Chapter [3]

1070 Kata
Jangan lupa untuk meninggalkan Love dan komen, karena respon kalian sangat membantu saya untuk terus melanjutkan cerita ini ** Dia ingin berlari menjauh dari sini, namun belum sempat dia mengangkat kakinya dua gadis cantik tiba-tiba berlari tergopoh-gopoh membawa keranjang besar. Dua gadis itu terlihat ketakutan dan menjatuhkan kerajang mereka, tapi kini giliran Zhang Zhenan yang ketakutan karena kedua gadis itu berlari menghampirinya. "Tuan, apakah tuan sakit? Apa tuan kelelahan? Apa kami terlalu lama..... Maafkan kami tuan, kami tidak bisa diandalkan." Kedua gadis itu secara mengejutkan bersimpuh dikaki Zhang Zhenan seolah meminta ampun. Zhenan hanya diam dan masih memproses apa yang sedang terjadi, tapi melihat gadis-gadis seusia remaja itu membuat Zhenan iba. Dia ikut bersimpuh berniat mengambil kedua gadis itu namun semua orang disana memekik, dengan cekatan pria berbaju biru menarik lengan Zhenan. Zhenan tak kalah terkejutnya, dia kebingungan saat kedua gadis itu histeris membenarkan posisi Zhenan agar berdiri kembali dan dia merasakan tangan pria itu menjauh dari lengannya, spontan dia melihat kearah bajunya dan menemukan bahwa pakaian yang dikenakan juga tak jauh beda dari mereka. Hanfu putih yang dipakainya terlihat indah dan lengannya lebar, angin yang bertiup menambah keindahan hanfu yang dipakainya. Begitupun dengan rambutnya yang menjuntai hingga kepinggang dan tali rambut dengan  mutiara cantik mengikat beberapa helai dari rambut panjangnya. "Tuanku, lebih baik kita pulang.... Tuanku sudah terlalu lama berada diluar." Pelayan wanita itu mengambil tangan Zhenan pelan dan penuh kelembutan, kerutan di dahi Zhang Zhenan semakin tebal namun dia tidak berniat menarik tangannya.  Kedua gadis itu memperlakukannya seperti orang tua yang tidak bisa berjalan, namun Zhenan tak melontarkan protes apapun. Sembari memproses apa yang terjadi Zhang Zhenan membiarkan rombongan kuda itu membawanya. Hingga mereka keluar dari hutan dan masuk ke pemukiman warga, dilihat dari rumah-rumah yang terbuat dari kayu semakin memperjelas gambaran buku yang pernah dia baca, orang-orang berlalu lalang dan beberapa berdagang disepanjang jalan.  Wilayah ini sangat ramai seperti pusat kota, semua orang disana juga memakai hanfu walaupun tak sebagus yang dia kenakan. Saat rombongannya memasuki pemukiman semua orang disana menghentikan kegiatan mereka untuk mendekati rombongan Zhang Zhenan, semua orang dari yang tua sampai anak-anak terlihat senang ketika melihat rombongan Zhang Zhenan melewati pemukiman mereka, mereka bahkan berteriak memanggil namanya untuk melempar doa dan memberkati. Pengawal langsung membuka jalan begitu orang-orang mulai ramai dan berkumpul mengelilingi Zhang Zhenan. "Tuanku, lebih baik tuanku naik ke kereta kuda. Kita sudah cukup jauh berjalan dan keadaan disini sangat ramai, takut anda tidak nyaman..." pria berbaju biru menghentikan Zhang Zhenan. Namun Zhang Zhenan memberi penolakan dengan gelengan kepala membuat pria itu mau tak mau menuruti keputusan Zhenan. Jalan ini sudah penuh andai saja pengawal tidak membuka jalan, semakin lama orang-orang berdesakan untuk melihat Zhang Zhenan. Mereka begitu antusias karena jarang sekali melihat Zhang Zhenan keluar kerajaan, dan ketika melihat Zhang Zhenan untuk keempat kalinya mereka berdecak mengagumi keindahan tuan mereka. Zhang Zhenan begitu indah dengan hanfu putih dan rambut panjangnya, kulitnya yang bersinar semakin menambah kadar kecantikannya. "Semoga Lord Gong diberikan anak yang tampan dan cantik sepertimu..." "Tuan Zhang, semoga anakmu cantik sepertimu..." "Di berkahilah anakmu tuanku, semoga dengan kelahirannya membawa keberkahan untuk negeri ini..." Seruan rakyat begitu keras saling bersahutan hingga membuat Zhang Zhenan sedikit terganggu, bukan teriakan mereka yang mengaggunya namun apa yang mereka katakanlah yang membuat Zhenan merasa dia semakin tersesat. Siapa Tuan Zhang? apa yang dimaksud itu dirinya lalu siapa Lord Gong? Anak? Siapa yang memiliki anak. Sembari berjalan pikiran Zhenan berkelit, dia seperti di negeri asing dan orang ini bukanlah dirinya. Ditengah kekacauan tiba-tiba seorang anak kecil berlari kearahnya, pengawal berusaha menghentikan dia tapi anak itu terlalu kesit dan belum sampai pengawal menangkapnya anak itu sudah menangkap kaki Zhang Zhenan lebih dulu.  Pengawal berusaha menariknya namun Zhang Zhenan mencegahnya, tak ayal hal itu menghentikan raungan orang-orang disekitar untuk melihat apa yang baru saja terjadi. Mereka melihat Zhang Zhenan berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi anak itu, lalu tanpa diduga Zhenan tersenyum manis sembari mengelus kepala anak kecil itu, sontak saja rakyat yang berkumpul histeris melihat kelembutan Zhang Zhenan. "Apa yang ingin kamu lakukan?" Zhenan bertanya dengan lembut. Anak sekitar usia 5 tahun itu nampak malu-malu, dia menyerahkan 2 kuncir rambut kecil yang dihiasi manik-manik dan batu berkilau. Zhang Zhenan menerimanya dan tersenyum kearah anak itu sembari berterimakasih. Anak itu malu-malu dan berlari menghilang dibalik kerumunan, Zhenan mengamati kuncir cantik itu dia tidak tahu alasan anak itu memberinya 2 kuncir rambut tapi dia berjanji akan tetap menyimpannya. Zhang Zhenan ingin berdiri namun rasa sakit menghantam perutnya, tubuhnya mengejang kaku dan lenguhan penuh rasa sakit keluar dari mulutnya. Orang-orang disana mendadak hening, pengawal yang menyadari ketidakberesan  pada Zhenan segera melapor pada pria berbaju biru yang ada didepan membuka jalan. Para pengawal dan pelayan lari membabi buta menghampiri Zhenan yang tetap pada posisinya berjongkok dan tidak bisa berdiri, Zhenan meringis kesakitan sembari meremas perutnya. Semua orang tergopoh-gopoh mencarikan obat apapun yang mereka miliki namun pria berbaju biru menolak. "Apa yang kalian lakukan?!! Kenapa kalian ceroboh, membiarkan tuan Zhang berjongkok?!! Kalian akan membayar ini pada Lord Gong..." pria berbaju biru berteriak marah sembari membantu Zhang Zhenan berdiri namun belum sampai berdiri diposisi sempurna cairan merah kental meluncur deras dari sela pahanya. Semua panik dan histeris melihat hanfu putih itu sekarang dipenuhi noda merah, Zhang Zhenan tidak bisa berpikir yang dia rasakan hanya sakit dan sakit, wajahnya seputih kapas dan sedingin musim salju. Dia tidak kuat menyangga tubuhnya dan jatuh terbujur lemas, sebelum jatuh pingsan dia melihat raut penuh ketakutan di wajah mereka, seakan kepala mereka akan di penggal. Ditengah kegelapan yang menelannya Zhenan berharap ini hanya mimpi dan dia terbangun dengan dunianya yang normal. Tetapi Tuhan tidak mengabulkan harapannya, saat matanya perlahan terbuka warna merah darah yang pertama kali dia tangkap. Mengedarkan pandangannya dan menemukan jika semua ornamen dan keseluruhan tempat ini bewarna merah darah, dia mengernyit merasa terusik dengan warna-warna yang terlihat begitu menyakiti mata. Ranjang yang dia tiduri pun tak jauh berbeda, mulai dari sprei, bantal dan ranjang bewarna merah, kelambu yang mengitari ranjangnya juga bewarna merah tembus pandang. Satu kata, memuakkan. Dia hanya menemukan satu benda yang terlihat mencolok diantara ruangan, benda itu mencuri perhatian. Saat dia mengamati lebih lama dari balik kelambu benda itu takrubahnya adalah sebuah hanfu berkain tebal bewarna biru, walaupun dari kejauhan dia bisa melihat ukiran dan corak di hanfu itu tidak main-main, begitu mewah dan mahal, tapi kenapa hanfu itu diletakkan disana. Hanfu itu seakan memang sengaja dipajang karena ditempatkan diruang yang bisa dilihat semua orang, hanfu itu tersimpan baik di lemari kayu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN