Daniel cuma bisa diam dan nurut, walaupun Daniel gak suka," Daniel berdiri. Dia bangkit dari duduknya, dan langsung berjalan menuju kamarnya.
"Semua-swmuanya diatur. Mulai dari atas sampai bawah, mulai dari yang terkecil sampai yang besar juga semuanya diatur. Padahal gue juga uda besar. Dan gue selalu ngikutin semua apa yang diinginkan mama dan papa," sepanjang jalan Daniel hanya bisa menggerutu saja. Moodnya benar-benar hancur saat ini.
"Sekolah gue jalanin, kuliah gue jalanin, belajar, harus jadi ini dan itu juga gue turutin. Terus, gue pengen milih pasangan untuk hidup gue aja harus ditentuin. Sebenarnya ini hidup gue atau mereka sih? rasa-rasanya semua kehidupan gue dipegang kendali oleh mereka." Daniel mengunci pintu kamarnya.
"Gue anak atau peliharaan yang harus nurut sama majikan?" tanya Daniel pada dirinya sendiri.
Daniel tertawa sinis, "Miris banget sih hidup lo, Daniel," ujarnya kemudian.
"Uda besar apa-apa aja pake diatur. Uda kayak robot yang diciptakan untuk mereka atur-atur aja. Sedih banget sih jadi lo," Daniel merebahkan dirinya di atas tempat tidur berukuran kig size-nya.
"Entah kapan gue bebas, tanpa terkekang, tanpa ada yang ngatur-ngatur hidup gue, atau yang lebih tepatnya tanpa ada yang ikut campur terlalu dalam di hidup gue," Daniel menatap langit-langit kamarnya. Hidupnya benar-benar membosankan.
"Gue yang lahir, gue yang hidup, gue yang bernafas, tapi malah gue yang gak bisa memilih jalan hidup gue sendiri. Aneh," Daniel tersenyum miris mengingat kalau dirinya masih dalam kendali orang tua.
"Alexa ...,"
"Alexa gimana ya? Apa benar dia mau nikah? Gue gak percaya sih kalau dia beneran mau nikah, rasanya gak mungkin. Dia gak mungkin uda move on dari gue. Gue yakin banget kalau itu cuma candaan doang." Mau tidak mau Daniel harus meyakinkan pada dirinya kalau itu hanyalah bercanda. Ketenangan hati yang paling penting sekarang.
Daniel duduk, dia beralih dari posisi tidurnya.
"Ehhh ... tapi kalau memang Alexa uda mau nikah beneran gimana? gue harus berbuat apa? apa iya gue harus mutusin dia?" Daniel bertanya pada dirinya sendiri.
"Ahh ... enggak, gue gak mau. Gue gak mau mutusin Alexa. Alexa akan tetap jadi pacar gue selamanya. Tanpa gangguan dari siapa pun, dan halangan dari siapa pun. Cuma gue yang boleh menikah dengan orang lain nantinya, kalau Alexa gak akan gue izinin. Dia bakalan jadi pacar gue selamanya," Daniel benar-benar bertekad. Dia bicara dengan tekad yang cukup kuat dan serius.
"Dari dulu gue pertahankan Alexa jadi pacar gue, walaupun gue jalan sama cewek-cewek lain, itu karena gue gak mau Alexa nemuin laki-laki selain gue," Daniel memang sangat egois.
"Dan sekarang, tiba-tiba ada cowok yang ngaku jadi calon suami Alexa, rasanya gue gak percaya dan gak akan rela. Gimana pun nantinya, gue gak akan biarin Alexa berhubungan dengan lelaki lain. Cukup gue, cukup gue yang boleh ada dalam hidupnya, bukan orang lain," Daniel berbicara dengan nada dingin nan seriusnya.
Entah apa maksud dan tujuan Daniel, Daniel benar-benar sangat tidak suka jika Alexa ingin dinikahi oleh seseorang. Jika Alexa punya pacar lain, atau gebetan lain, mungkin Daniel akan mengizinkannya. Tapi kala Alexa ingin ke jenjang yang lebih serius, yaitu menikah, Daniel akan maju paling depan untuk mencegahnya. Daniel tak akan membiarkan Alexa menikah dengan orang lain. Alexa harus tetap menjadi pacarnya selamanya, Alexa harus bergantung dan tidak boleh move on darinya selamanya.
Egois memang, tapi itulah Daniel. Dia tak akan membiarkan siapa pun mengambil yang menurutnya haknya. Semua hak dan hidupnya sudah direnggut oleh mama dan papanya. Hanya Alexa yang masih bisa dipertahankannya. Oleh karena itu Daniel mati-matian untuk mempertahankan Alexa sebagai pacarnya, selamanya. Hanya Daniel yang boleh menikah dengan orang lain, Alexa tidak boleh.
"Mau sampe kapan pun gue gak akan biarin lo nikah, Alexa. Lo harus jadi pacar gue selamanya. Cuma gue yang boleh nikah sama orang lain, dan lo gak boleh dan gak akan pernah gue biarin nikah sama orang lain. Lo bakalan jadi pacar gue selamanya," Daniel tersenyum miring, jika tekadnya sudah bulat, maka Daniel akan memperjuangkannya.