Bab 7

350 Kata
Bunda Althaf yang tiba tiba datang pun langsung bertanya apa maksud pembicaraan yang Althaf bicarakan dengan Syifa. "Al jelaskan sama Bunda, kenapa kamu nyuruh Syifa buat ngejauhin Rindu?" Tanya Bunda. "Bun, kita nggak kenal siapa dia!" Tegas Althaf. "Bunda kenal baik sama dia." Ucap Bunda. "Althaf sudah bilang sama Bunda. Nggak ada yang bisa menggantikan posisi Nadira." Ucap Althaf lantang. "Siapa yang mau menggantikan posisi Nadira Al?" Ucap Bunda. "Bunda hanya ingin Rindu mendapat kasih sayang dari seorang Ibu." Lanjut nya. "Althaf bisa menjadi Ibu sekaligus Ayah buat Rindu." Sinis Althaf. "Bunda percaya kalo kamu bisa menjadi dua peran itu sekaligus. Tapi liat, bagaimana antusias nya Rindu ketika dia dekat dengan Syifa." Lirih Bunda. Althaf menoleh kepada Syifa. "Saya tekankan sekali lagi kepada kamu untuk tidak mendekati anak saya!" Ucap Althaf penuh penekanan. Syifa menunduk takut. Kenapa dia harus ada di situasi seperti ini? Allah tolong Syifa. Tanpa mereka sadari, Rindu mendengar itu semua. Dia menangis di balik tembok. "Kamu nggak pernah ngertiin Rindu Al." Ucap Bunda. "Dan Bunda nggak pernah ngertiin Al." Ucap Althaf dan langsung meninggalkan apartemen. "Syifa." Panggil nenek Raina lirih. Syifa mendongak. "Maafin Al ya sayang." Ucap nenek Raina. Matanya sudah berkaca kaca. "Tidak apa apa nek. Syifa ngerti." Rindu yang melihat semua percekcokan itu pun langsung masuk ke dalam kamarnya. Rindu tidak siap untuk kehilangan Bunda nya lagi. "Bunda." Lirih Rindu dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. o0o Disinilah Althaf sekarang, duduk di kursi kebesarannya dengan mengacak ngacak rambut seakan akan rambutlah musuh nya. "Arrghhh" Geram Althaf. Hari ini sangat kacau. Sudah Althaf katakan, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Nadira sampai kapanpun. Dan perempuan itu datang dengan embel embel Bunda? Huftt yang benar saja. Tiba tiba Gibran datang. "Kenapa lagi Lo?" "Bukan urusan Lo." Sinis Althaf. "Wow santai bosque." Ucap Gibran. "Mending sekarang Lo pergi, gue pengen sendiri." Usir Althaf. "Yaelah baru juga dateng, udah ngusir lagi aja." Kesal Gibran. "Pergi!" Tanpa basa basi Gibran pun langsung pergi meninggalkan ruang kerja Althaf. Gibran tahu, sahabatnya ini pasti sedang ada masalah. Dan sebagai sahabat yang cukup pengertian, dia pun harus pergi dan mengurungkan niatnya mengajak Althaf shalat Maghrib berjamaah. Setelah kepergian Gibran. Althaf memeluk foto dirinya dengan Nadira. "Nadira, Mas kangen." Lirih Althaf.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN