WARNING 21+
Naomi kini sedang menatap dua gundukan tanah yang masih basah itu. Bukannya hal mudah bagi Naomi untuk menerima kenyataan yang mendadak ini.
Baru saja pagi tadi Mama dan Papanya berpamitan kepadanya untuk perjalanan ke Jogja menggunakan mobil biar bisa romantis terus sama Mama begitu kata Papa, ternyata belum sampai Jogja Mama dan Papa sudah pulang dengan tubuh yang sudah kaku dan tidak bernyawa lagi.
Selama proses pemakaman Naomi benar-benar seolah tubuhnya tidak memijak bumi, dan saat tubuh Mama dan Papanya di turunkan ke liang lahat pun Dia merasa waktunya berhenti sejenak perlahan-lahan waktu berputar kembali cepat menyadari dirinya bahwa yang di makam hari ini benar-benar Mama dan Papanya. Tidak ada yang tersisa lagi Naomi benar sendiri, Tega sekali Mama dan Papa meninggalkan dia sendirian.
Carlos selalu berada di dekat Naomi dia mengusap lembut punggung istrinya, dia sangat mengerti dengan kondisi yang di alami istrinya tersebut. Tidak ada siapapun yang mau kehilangan untuk selamanya seperti ini. Sedih, terpuruk tentu saja mengiringi perjalanan ini tapi bagaimana kita bisa berjuang memulihkan kondisi tersebut perlahan demi perlahan.
"Ma, Pa.. !?" suara Naomi tiba-tiba tercekat. Dia menangis lagi dan air matanya benar-benar tidak bisa dicegah mengalir begitu saja. Dia sudah pingsan dua kali hari ini suaminya selalu tetap setia bersamanya.
"Andai saja Mama dan Papa tidak pergi hari ini Mama dan Papa tidak akan mengalami kecelakaan." Naomi bergumam dan memejamkan matanya dia masih membayangkan bagaimana Mama dan Papa nya memeluknya pagi tadi, ternyata pagi tadi merupakan pelukan terakhir mereka.
"Ma.. Pa.. !?" Carlos menatap sepasang batu nisan yang masih baru itu dan dia memeluk istrinya. "Mama dan Papa tenang saja, Carlos akan bertanggung jawab atas hidup Naomi, akan Carlos jaga Naomi dengan baik disini Ma, Pa.
Mama yang tenang ya disana."
"Mas.. !"
"Iya sayang aku selalu bersama mu."
Tidak ada kata-kata yang indah untuk menenangkan orang yang sedang berduka selain ada disisinya dengan cara menguatkannya selalu.
"Ayo sayang kita pulang ya, kini yang kita lakukan untuk seterusnya adalah mendoakan Mama dan Papa."
Naomi mengangguk setuju, yang tersisa sekarang ini adalah kenangan yang bisa Naomi kenang. Dia berjanji akan hidup dengan baik walaupun ini menyakitkan akan tetapi dunia akan tetap terus berjalan walaupun tanpa Mama dan Papa nya lagi.
Naomi menatap ke arah langit, tidak ada hujan hari ini, langit begitu sangat indah sekali apakah Mama dan Papa benar-benar telah tenang disana, cuaca pun hari ini seolah memberi tau kan kepada dirinya bahwa Mama dan Papanya sudah tenang disana.
"Mau di gendong nggak sayang ?"
Naomi menggeleng, "tidak mau "
Naomi tidak mau Mama dan Papanya melihat dia menjadi wanita lemah. Carlos menggenggam tangan Naomi.
Satu persatu yang mengantarkan Mama dan Papanya ke peristirahatan terakhir mulai meninggalkan makam Mama Mia dan Papa Candra.
Naomi menoleh ke belakang sekali lagi dan menarik napasnya "Ma, Pa, Nana janji akan hidup dengan baik. Nana sayang sama Mama dan Papa."
***
Naomi sudah melakukan serangkaian acara untuk mendoakan Mamanya dari pengajian sampai hari ke tujuh bahkan dia mengajak Anak panti asuhan untuk datang kerumah. Semuanya sudah Naomi lakukan dia berharap Mama dan Papanya bisa tenang di Alam sana.
Sudah beberapa Minggu ramai di rumah nya, kini baru Naomi merasakan kesepian dia benar-benar tinggal sendiri dan mulai merasakan kesepian. Naomi menatap ke seluruh penjuru ruangan ini.
Ma, Pa .. !? Rumah yang dulu penuh dengan candaan dan tawa Papa dan Mama kini menjadi sepi, bahkan kini bisa mengalahkan sepinya rumah sudah lama tak dihuni. Gumam Naomi dengan pelan.
"Sayang.. !" gimana kabar kamu hari ini ?" Carlos baru saja pulang dari kantor setelah beberapa Minggu dia cuma berkerja di rumah menemani istrinya juga.
Naomi tersadar dari lamunannya.
"Eh Mas, Udah pulang.. ?"
"Gimana kabar kamu hari ini Sayang?"
"Hm, Alhamdulillah aku baik-baik saja Mas." Naomi mengambil Jas suaminya dan menggantungkannya di angger pakaian kemudian Naomi menyiapkan handuk setelah itu dia menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya seperti ini lah yang selalu dia lakukan.
"Jangan sedih lagi ya aku rindu dengan istri ku yang selalu ceria itu."
"Iya Mas, udah mandi dulu sana"
"Iya"
Dia menghela napasnya tidak mudah memang terlihat baik-baik saja nyatanya luka kehilangan ini masih terasa kental.
Carlos tiba-tiba memeluk istrinya. Dia sudah mandi dan memakai pakaian yang disiapkan Naomi tadi.
Naomi tersenyum dia merasa bersalah sudah mengabaikan suaminya akibat kesedihan yang masih saja mengganjal di dalam hatinya, bayangan tentang Mama dan Papa di rumah ini membuat Naomi kembali sedih karena rumah ini banyak sekali kenangannya dari Naomi kecil hingga sampai sekarang ini kenangan itu terngiang-ngiang di pikirannya.
"Sayang aku tau kamu masih sedih, bukan bermaksud apa-apa nih kamu jangan marah sama aku, ini pendapat Mas aja kalau kamu setuju Alhamdulillah tapi kalau kamu tidak setuju tidak papa juga mari kita tetap disini saja jika itu keinginan mu."
"Maksudnya gimana Mas ? "Naomi melepaskan pelukannya dan menatap mata sang suami dengan ucapan perkataannya tersebut.
"Maksudnya, apa sebaiknya kita pindah saja kerumah baru kita agar kamu bisa menata hati mu kembali sayang, karena kenangan dirumah ini begitu banyak tentang Mama dan Papa mu, aku takut istri ku tercinta ini sedih dan murung terus. Kita tidak akan menjualnya kok kita cuma pindah aja nanti kita akan sering kesini. Mau ya sayang ?"
Hening, dan belum ada tanggapan dari Naomi.
"Kamu tenang saja sayang aku sangat mencintaimu dan aku akan bertanggung jawab atas hidupmu. Ayo kita pindah ke rumah baru kita ya ?"
Naomi mengangguk setuju karena benar kata Mas Carlos dia butuh suasana baru dan memulihkan kondisi hatinya kembali untuk melanjutkan hidupnya.
Carlos memeluk istrinya dan mengusap dengan lembut punggung istrinya tersebut "Aku kangen banget lho sama istri ku ini."
"Maaf kan aku ya Mas, beberapa Minggu ini aku nyuekin kamu."
"Nggak papa sayang, mas mengerti kondisi mu jangan merasa nggak enakkan gitu ya kamu silahkan mau cerita apapun sama Mas, Mas siap menjadi pendengar setia untuk istri Mas."
"Carlos mulai mencium istrinya dia benar-benar sangat merindukan kebersamaan ini rutinitas yang selalu dia lakukan. Kini sudah mulai terobati.
Carlos mulai menyusuri leher jenjang istrinya tersebut, menciumnya berulang-ulang hingga meninggalkan Kissmark disana. Tidak puas disana dia Mulai membuka satu persatu kancing baju Naomi. Hingga terpampang br* hitam yang Naomi pakai.
Carlos mulai kembali mencium bibir Naomi, dia melumatnya dengan berulang-ulang dia cuma memberikan jeda sejenak agar Naomi bisa mengambil napasnya.
Percikan api itu mulai membesar, Tangan Carlos mulai bergerilya kemana-mana.
Pengait br* sudah terlepas dari tugasnya. Walaupun bibirnya masih bertautan tangannya sungguh sangat aktif.
Kini P*****ranya Naomi sudah di remas oleh suaminya .
"Eeeeuuh.. sayang.. !"
"Na, aku tidak bisa mundur aku sangat menginginkan mu malam ini."
Naomi mengangguk setuju, "Aku juga menginginkan mu Mas mari kita lakukan."
Bibir Naomi kembali dibungkam oleh suaminya, kini Naomi sudah menanggalkan semua yang melekat di tubuh istrinya, begitu juga dengan dirinya tidak ada lagi pakaian yang bertengger yang melekat ditubuh mereka berdua. Mereka berdua Benar-benar sudah polos tanpa sehelai benang apapun.
Carlos sudah menindih tubuh istrinya.
"Aaahhh, Sayang... " Naomi sudah tidak bisa mengelak lagi kini Carlos ya menautkan jari-jarinya kepada Naomi. Carlos melanjutkan pekerjaannya lagi dia memberikan kecupan-kecupan basah di sepanjang leher itu dan meninggalkan jejak kissmark lagi disana.
"S-sayang... Aahh" desahan Naomi sudah memenuhi kamar ini. Saat dia mendapatkan puncaknya pertamanya.
"Sayang ku terima kasih, kamu sungguh sangat memesona."
Carlos usap wajah Naomi kemudian dia mendaratkan ciuman lembut di bibir penuh istrinya.
Kini Naomi memeluk punggung Carlos. Carlos pun bersembunyi di ceruk Naomi kini dia fokus pada gerakan Juniornya yang menjajah tanpa ampun.
"MASSS..!!"
"Eunghh !!" Carlos dan Naomi bersamaan mencapai puncak paling dahsyat mereka malam ini.
Good night Naomi dan Carlos .
***