Ketika Kikan mengurung diri di dalam kamarnya karena malu atas kejadian tadi siang ---acara lamaran yang gagal alhasil membuahkan topik ghibah baru untuk warga Bangbarung Indah--- Kikan menjadi pribadi yang pemurung, ia tak menyentuh sedikit pun makanan yang tersaji, makanan yang dibuat dalam jumlah banyak pada akhirnya dibagikan secara gratis untuk club akang ojol yang memiliki basecamp di depan gang. Keluarga Pak Atang enggan berbagi makanan pada para tetangga yang memiliki piala citra tetangga terjulid versi 4.0.
“Ki makan dulu Ki! Udah gapapa, masalah ini jangan dipikirin! Anggap aja kamu belum jodoh!” bujuk Bu Suryani di balik pintu kamar Kikan.
“Ki … kakak beli seblak nih! Seblak ceker loh ini … yuk makan yuk sebelum cekernya bisa jalan lagi, hehe!” hibur Mecca seraya membawa semangkuk makanan favorite adiknya tetapi tetap tak ada jawaban apapun dari dalam kamar.
“Ki makanan banyak nganggur nih! Lo mau makan atau gue abisin? Udah sini mending makan! Ngapain juga lo mikirin cowok ga bertanggungjawab kek gitu? Lain kali mending cari cowok modelan gue, biar pun jamet tapi lulus uji kesetiaan!”
Bu Suryani menepuk bahu anak bungsunya.
“Aw! Apa sih Ma?”
“Punya anak cowok mulutnya lemes bener? Bukannya ngehibur malah di nasehatin, ga akan masuk kalo ngasih nasehat ke orang yang masih galau!” ujar Bu Suryani kesal pada Mawardi.
“Ma, tapi kok si Kikan gak ada suaranya, ya? Dia gak aneh-aneh kan ya?” tanya Mecca bernada khawatir membuat Bu Suryani ikut berpikiran yang tidak-tidak.
“Kamu jangan ngomong gitu dong Mec, mama jadi ikut khawatir nih!” ungkap Bu Suryani, sejurus kemudian ia semakin rajin mengetuk pintu dan memanggil nama anaknya yang ada di dalam kamar.
“Kikaaaann! Kiiii! Kikan kamu kalau masih idup nyaut dong, ngomong apa kek gitu Ki yang bisa bikin mama tenang!” pinta Bu Suryani dengan nada memelas.
“Pinjam uang ….”
Kalimat lirih dari Kikan berhasil membuat ketiga orang yang berdiri di balik pintu meresa lega untuk seketika, tapi detik berikutnya mereka terpacu emosi karena kalimat pertama yang Kikan ucapkan adalah ‘pinjam uang’ bukan yang lain.
“Malah pinjem duit … gak tahu diri, yah? Dahlah mending kita tinggalin aja, capek-capek hibur malah minjem duit, ckckckk!” gerutu Mawardi sambil menggiring ibu dan kakaknya menuruni tangga ke lantai bawah.
Sedangkan Kikan yang berada di dalam kamar memastikan bahwa sudah tak ada siapa pun yang menantinya di balik pintu.
Diambilnya foto Kaisar dan ia tusuk-tusuk foto itu dengan jarum pentul berulang kali sehingga menyebabkan bagian dari kepala Kaisar bolong.
Kikan ingin malam ini Kaisar terganggu pikirannya, inilah akibat yang harus Kaisar tanggung setelah berani mengusik kehidupan milik keluarga Atang Sanjaya.
***
Sebenarnya ketika tadi siang keluarga Pak Atang siap menyambut keluarga calon besan, dimanakah Kaisar berada?
Yap, hari sabtu ini Kaisar libur kerja jadi dia habiskan waktunya untuk istirahat di rumah sementara kedua orangtuanya sibuk dengan hal lain. Menjadi anak tunggal membuat Kaisar bosan sendirian di rumah, maka ia memutuskan untuk pergi menemui teman-temannya ---geng kunchup.
Dengan mengenakan celana denim dan kemeja cream berlengan panjang, Kaisar sampai di sebuah kafe tepat di jam makan siang. Dari sebuah meja, ketiga temannya menyambut kehadirannya.
“Oy, bang Kai!” sapa seorang pria dengan kaos oversize putih bertuliskan ‘TAMVAN DAN BERANI’ di dadanya. Pria berwajah manis itu sukses membuat Kaisar tersenyum.
“Bang Kee apa kabar?” sapa Kaisar.
“Ampir jadi bangke beneran dia, lo lama banget sih datangnya!” ungkap pria lain bersweater putih, dia adalah Kurtajaya atau akrab disapa Bang Kurt, dia duduk di sebelah Keenan.
“Ya sorry, gue abis dari bengkel ambil si Brian ganti kulit, harga skincare-nya mahal banget lagi,” keluh Kaisar seraya memijit pelipisnya.
“Pantesan gue telponin ga diangkat-angkat!” kali ini pria berkemeja navy blue yang angkat bicara, dia adalah Satria ---Bang Sat--- tetua di geng ini, meski begitu umurnya hanya terpaut dua bulan lebih tua dari Kaisar.
“Hape hamil.”
“Hahhh???” ketiga pria itu berucap bersamaan, mereka tak habis pikir dengan ucapan Kaisar.
“Bisa-bisanya lo kelamaan jomblo jadi maen sama hape? Lo apain tu barang sampe bisa hamil?” tanya Satria dengan sewot.
“Ya gara-gara elo ngajakin gue mabar mulu, tiap malem neror gue biar ikutan maen mobile legend! Ya panaslah hape gue sampe batre-nya ngelembung! Tanggung jawab lo Bang Sat! beliin gue hape baru!” jelas Kaisar seraya menodong Satria.
Kaisar menarik kerah baju Satria bermaksud meniru adegan baku hantam, tetapi Satria malah bertindak lain. Bukannya mengikuti keinginan Kaisar memparodikan para gangster, Satria malah melingkarkan kedua tangannya di pinggang Kaisar, alhasil adegan romantis diantara mereka berdua pun terjadi.
Seorang waitress yang menghampiri mereka dengan menggiring mini trolly di buat terkejut dengan adegan Kaisar-Satria yang terlihat mesra seperti sepasang kekasih, membuat waitress tersebut memiliki pikiran yang tidak-tidak, apalagi wajah Kaisar yang manis sangat mendukung pemikiran menyimpang itu.
“Ekhm! Permisi …,” ucap sang waitress seraya menaruh beberapa piring di meja. Kaisar dan satria tak peduli akan kedatangan waitress itu, Kaisar tetap bersikeras agar Satria melepaskan dirinya.
“Lepasin gue anjir!”
“Gak mau, gue kangen!” elak Satria dengan wajah datar. Mendengar hal itu wajah sang waitress menjadi merah dengan mata membola, sudah di pastikan bahwa waitress ini pasti berpikir bahwa Kaisar dan Satria adalah pasangan.
Sedangkan Keenan asyik menertawai kedua sahabatnya yang selalu berprilaku absurd tak kenal tempat, beda lagi dengan Kurtajaya yang ahli dokumenter, dia dan hape canggihnya merekam kelakuan Kaisar dan Satria yang terjadi di hadapannya sekarang ini.
“Bang Sat lepasin gue gak? Atau gue gak beliin lo skin baru lagi?” ancam Kaisar yang akhirnya meluluhkan Satria.
Kurta memberikan sepiring fish and chips pada Kaisar seraya memberi informasi pada Kaisar. “Kai, si waiterss-nya keknya mikir lo uke-nya, anjir!”
“Hooh bener, kalian pasangan yang cocok. Semoga langgeng ya!” timpal Keenan.
“Berhenti bercanda wahai siluman abu gosok! Sesungguhnya gue ngajak kalian kumpul hari ini karena gue mau ngasih informasi, kalau gue udah lamar anak orang!” ujar Kaisar serius, sementara ketiga temannya mematung dengan mulut sedikit terbuka.
“Bang Kai, lo lagi nge-prank ceritanya?” Keenan buka suara.
“Gue gak pernah bercanda untuk sekrusial ini dalam hidup gue. Hari rabu kemarin gue lamar anak orang dan besok acara seserahan. Btw kalian mau sponsorin apa nih? Tabungan gue udah kekuras banyak gara-gara si Brian!” jelas Kaisar.
Hal itu membuat para teman-temannya menaruh alat makan yang mereka pegang dan mengganti ekspresi wajah menjadi serius. Keempat pria tampan yang duduk melingkari meja bundar kini dalam keadaan siaga, sosok kocak berubah menjadi empat pria tegas.
“Bang Kai lo paham betul kan bahwa bagi geng kunchup, pernikahan adalah perang yang lebih besar daripada perang antar shinobi. Tanggungjawab pernikahan lebih besar daripada tanggungjawab Naruto menjaga Konoha. Apa lo udah siap? Jangan sampai pernikahan lo berakhir sebelum nyawa lo expired!” ujar Kurta menatap Kaisar dengan sungguh-sungguh.
Tetapi beda hal-nya dengan Satria, kedua mata cokelat itu menelisik netra milik Kaisar, mencari kemungkinan terburuk di sana.
“Kai kok tiba-tiba … lo gak kecelakaan kan? Lo gak bikin anak orang tekdung duluan kan?”