Gisel membersihkan luka-luka Sean. Sesekali ia menekan luka tersebut. Melihat Sean berkelahi gara-gara perempuan Gisel ingin sekali memaki-maki Sean. Tapi sekali lagi Gisel sadar akan statusnya.
“Awh.. Pelan pelan Sel. “ teriak Sean saat Gisel menekan luka-lukanya.
“Sakit?? “
“Ya lo pikir aja Sel. Ya jelas sakitlah.”
“Terus ngapain lo sok-sok an berantem kayak gitu?? Ngapain?? Ngapain??” Tanya Gisel frustasi.
Gisel suka Sean. Apa Sean tidak bisa sedikit saja melihat ke arah Gisel. Melihat kalau Gisel sangat menyukai dirinya. Sean diam saja. Dia tidak menjawab pertanyaan Gisel.
“Tau ah yan. Gue kesel sama lo.” Ucap Gisel marah dengan melempar handuk yang digunakannya untuk membersihkan luka-luka milik Sean. “Urusin aja diri lo sendiri.” tambahnya lagi.
Setelah mengatakan itu Gisel pergi.
Brak...
Gisel menutup pintu itu kasar. Dia mengusap air matanya kasar. Bisa nggak sih Sean melihatnya sebentar saja. Ia lalu memesan ojek online untuk mengantarkannya pulang.
Disisi lain Sean menatap pintu tempat keluarnya Gisel dengan nanar. Sean tau gadis yang menyandang status sahabatnya sejak ia kecil itu marah melihatnya berkelahi seperti tadi. Tapi mau bagaimana lagi. Sean mulai menyukai Mita mantan kekasihnya itu. Sean tidak peduli jika kartu kreditnya membengkak sampai 200 juta. Yang membuat Sean marah adalah gadis itu tidur dengan laki-laki lain. Dan ternyata gadis itu juga sedang hamil anak dari laki-laki tadi.
Sean kalap mengetahui kenyataan itu. Untung saja Sean tidak pernah tidur dengan Mita. Jika saja ia pernah tidur dengan Mita. Sudah ia pastikan jika ia akan dimintai pertanggungjawaban buat anak yang sedang di kandungnya oleh perempuan Matre itu.
“Akh.. Damn! !! “ teriaknya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya. Sebaiknya ia melupakan masalahnya hari ini.
*****
Acara kemarahan Sean dan Gisel berbuntut beberapa hari. Meskipun bertemu Sean di kampus. Gisel tidak menyapa laki-laki itu. Saat Sean memanggilnya Gisel hanya melengos tak peduli.
“Kalian berantem?” tanya Xavier Saat berjalan berdua dengan Gisel.
Pasalnya baru kemarin Gisel datang cepat-cepat ke tempat Sean saat mendengar Sean sedang berantem dengan wajah khawatir Gisel tercetak jelas. Sekarang malah mereka berdua tidak sapa-sapaan. Eh salah.. Gisel yang tidak mau menyapa Sean.
“Nggak usah di bahas deh kak. Males gue sama tuh anak.” jawab Gisel kesal. Ia masih emosi soal kemarin itu. “Yaudah kak, aku duluan. Mau ngumpulin tugas.” pamit Gisel.
“Oke. Hati-hati. “
Gisel langsung berlari ke kantor jurusan dan mengumpulkan tugasnya. Selesai mengumpulkan tugasnya. Ia mengangkat telfonnya yang sedari tadi berbunyi.
“Paketan yang aku kirim udah sampe belum?” tanya Irenee. Sahabat Gisel sekaligus sepupu Sean.
“Paketan apa??” tanya Gisel tak tau.
“Adalah.. Ntar kalo sampe kasih tau aku ya. Ku beliin khusus itu buat kamu supaya Sean naksir kamu.” goda Irenee.
Gisel mendesah. “Bodo amat.”
“Masih marahannya?? Baikan aja lah Sel.” bujuk Irenee.
“Ogah.”
“hhahahh...”
terdengar suara tertawa di sebrang telfonnya.
“Paketan apa sih?”
“Baju. Eh btw. Udah dulu Gis.. Ntar lagi ku telfon lagi “
Belum sempat mengatakan apapun Irenee sudah mematikan telfonnya. Gisel menyimpan hpnya tadi ke dalam tasnya. Baju?? Gisel teringat dengan Reza. Laki-laki itu meminjamkan jaketnya. Ia ingat harus mengembalikannya.
Gisel mengambil hpnya lagi dan mencari kontak Reza. Gisel kira laki-laki innocent itu akan menghubunginya duluan. Tetapi ternyata laki-laki itu tidak menghubunginya dahulu.
*****
Reza kaget melihat telfonnya berbunyi menampilkan nama Gisel. Untung sedang istirahat. Reza mengangkat telfonnya itu.
“Hallo, Ini Reza kan?”
“Iya. Kenapa?” tanya Reza sok keren.
“Ini gue mau balikin jaket lo. Ada waktu nggak hari ini?” tanya Gisel.
“Ada. Kita ketemu jam 4 sore nanti di coffee House.”
“Boleh. yaudah gue cuma mau bilang gitu aja sih. Sekali lagi makasih ya Za.” ucap Gisel.
“Iya.”
Reza tak henti-hentinya tersenyum sehabis Gisel mematikan telfonnya. Dia habis ini akan kencan dengan Gisel.
“Kenapa lo?” tanya Devan yang melihat temannya tiba-tiba tersenyum seperti orang gila.
“Gue mau jalan habis ini sama Gisel.” kata Reza.
“Cie... Boleh ikut nggak gue??” tanya Devan.
“Nggakk.”
****
Reza sudah sampai di coffee house. Dia masuk dan memilih duduk di dekat jendela. Baru 3 menit ia duduk sudah ada suara
“Udah lama??” tanya Gisel.
Reza menatap gadis itu. Gisel mengenakan sweater rajut putih dengan celana pendek. Rambutnya di biarkan tergerai. Ia menambahkan jepitan di rambutnya.
Cantikk. Menurut Reza.
“Hallo-”
“Eh hei.” kata Reza kemudian.
Gisel duduk. Ia memanggil waitters dan mulai memilih untuk memesan makanan dan minuman.
“Lo mau apa Za?” tanya Gisel.
Reza diam dia tidak menjawab pertanyaan Gisel.
“Za.” panggil Gisel lagi. Kini ia memukul lengan Reza.
“Eh.. Kenapa?”
“Lo kenapa sih?” tanya Gisel penasaran karena sedari tadi Reza melamun.
“Mikir apa?” tanyanya lagi.
“kamu. “
Gisel diam.
“Kok lo cantik banget sih Sel.” kata Reza berikutnya.
Gisel tak bisa menahan agar bibirnya tidak membentuk lengkungan ke atas.
“Gombal. Udah ah lo pesan apa?”
“Samain aja.”
“Yaudah mas. Sama.”
“Iya mbak. Saya ulangin lagi ya, jus avokadnya 2, kentang gorengnya 2, sama red velvetnya 2. “
“Iya mas.”
“Di tunggu ya mbak mas.” setelah mengatakan itu pelayan itu pun pergi.
“Aneh ya. Padahal Namanya Coffee house tapi yang di jual kok nggak kopi semua ya??” tanya Gisel.
“Ya kan nggak semua orang suka kopi Sel.”
“Ya mangkanya itu, kenapa namanya harus coffee house.”
“Ya karena menunya banyakan kopi Gisel.”
“Oh.. Gitu ya.” kata Gisel dengan menganguk angukkan kepalanya.
“Eh ini. Makasih ya.” Kata Gisel lagi dengan memberikan tas yang berisi jaket milik Reza.
*****
Sean memandang hpnya nanar. Gisel sama sekali tidak membalas pesannya. Ia sekarang berada di Sky denga Aril dan Lucas sahabatnya sejak zaman sekolah SD.
“kas.” panggil Sean.
Lucas yang bermain billyard dengan Aril menghentikan permainannya dan menatap sahabatnya itu.
“Telfonin Gisel.”
“Telfon aja sendiri.” balas Lucas. Setelah itu ia melanjutkan permainannya tadi.
“Kas.. Telfonin Gisel napa. Gisel lagi marah sama gue. Lo kan tau gue paling nggak bisa di cuekin Gisel.“
“Aril noh.”
“Kalau Aril mah Gisel nggak bakal percaya Kas. “
“Lagian kalo lo tau lo nggak bisa di cuekin Gisel kenapa nggak jadian sama dia aja sih?” tanya Aril.
“Gue kan sahabatan sama Gisel.”
“Terus kalau sahabatan nggak bisa pacaran?”
“Terus kalo ntar gue putus sama Gisel gimana?”
“Nggak bakal nyet. Gisel kan cinta banget sama lo.”
Mendegar hal itu Sean tertawa. Aril dan Lucas menatapnya aneh. Di bilangin kok ketawa.
“Kok lo ketawa sih.”
“Ye.. Anying. Gisel kalo jatuh cinta sama gua mah ibarat nyari menara eiffel di kebun Jagung. Nggak mungkin!!” kata Sean dengan di iringi tawanya.
“lah si anjing. Di bilangin malah ngejek.“
“Abisnya lo ada-ada aja. Gisel kan anti banget sama cowok playboy. Sedangkan gue??”
“Ya kalo misalnya si Gisel anti, ngapain sampe sekarang Gisel nempel sama lo. “ balas Aril gregetan. Ini temannya yang nggak peka. Apa emang sok nggak tau kalau Gisel suka sama dia.
“Emang lo nggak suka ya Yan, sama Gisel?” tanya Aril.
“Kalau gue nggak suka sama doi ngapain gue sahabatan sama dia. Aneh dah.”
“b*****t. Lo tau kan maksud gue kayak gimana.” kesal Aril.
“Emang apa maksud lo?” tanya Sean bingung.
“Kas. Gisel cantik kan??” tanya Reza.
“Cantik.” jawab Lucas.
“Tuh.. Dengerr, gue aja mau loh pacaran sama Gisel, udah cantik pinter masak lagi. Dari pada pacaran sama Orang-orang nggak jelas.” Kata Aril kali ini ia duduk di samping Sean.
“Terus kenapa nggak lo ajak pacaran lagi?” tanya Sean.
“Lo ikhlas Gisel sama gue?? Lo tau kan Yan, gue kalo pacaran kayak gimana?? Gue nggak bakal suka lihat Gisel deket-deket sama lo. Gue ini posesif. And.. Kalau lo nggak lupa gue dulu jadian sama dia dan baru seminggu lo udah nyuruh gue putus sama dia.” jawab Aril
Kini Lucas keluar mengambil minum.
Sean sendiri diam saja. Ia tau sahabatnya Aril ini sangat posesif. Dan seketika ia mengingat jiak dulu ia menyuruh Gisel untuk putus dengan Aril.
“Gimana Yan?? Lo ihklas?” tanya Aril lagi.
“Apa sih.” setelah mengatakan itu Sean bangkit dan pergi. Entah kenapa dia merasa kesal mendengar pernyataan Aril.